Masa Remaja yang ku sebut indah dan menyenangkan. Justru membawa aku pada sebuah penyesalan.
Sebuah kebanggaan dan kesenangan sesaat tapi membuat aku kehilangan segalanya. Dia yang dengan lantang menyatakan cintanya, Ayah, masa depanku serta malaikat kecil itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vi_via, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Jasmine.
Setibanya di rumah Sena langsung masuk ke kamarnya dan membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Dia begitu merindukan ranjang itu, setelah hampir sebelas tahun meninggalkan rumah.
Dari Daffa yang masih menjadi gumpalan daging yang menempel di rahimnya, hingga anak itu kini sudah berusia sembilan tahun, tinggal beberapa bulan saja, dia akan genap sepuluh tahun.
" Nggak nyangka bisa balik secepat ini." Ucap Sena pada dirinya sendiri, sembari menatap langit-langit kamarnya.
Sena yang sedikit kelelahan karena mengendong Daffa, Ingin sekali langsung beristirahat namun suara dering ponselnya terus saja mengusiknya.
Membuat wanita itu, mau tidak mau menjawab panggilan itu terlebih dahulu. " Ya Jasmine, Aku disini! Dan bisakah kamu membiarkan aku beristirahat." Ucap Sena, kepada orang yang menelponnya.
Terdengar kekehan Jasmine dari seberang sana, " oh Anara, ayolah kapan kita akan bertemu, besok pagi kita sudah harus ke rumah sakit! Tapi kamu masih sesantai ini. Anara, ingat kita di pilih karena kerja keras, karir yang cemerlang dan suka tepat waktu, kamu tidak ingin menghilangkan itu bukan." Sahut Jasmine membuat Sena mendengus malas.
" Aku tahu, Jasmine! Aku akan datang tepat waktu besok, oke." Ujar Sena.
" Ya kamu memang harus tepat waktu besok, tapi aku ingin! Kita bertemu sekarang. Kebetulan aku sedang berada di luar bersama sepupuku. Ayolah."
Dan tentu saja Sena langsung menolak hal itu. Namun wanita yang bernama Jasmine itu terus memaksa hingga Sena akhirnya mengiyakan.
" Oke aku shareLok ya."
" Hmmm." Hanya itu jawaban dari Sena, sebelum wanita itu mengakhiri panggilannya, kemudian beranjak dari tempat tidur untuk bersiap-siap.
Satu jam kemudian Sena sudah siap dengan dress selutut, motif bunga-bunga berwarna putih. Rambut yang di ikat simpel.
Wanita itu mengambil Sling bag-nya kemudian melangkah keluar kamar menemui Ningsih, sembari menjawab telepon dari Jasmine, wanita itu kembali menelpon Sena lagi.
" Sudah dimana? Aku sudah sejam menunggu kamu disini." Nada suaranya terdengar sedikit kesal karena di buat menunggu.
" Maaf, Sepertinya kamu harus menunggu sejam lagi, karena aku baru keluar dari kamar." Jawab Sena jujur, tanpa perasaan bersalah sama sekali.
" Oh tuhan Anara! Kamu sungguh keterlaluan."
" Terima kasih Jasmine, sampai bertemu sejam dari sekarang." Ucap ibu satu anak itu kemudian mengakhiri panggilan itu begitu saja, sebelum mendengar amukan Jasmine dari seberang sana.
Sena pun tidak tahan untuk tersenyum sembari menatap ponselnya. Membayangkan wajah kesal Jasmine saat ini.
Lagian salah dia sendiri, kenapa langsung shareLok begitu Sena mengatakan iya. Jadi bukan salah Sena dong kalau Jasmine menunggu, wanita itu saja yang terlalu cepat datangnya.
" Sayang, kamu mau kemana?" Tanya Ningsih saat menyadari keberadaan Sena yang kini sudah rapi.
"Mah, Sena mau ketemu Jasmine! Dia udah nungguin Sena dari tadi, boleh kan mah?" Jawab Sena sekaligus meminta izin.
" Tapi kamu, belum makan! Nggak makan dulu." Tanya Ningsih, karena begitu tiba di rumah wanita paruh baya itu langsung ke dapur membuat menu makanan untuk anak dan cucunya.
"Nanti aja ya mah! Sena nggak lama kok." Ningsih pun mengangguk kepalanya. " Oh iya! Motor Sena masih adakan mah?" Tanya Sena lagi, karena mobil mereka sudah mamanya jual untuk membayar biaya rumah sakit Daffa. Anak itu sempat di rawat dua Minggu karena Sena berangkat keluar negeri. Dan Ningsih yang tidak ingin membebankan ipar serta putrinya, terpaksa menjual mobil mereka untuk biaya rumah sakit Daffa sekaligus biaya hidup mereka sambil menunggu Sena selesai dan Sena sudah di beritahu akan hal ini.
" Masih ada di garasi, kuncinya ada di laci di kamar mama." Sena pun berbalik menuju kamar mamanya.
Beberapa saat kemudian dia keluar dengan membawa kunci motor di tangannya, lalu menghampiri Ningsih lagi." Mah, Sena pergi ya." Pamitnya sembari mencium punggung tangan wanita itu.
" Iya hati-hati, jangan lama pulangnya! Nanti Daffa cariin kamu." Sena mengangguk.
Wanita itu berjalan ke garasi mengeluarkan motornya dari sana. Saat di starter motornya langsung berbunyi tanpa kendala, karena Ningsih merawatnya dengan baik dan sering juga memakainya.
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
Setibanya di cafe yang sesuai dengan lokasi yang di bagikan Jasmine, wanita itu langsung memarkirkan motornya di parkiran, kemudian melangkah masuk kedalam cafe itu.
Sena mengedarkan pandangannya ke sana-kemari mencari keberadaan Jasmine, hingga lambaian tangan dari wanita itu, membuat Sena langsung menghampirinya.
Wanita itu tidak sendirian, ada seorang wanita yang usianya sedikit lebih tua dari mereka juga yang bersamanya.
" Akhirnya kamu datang juga." Ucap Jasmine, walaupun kesal wanita itu tetap berdiri menyambut Sena, mencium pipi kanan dan pipi kiri seperti biasanya mereka lakukan.
" Maaf, aku tidak bermaksud membuat kamu menunggu! Tapi aku juga baru tiba dari Riau." Ucap Sena.
" Astaga kenapa kamu tidak mengatakannya!" Sahut Jasmine dan Sena pun hanya bisa merotasikan matanya, bagaimana dia bisa bicara kalau Jasmine terus saja mendesaknya, tanpa memberinya kesempatan untuk bicara.
" Sudahlah lupakan, yang penting aku ada disini." Ujar Sena tidak ingin menjelaskan panjang kali lebar.
" Baiklah, oh iya kenalin sepupu aku. Namanya kak Leni. Selama disini aku akan tinggal bersama orang tua kak Leni." Ucap Jasmine seraya memperkenalkan Kakak sepupunya, sekaligus menceritakan dimana dia tinggal nanti.
" Hai, Leni." Wanita itu memperkenalkan dirinya, sembari mengulurkan tangannya pada Sena.
Sena pun membalas uluran tangan itu. " Anara, senang bertemu denganmu."
Setelah sesi perkenalan itu, mereka pun mengobrol sebentar, sebelum memutuskan untuk berpisah dan pulang ke rumah masing-masing. Karena Leni sudah di tunggu suaminya. Jasmine yang baru di Jakarta tidak bisa berlama-lama dengan Sena karena takut nyasar pulangnya. Lagian mereka juga masih bisa bertemu lagi besok di rumah sakit.