Setelah berhasil kabur dari Ayah angkatnya, Iyuna Marge memutuskan untuk bersekolah di sekolah elite school of all things Dengan Bantuan Pak kepala yayasan. Ia dengan sengaja mengatur nilainya menjadi 50 lalu mendapat kelas F. Di kelas F ia berusaha untuk tidak terlihat mencolok, ia bertemu dengan Eid dan mencoba untuk memerasnya. Begitu juga beberapa siswa lainnya yang memiliki masa lalu kelam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggara The Blukutuk³, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman dalam uap sup
"Bruh, dia benar benar mengikuti saranku" Monolog Iyuna, melirik tajam ke arah Eid, matanya menyipit dan dagunya sedikit terangkat.
Seisi kelas terdiam sejenak mendengar usul dari wakil ketua kelas mereka, udara terasa berat sementara mereka mencerna kata-kata Eid.
"Setuju!" Teriak Lucy, bangkit dari kursinya dengan gerakan antusias, tangannya mengepal di udara.
"itu karena bisa mengurangi resiko yang akan datang nantinya, jadi aku setuju" Lanjut Lucy, mengangguk mantap dengan senyum lebar terkembang di wajahnya.
"Karena Lucy setuju, aku juga setuju deh" Ucap Fyona, mengangguk beberapa kali sambil memainkan ujung rambutnya yang bergelombang.
"Aku juga setuju!" Teriak Ike, Seorang lelaki pendek dengan rambut coklat kekuningan, melompat dari kursinya dengan semangat hingga kursinya berderit ke belakang.
"Yah, karena aku juga tidak terlalu pintar sih—"
"—aku juga takut di keluarkan dari sekolah ini, padahal aku sudah susah payah" Lanjut Ike, menggaruk belakang kepalanya dengan gerakan canggung, matanya menatap lantai.
"Kalo aku ngga mau ah, buat apa juga belajar?" Ucap Arga sombong, mendengus keras sambil menyilangkan kakinya dengan gaya angkuh.
"Arga, kau juga harus ikut! Semua orang sudah setuju dan semua juga harus ikut" Pinta Sherin tegas, berjalan mendekati meja Arga dengan langkah berirama penuh wibawa.
"Ngga, itu membosankan" Ucap Arga, ia lalu berdiri dan berjalan keluar menenteng tasnya, bahunya bergerak sombong sementara sepatu pantofelnya bergema di lantai kelas.
"eh? Karena Arga ngga ikut. A-aku juga akan ikut Arga" Ucap Sedou ragu, ia lalu berjalan mengejar Arga dengan langkah tergesa, tasnya hampir terjatuh saat ia berlari kecil.
"huh" Sherin hanya menghela napas, pundaknya turun seketika menunjukkan kekesalan yang tertahan.
Kemudian Eid menoleh ke arah Iyuna yang sedang menatap keluar jendela, jari-jarinya mengetuk meja dengan irama, "Ee, anu, apa kau mau..." Tanyanya, suaranya semakin mengecil.
"Tidak" Tolak Iyuna, tanpa memalingkan wajahnya dari pemandangan di luar, jemarinya tetap mengetuk pelan.
"Tu-tunggu, kenapa?" Tanya Eid, tubuhnya condong ke arah Iyuna dengan tatapan memohon.
Iyuna lalu berdiri dan menenteng tasnya, kursinya bergeser keras menggores lantai, lalu berjalan ke pintu keluar menghiraukan Eid, langkahnya ringan.
"Tu-tunggu..." Panggil Eid, tangannya meraih angin, tubuhnya membeku di tempat.
Sherin kemudian berjalan mendekati meja Eid, roknya bergoyang lembut dengan setiap langkah anggunnya, "Biarkan aku yang mengurusnya, kau urus si Arga saja" Ucapnya, menepuk pelan bahu Eid.
"E-eh? Ba-baiklah" Jawab Eid mengangguk, bahu yang tegang perlahan mengendur.
Sesampainya di Asrama, Iyuna menjatuhkan tasnya di meja dengan bunyi gedebuk pelan lalu langsung menjatuhkan tubuhnya ke kasur, pegas kasur berderit menerima beratnya. Ia membuka kancing kemeja nya dari atas kebawah dengan jemari lentik yang bergerak cepat, lalu menarik resleting roknya sambil berbaring, logam resleting berdenting pelan.
"Huh" Iyuna menghela napas panjang lalu bangkit dari ranjangnya dengan gerakan malas, roknya terjatuh menyapu lantai begitu juga kemejanya yang melorot dari bahu. Ia lalu mengambil handuk dari gantungan dan berjalan ke kamar mandi, lantai keramik berbunyi pelan di bawah langkahnya.
Setelah mandi, Iyuna memakai pakaian kasualnya, merapikan rambutnya yang basah dengan jari-jarinya, dan duduk di belakang meja sembari menikmati soup buatannya dan secangkir kopi. Sendok beradu dengan mangkuk menimbulkan dentingan halus.
"Tok tok tok~" seseorang mengetuk pintu kamar asrama Iyuna, ketukan teratur dan cukup keras.
"siapa yang datang ke kamarku di jam segini? Perasaan sekolah udah tutup" Gumam Iyuna, ia lalu berdiri dan berjalan ke arah pintu dengan langkah terseret, untuk membukanya. Gagang pintu berputar dengan suara klik pelan.
Setelah pintu dibuka, terlihat Sherin berdiri dengan pakaian kesual, rambutnya sedikit berantakan tertiup angin, "Se-selamat malam, Iyuna Marge" Sapanya gugup, jemarinya saling bertaut di depan tubuhnya.
"oh ya, selamat malam. Ada masalah apa sampai² ketua kelas datang ke Asrama ku?" Tanya Iyuna, ia lalu masuk dengan langkah lambat diikuti oleh Sherin yang melangkah ragu-ragu.
Sherin kemudian duduk di lantai, di belakang meja Iyuna, lututnya menyentuh lantai dengan hati-hati. Iyuna menyajikan semangkok sup yang ia buat, uapnya mengepul hangat, "nah, makanlah dan berikan pendapatmu" Ucapnya, sembari meletakkan semangkok sup di hadapan Sherin, mangkuk porselen beradu pelan dengan permukaan meja.
Sherin tampak terkejut, alisnya terangkat tinggi, "Eh? Oh, baiklah" Ucapnya. Ia lalu menyendok sup itu, mengangkatnya ke bibir dengan gerakan anggun, "Slurrrpp~".
"Oh, ini enak!" Gumamnya, matanya membulat takjub. Ia lalu menyeruput sesendok lagi, cairan hangat mengalir melewati tenggorokannya.
"Baiklah, Apa yang membuat seorang ketua kelas datang kemari?" Tanya Iyuna, menyandarkan punggungnya ke dinding dengan tangan terlipat di dada.
"Oh iya, aku ingin kamu bergabung dengan kelom...." Pinta Sherin, tubuhnya condong ke depan penuh harap.
Iyuna menyelanya, mengangkat tangan dengan tegas, "tidak" Tolaknya, matanya menatap tajam tanpa berkedip.
"Mengapa? Apa ada cara agar membuatmu mau ikut? Jika ada, akan ku lakukan! Apapun" Ucap Sherin, ia berdiri dengan gerakan cepat dan berbicara dengan nada tegas, mangkuk sup bergetar di atas meja.
"mengapa kau begitu bersikeras?" Tanya Iyuna datar, alisnya terangkat sedikit.
"Karena...., karena aku tidak ingin mengecewakan Eid lagi" Ucap Sherin menunduk, tangannya mengepal erat di meja.
"lagi?" Monolog Iyuna dalam hati, matanya menyipit penuh perhitungan.
"Jadi! Aku akan membuatmu ikut bagaimanapun juga! Seperti keinginan Eid" Ucap Sherin penuh tekad, dadanya membusung dan kepalanya terangkat tinggi.
Iyuna hanya menatap sejenak lalu menghela napas panjang, bahunya turun perlahan, "Kalau begitu, aku ada tantangan untukmu" Tawar Iyuna, jari telunjuknya teracung ke arah Sherin.
"Tantangan?" Tanya Sherin, ia mulai khawatir, mengambil selangkah mundur dengan tubuh menegang.
"Benar, tantangannya adalah buat Arga setuju dan mau ikut dengan kelompok belajarmu" Ucap Iyuna, datar.
"jika kau berhasil, aku akan ikut. Jika kau gagal..."
"….aku akan menyebar kenangan masa lalumu yang buruk kepada semua orang disekolah" Ucap Iyuna, matanya datar namun mengintimidasi, tubuhnya condong ke depan dengan gerakan mengancam.
Sherin tersentak, langkahnya mundur khawatir, kakinya hampir tersandung, "tunggu tunggu tunggu! Dari mana kau tau soal masa laluku!" Teriaknya panik, wajahnya memucat seketika dan tangannya gemetar hebat.
"tentu saja aku tau, itu adalah hal yang diketahui semua orang" Ucap Iyuna mengancam, tersenyum dingin sambil mengangkat dagunya.
"Yah, aku hanya asal nebak sih. Melihat interaksi Sherin dengan orang lain. Aku bisa menyimpulkan bahwa ia pernah berperilaku buruk di masa lalunya, dan tidak akan membiarkan siapapun tau tentang itu" Monolog Iyuna dalam hati, matanya menyipit penuh perhitungan.
"Namun, interaksinya dengan Eid berbeda. Itu artinya Eid tau tentang masa lalu Sherin" Monolog Iyuna lagi, jemarinya mengetuk pelan di atas meja.
"jadi, bagaimana?" Tanya Iyuna, nadanya tajam, matanya menatap lurus ke arah Sherin tanpa berkedip.
“Tentu saja kau boleh menolaknya. Tapi, jangan pernah ganggu aku lagi” Sambung Iyuna.
Sedangkan Sherin hanya terdiam gelisah, jari-jarinya meremas ujung bajunya hingga kusut, keringat dingin menetes di pelipisnya.