Mawar. Gadis yang sengaja diberikan kepada orang lain oleh kedua orang tuanya hanya karena terlahir sebagai anak perempuan, tiba-tiba dijemput kembali oleh orang tuanya setelah dua puluh tahun hidup tenang bersama orang tua angkat nya dan dipaksa menikah dengan calon suami kakaknya.
"Kamu harus menikah dengan Abymana menggantikan posisi kakakmu," ucap Mahendra setelah tiba di rumahnya.
"Jadi, Anda menjemputku hanya untuk ini? Ternyata kalian orang tua yang tidak punya hati," ucap Mawar.
Plak!
Marisa menampar Mawar dengan keras.
"Turuti apa yang kami minta atau kamu tidak akan pernah melihat dunia ini lagi!" tegas Marisa.
Bagaimanakah kehidupan Mawar setelah menikah dengan Aby?
Apakah Aby akan menerima Mawar sebagai istrinya atau justru mengabaikan Mawar dan memilih tetap mengejar Jingga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lena Laiha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 31
Mawar keluar dari kamarnya dan berjalan ke ke balkon rumahnya! Dia terkejut karena melihat ada kedua orang tua angkatnya dan juga Taufik yang sedang berjalan di depan rumahnya dan terlihat sedang kebingungan.
Dia pun segera berjalan cepat je luar dari rumahnya!
"Hans, tolong bukan gerbangnya saya mau keluar," ucap Mawar sembari tersenyum sumringah.
"Gak apa-apa, saya gak akan pergi kok."
"Pak! Bu! Aku di sini." Mawar melambaikan tangannya dari rongga pagar besi yang menjadi penghalang mereka.
Dengan pikiran yang penuh tanya, Hans pun membuka gerbang tinggi itu!
"Mawar!"
Pak Dirja dan Bu Ratna pun langsung menghampiri Mawar dan langsung berhamburan memeluk anak gadisnya itu.
"Kenapa gak telpon dulu kalau mau ke sini. Aku bisa minta orang untuk menjemput Bapak dan Ibu."
"Nak, kami khawatir sama kamu. Melihat berita di televisi membuat Ibu sedih dan tak bisa tenang," ucap Ratna.
Ratna menatap luka yang terdapat tepat di bawah leher sebelah kiri putrinya itu. Dia pun menangis karena ikut merasa kesakitan.
"Ibu, jangan nangis. Ayo masuk. Fik, masuk yuk," ucap Mawar sembari terus memeluk Ratna.
Ratna memang sangat-sangat menyayangi Mawar, dirinya selalu takut putrinya itu kenapa-kenapa.
"Ini rumah siapa?" tanya Taufik.
"Nanti juga kamu tahu."
Mereka pun berjalan memasuki rumah mewah milik Abymana!
"Bapak mertua," ucap Aby sembari menuruni anak tangga!
Aby langsung mencium punggung tangan Pak Ija dan Bu Ratna secara bergantian.
Pak Ija menarik tangannya karena merasa tidak enak hati jika seorang Abymana mencium punggung tangannya!
Aby menatap laki-laki yang sudah tua itu dengan tatapan matanya yang tak berkedip satu kali pun.
"Maaf Tuan Muda tapi rasanya tidak pantas Anda melakukan ini," ucap Pak Ija.
"Kenapa tidak? Usia saya jauh lebih mudah dari Bapak dan lagi sekarang saya sudah menjadi menantu Bapak. Gak ada salahnya saya menghormati Bapak lebih dari sekedar penjual dan pembeli lahan yang sudah kita sepakati."
"Tunggu-tunggu. Suami? Maksudnya apa?" ucap Taufik yang memang tidak mengerti apa-apa.
"Saya memang suaminya Mawar. Kamu mau apa?"
"Tapi."
"Udahlah, lupakan dulu masalah ini. Pak, Bu, kalian pasti capek, ayo duduk buat saya buatkan minum," ucap Aby.
"Ngakak usaha, biar aku yang bikin minum."
"Ada siapa ini? Ada tamu rupanya?" ucap Ratu yang terlihat bingung karena ada tamu yang penampilannya seperti orang dari kampung.
Ratu tersenyum hambar karena masih bingung dengan tamu yang duduk di kursi mewah milik anaknya itu.
Ratna dan Dirja tersenyum ramah lalu menyatukan kedua telapak tangannya dan menyalami Ratu dari jarak jauh.
"Mereka orang tuanya Mawar," ucap Aby.
"O_orang tuanya Mawar?" Ratu semakin kebingungan.
"Iya, mereka orang tua yang selama ini membesarkan Mawar."
"Tapi Pak Mahendra?"
"Minumnya sudah sampai." Mawar langsung menata gelas berisi air teh tawar itu di atas meja.
Ia tahu bahwa kedua orang tuanya suka minum teh tawar, jadinya dia hanya membawakan teh tawar dalam keadaan masih hangat.
"Pak, Bu, minum dulu."
"Ma, mereka adalah orang tua aku. Boleh kan mereka ke sini untuk menemui aku?" ucap Mawar pada Ratu.
Dengan masih kebingungan dan banyaknya pertanyaan di otaknya. Ratu mencoba merefresh pikirannya dengan senyuman lebar di bibirnya.
"Kamu gak usah minta izin sama Mama untuk ini. Mereka orang tua kamu ya pastinya boleh dong, kalau pun mereka mau tinggal di sini juga boleh."
Mawar tersenyum lebar. "Terimakasih Ma."
"Pak, Bu silahkan diminum, anggap aja ini rumah sendiri ya."
"Terimakasih Bu, maaf jika kami merepotkan. Kami hanya ingin bertemu dengan Mawar dan melihat keadaan dia. Di acara berita di televisi kami melihat Mawar terluka jadi kami khawatir dengannya."
**********
Di rumah Dirga.
Michelle berdiri tepat di depan gerbang rumah Dirga.
Dia sudah mengetuk pintu dan sudah bertemu dengan orang yang ada di dalam rumah itu tapi tak diperbolehkan masuk.
"Kamu ngapain di sini? Kenapa gak masuk ke dalam?" tanya Dirga yang berbicara dari dalam mobilnya.
"Seorang gadis melarang saya masuk."
Tak lama, Ussy keluar dari rumah lalu membuka gerbang rumah majikannya!
"Kenapa kamu gak ngajak perempuan itu masuk?" tanya Dirga setelah turun dari mobilnya.
"Bapak sendiri yang bilang kalau saya gak boleh membuka gerbang selain untuk Bapak dan keluarga Bapak," sahut Ussy.
Dirga menata Ussy lalu tersenyum geli. Semua ini memang salahnya yang tak memberitahu bahwa seharusnya dia menelponnya saat ada tamu yang tak dikenal.
"Ya udah, ini memang salah saya. Masuk sana dan buatkan minum untuk tamu saya."
Ussy mengangguk lalu segera masuk ke dalam rumah!
"Michelle, ayo masuk. Maaf ya," ucap Dirga.
"Tidak apa-apa." Michelle tersenyum sembari berjalan ke arah Dirga!
"Siapa gadis itu?" tanya Michelle setelah duduk di kursi yang ada di teras rumah Dirga.
"Dia yang mengurus rumahku."
"Istrimu?"
"Bukan-bukan. Dia asisten rumah."
"Oh, maaf."
"Ada info lain tentang Jingga?"
"Tidak, saya datang untuk menagih janji Anda."
"Astaga, maaf saya lupa. Akan saya transfer sekarang."
Michelle tersenyum lalu berkata.
"Terimakasih."
Ussy datang dengan membawa dua gelas minum untuk Dirga dan tamunya.
"Silahkan Pak, Bu," ucap Ussy lalu segera pergi lagi.
"Diminum," ucap Dirga.
"Oh ya, saya transfer lebih ya anggap aja ini sebagai tanda permintaan maaf karena saya terlambat mentransfer."
"Terimakasih. Kalau memang Anda mau memberi, saya tidak akan menolak."
Di dapur.
"Perempuan itu pasti pacarnya Pak Dirga, cantik sih tapi kok ya kayak misterius gitu. Gaya bicaranya aja tadi judes banget sama aku," batin Ussy.
Ussy segera merapikan meja makan itu karena sebentar lagi ia akan pulang!
"Ah masa bodoh. Mau dia pacarnya Pak Dirga atau bukan, bukan urusan aku. Kalau nanti mereka menikah, aku bisa berhenti kerja dan mencari tempat kerja lain."
"Ussy!"
"Iya Pak." Ussy langsung menyahut setelah mendengar Dirga yang memanggilnya.
Ia pun langsung berjalan menghampiri Dirga yang berada di teras rumahnya!
"Iya Pak, ada yang bisa saya bantu?"
"Udah sore, kalau kamu mau pulang, pulang aja."
"Oh oke Pak, eh tapi Pak."
"Gak apa-apa, ini nanti saya yang beresin. Tinggal dibawa ke dapur aja kan."
Ussy nyengir lalu segera kembali ke belakang untuk mengambil sesuatu.
"Kayaknya lucu juga asisten Anda itu."
"Usianya baru tujuh belas tahun. Dia putus sekolah karena orang tuanya tidak bisa membiayainya lagi.
" Sudah selesai SMA ya?"
"Sudah, saya sudah menyuruhnya kuliah tapi belum siap katanya."
"Udah sore, saya pulang dulu deh. Terimakasih atas transferannya."
"Oh ya, sama-sama."
Michelle pun langsung berjalan keluar dari rumah Dirga dibelakangnya ada Ussy yang juga hendak pulang!
"Gak usah Sy, saya bisa sendiri kok bawa dua gelas ini ke dapur," ucap Dirga saat melihat Ussy yang akan merapikan gelas itu.
"Beneran Pak?"
"Iya."
"Sekalian cuciin ya Pak."
Mendengar perkataan Ussy, Michelle langsung tertawa geli.
"Kamu nyuruh saya?"
"Iya Pak, tadi kan Bapak sendiri yang bilang kalau Bapak bisa. Ussy pulang dulu ya, Assalamu'alaikum."
Dirga hanya diam sembari menatap punggung Ussy yang kian menjauh.
"Waalaikumsalam," ucap Dirga dengan sedikit bergumam.
Bersambung