Niat Savana memberikan kejutan untuk tunangannya, malah membuat dirinya yang dikejutkan saat mendapatkan fakta kekasihnya berselingkuh dengan wanita lain. Kecewa, patah hati, Savana melampiaskannya dengan pergi ke club malam.
Entah apa yang terjadi, keesokan harinya ia mendapati dirinya berada diatas ranjang yang sama dengan seorang pria tampan. Pria yang mampu memikatnya dengan sejuta pesona, meski berusia jauh lebih tua darinya. Lambat laun Savana jatuh cinta padanya.
Javier Sanderix namanya dan ternyata ia adalah ayah dari sahabat karibnya Elena Sanderix. Tak peduli hubungan diantara mereka, Savana bertekad akan mendapatkan Xavier dan kekonyolannya pun dimulai, perbedaan usia tak jadi masalah!
Akankah Savana berhasil menjerat si om yang sudah membuatnya terpesona? Ataukah hanya patah hati yang akan ia rasakan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma Kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Semalam di apartemen Savana
...🍀🍀🍀...
Elisa begitu marah saat melihat foto-foto di dalam amplop yang diberikan oleh salah satu anak buahnya untuk mengikuti Javier. Dia tidak percaya bahwa mantan suaminya menyukai daun muda. Sahabat putrinya sendiri.
"Ini uang untukmu." Elisa menyerahkan amplop coklat yang terlihat tebal kepada pria bertopi itu.
Si pria tersenyum puas saat melihat isi amplop coklat itu. "Terimakasih madam. Tapi, apa saya harus mengikutinya lagi?"
"Jangan, terlalu beresiko dengan mengikutinya. Untuk sekarang kau diam saja dulu, nanti aku akan menghubungimu lagi. Jika aku membutuhkan bantuan." ucap Elisa pada pria itu.
"Kalau begitu saya pergi dulu madam."
Tanpa mendengar jawaban dari Elisa, pria itu pun pergi meninggalkan restoran. Elisa terlihat kesal. "Kita lihat saja, sampai berapa lama hubungan kalian akan bertahan dan apa yang akan terjadi bila Elena tau semua ini." seringai licik terlihat di wajah Elisa.
****
Pagi itu di apartemen Savana, jam 8.
Tubuh Savana menggeliat di atas ranjang dengan kondisi tubuh yang masih tertutupi oleh selimut. Matanya mulai terbuka perlahan-lahan, ia baru saja terbangun dari tidurnya. "Eh? Kenapa aku ada disini? Bukankah semalam aku dan om Javier..."
Savana menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, lalu ia memikirkan kejadian semalam ketika dirinya dan Javier melewati malam bersama. "Semalam, aku dan om Javier..."
#Flashback
Usai menyatakan cinta dan meresmikan hubungan mereka sebagai pasangan kekasih. Javier dan Savana memutuskan untuk pergi ke apartemen Savana yang letaknya di lantai paling atas gedung itu.
Javier melihat apartemen kekasihnya yang bisa terbilang sederhana karena tidak luas seperti apartemen mewah miliknya.
"Apartemenmu bagus juga, tapi--"
"Sempit kan?" ucap Savana sambil melepas sepatu heelsnya.
"Aku tidak bilang begitu." sangkal Javier, padahal dalam hati Javier memang mengatakan begitu.
"Aku tahu kau bilang begitu, dalam hatimu. Ayo masuk om,"
"Om?" Javier menekankan suaranya, ia tak suka dipanggil om saat berdua.
"Upss... maksudku hubby." Savana tersenyum, lalu ia mengajak Javier untuk masuk ke dalam apartemennya.
"Smile...so beautiful, baby girl." lirih Javier seraya menutup pintu apartemen Savana. Buru-buru ia mendekat pada gadis itu dan merengkuh tubuhnya.
"Hubby, apa yang kau--hmph--"
Savana tidak bisa melanjutkan ucapannya itu sebab bibir Javier telah melahap bibirnya dengan rakus, seolah lapar. Tangan Javier menarik tengkuk Savana, mengajak gadis itu untuk bertukar saliva lagi dengannya.
Tampaknya bibir baby girl-nya ini sudah menjadi candu untuk Javier. Lenguhan kenikmatan Savana terdengar bagaikan suara musik merdu di telinga Javier dan membuat pria itu semakin menggebu untuk menciumnya.
Savana pasrah, nyatanya ciuman Javier memang sudah pro dan bisa membuat tubuhnya panas meleleh. Tangan Savana mengalung di leher Javier dengan erat. Tak lama kemudian, Javier menggendong gadis itu ala koala dan membawanya ke atas sofa yang ada di apartemen itu, dengan posisi masih berciuman.
Pria itu juga tak kalah menikmati ciuman tersebut, ia juga mengerang sama seperti Savana. Suara decapan demi decapan tautan lidah itu bahkan sampai terdengar oleh mereka berdua. Jika ada orang lain disana, mungkin orang lain juga akan mendengar suara erotis itu.
"Hu--bby...ah..."
Ciuman itu pun terlepas, tapi bukan untuk diakhiri oleh Javier. Namun bibir pria itu berpindah pada leher Savana dan memberikan kiss mark disana. "Geli...hubby..." kekeh Savana merasa geli.
Tangan Javier yang satunya melepas cepolan rambut Savana, hingga rambutnya terurai panjang.
"Jangan pakai pakaian seperti ini lagi, aku tidak suka. Dan juga rambutmu itu, jangan di cepol begitu!" tegur Javier pada kekasihnya.
"Kenapa?" tanya Savana heran.
"Aku tidak mau berbagi dengan orang lain, aku tak mau orang lain melihat lehermu ini baby." bisik Javier ke telinga Savana, disertai dengan hembusan nafas hangat yang mengenai ceruk leher Savana dan membuat gadis itu menggelinjang kegelian.
"Tapi kau suka kan, hubby? Em... maksudku, kau suka aku mengenakan pakaian seperti ini?" tanya Savana seraya tersenyum pada Javier dan menunjukkan dua gigi gingsulnya yang manis itu.
"Suka, tapi tidak untuk dilihat orang lain. Hanya aku saja yang boleh melihatmu seperti ini, paham?" Javier mencubit gemas hidung Savana. Dia tidak mau kalau Savana menjadi sasaran empuk para pria diluar sana bila berpakaian minim seperti ini.
"Baiklah hubby. Jadi--mari kita nonton film bersama hubby!" ajak Savana dengan sisi cerianya, seperti anak berusia 21 tahun pada umumnya.
Energik, cantik, ceria, itulah Savana yang sebenarnya dan inilah yang membuat Javier jatuh cinta padanya. Dia yang dingin membutuhkan sosok hangat seperti Savana dan itulah yang dikatakan oleh Leo sebelumnya.
Gadis itu beranjak dari pangkuan Javier, lalu ia pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian terlebih dahulu. Javier senyum-senyum melihatnya.
"Leo... sepertinya kau benar, aku dan Savana akan saling melengkapi. Orang seperti aku memang cocok dengan mentari seperti dirinya." gumam Javier pelan.
Setelah Javier dan Savana selesai berganti baju dengan piyama tidur. Mereka berdua pun berada di ruang tengah apartemen itu dan bersiap menonton film horor yang dipilih Savana. Javier terpaksa memakai piyama tidur Savana yang kebesaran saat dia beli di toko online.
"Kau sangat lucu saat memakainya, hehe." kekeh Savana geli melihat Javier memakai pakaiannya yang agak ketat.
"Kau meledekku hah? Kalau bukan karena kau yang melarangku menghubungi Leo, aku pasti sudah memakai pakaian yang layak!" Javier mencebikkkan bibirnya.
"Haha, kasihan kalau om Leo malam-malam begini disuruh membawa pakaianmu hubby." tukas Savana sambil mendekati Javier dan memeluk pria itu. "Tapi kau tetap tampan, sungguh! Kau seperti Chris Hemsworth!" puji gadis itu sungguhan.
"Aku adalah aku, Savana."
"Baiklah kau adalah Javier Mathew Sanderix dan kau sangat tampan." puji Savana lagi dan membuat Javier terbang melayang.
Sekarang ia paham kenapa Elena, Alexa dan Justin menyukai gadis kecil ini.
Tak berselang lama kemudian, Savana sudah duduk dipangkuan Javier. Dengan kedua tangan kekar pria itu yang memeluknya dengan posesif. Savana bahagia karena Javier tidak jaim seperti sebelumnya dan menunjukkan kasih sayang padanya. Gadis itu berdoa dalam hati, agar Javier tidak tergoda lagi dengan Elisa.
Sudahlah Savana akan menyingkirkan semua pikiran buruknya itu lebih dulu. Sekarang ia akan fokus pada hubungannya dan Javier yang baru saja terjalin.
Mereka berdua pun nonton film bersama hingga ketiduran di sofa. Dan Javier yang memindahkan Savana ke atas ranjang.
#End flashback
Tercium aroma masakan yang menyengat hidung Savana. Gadis itu pun segera beranjak dari tempat tidurnya dan pergi ke dapur apartemennya. Sebab bau masakan itu berasal dari sana.
"Hubby?"
Javier membalikkan tubuhnya, lalu tersenyum menyambut sang putri yang baru saja bangun tidur itu. Savana pikir pria itu sudah pulang.
"Ohayo (selamat pagi bahasa Jepang), my little girl. Kau sudah bangun?" sambut Javier hangat.
...****...