Freya, seorang gadis ceria dan penuh ambisi memiliki sifat layaknya seorang remaja pada umumnya. Gadis itu sangat mengidolakan Arvin Mahardika, seorang aktor sekaligus model yang sangat tampan, sehingga tak heran jika dirinya memiliki banyak fans fans dari kalangan seusianya. Namun, dari sekian banyak fansnya, hanya satu yang bikin sang aktor pusing, yaitu Freya. Gadis yang menurutnya memiliki gangguan jiwa karna kelakuannya yang menurutnya terlalu berlebihan sebagai seorang fans. Segala cara ia lakukan agar gadis itu berhenti mengejarnya, mulai dari sifat tegasnya sampai mempermalukannya di media hingga membuat Freya sempat menyerah. Namun, tak sengaja ia mendengar percakapan salah satu seorang aktor yang merupakan sahabat dekat sang idola, membuatnya bertekad menyelamatkan sang idola sekaligus pujaan hatinya. Berbagai cara ia lakukan agar bisa memantau kegiatan sang idola, sampai pada akhirnya ia memilih pergi dan menjauh dari kehidupan Arvin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rezqhi Amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berubah
Matahari mulai memancarkan sinarnya, membuat seorang gadis membuka matanya. Gadis itu adalah Freya dengan wajah pucatnya. Gadis itu merasakan pusing dikepalanya. Gadis itu kemudian menoleh kesamping, dan alangkah terkejutnya dia saat netranya melihat sosok yang dicintainya sekaligus yang membuatnya terluka begitu dekat dengannya. Namun yang membuatnya syok, wajah cowok disampingnya ini memar-memar dengan rambut yang kusut. Sesaat kemudian gadis itu menunduk dan melihat tubuhnya yang tertutup oleh jaket cowok itu. Sulit untuk dipercaya, pasalnya ia sangat tahu bahwa jaket berbahan jeans ini adalah jaket kesayangan idolanya itu. Lantas, mengapa cowok itu ada didekatnya dan jaket yang menutupi tubuhnya. Ia berusaha mengingat apa yang terjadi. Yang ia ingat adalah berlari sekencang mungkin untuk pelampiasan kesedihannya sampai pada akhirnya gadis itu tersesat.
Namun, apakah cowok didekatnya itu mencari dirinya. Apa mungkin cowok itu yang menutupi tubuhnya dengan jaket kesayangan agar tak kedinginan. Tapi hal itu mustahil, mengingat cowok itu sama sekali tidak peduli padanya. Tidak mau ambil pusing, tangan gadis itu terulur untuk menyentuh rambut cowok didekat ini. Hal itu berhasil si pemilik rambut terbangun. Seketika Freya menarik tangannya dengan cepat, dan sedikit menjauh dari cowok itu. Gadis itu sedikit trauma dengan kejadian kemarin.
Sementara Arvin, cowok itu berusaha menstabilkan dirinya. Setelah itu, cowok itu melihat Freya yang sedikit menjauh dari dirinya. Terlihat ekspresi gadis itu ketakutan melihat cowok itu. Namun cowok itu mendekat, dan tersenyum ke arah Freya. Membuat gadis itu mematung, pasalnya jarang sekali dirinya melihat cowok didepannya ini tersenyum. Apalagi ini pertama kalinya cowok itu tersenyum didepan dirinya. "Hei, gak usah takut. Maaf kemarin gue kelewatan," ucap Arvin sedikit lembut. Mendengar nada itu, membuat Freya sedikit gugup. Apa semua ini nyata, atau mimpi. Arvin pun mendekat ke arah gadis itu dan menyentuh kening milik gadis itu. Udah agak mendingan, cowok itu akhirnya merasa lega.
"Yuk kita cari jalan pulang," ucap Arvin sambil menggenggam tangan Freya yang membuat si pemilik tangan deg-degan luar biasa. 'Anjir, ini beneran Arvin gak sih. Kok berubah drastis,' batin gadis itu.
'Kok gue deg-degan ya,' batin Arvin. 'Keknya ada yang salah sama jantung gue,' batin cowok itu lagi.
Kedua manusia berlawanan jenis itu pun berjalan menelusuri hutan ini dengan masing-masing perasaan yang karuan. "Btw, gu-gue minta ma-maaf atas ke-kelakuan gue kemarin," ucap Arvin memulai perbincangan itu dengan gugup. Cowok itu sendiri mengapa dirinya jadi gugup begini. Sementara Freya, gadis itu tersenyum senang. Ia tak menyangka hal ini akan terjadi. "Iya, gak papa. Gue maafin kok," ucap Freya tulus.
Tak lama kemudian, kedua remaja itu mendengar suara orang-orang memanggil mereka. "FREYA, ARVIN!"
"Eh, keknya ada yang mencari kita," ucap Freya senang. Arvin yang mendengar itu pun segera teriak sekencang-kencangnya. "KITA DISINI," balas Arvin. Tak lama kemudian rombongan manusia datang menghampirinya Arvin dan Freya. Gleen yang melihat kakak sepupunya, tak kuasa menahan air mata. Cowok itu pun tiba-tiba memeluk Freya. "Kak, lu gak papa kan? hiks gue beneran khawatir sama lu," ucap Gleen sambil terisak dan memeluk kakak sepupunya itu dengan erat. Freya yang mendengar dan mendapatkan pelukan tiba-tiba itu cuma tersenyum dan membalas pelukan sang adik. "Cengeng banget sih, gue gak papa kok," ucap Freya sambil mengelus-elus punggung Gleen. Walau mereka sering berantem layaknya Tom dan Jerry, tetapi mereka aslinya saling menyayangi satu sama lain.
"Syukurlah kalian tidak apa-apa, yuk kita pulang," ucap pak sutradara. Semua yang ada disitu pun berjalan pulang menuju area percampingan. Namun, salah satu dari mereka memandang tak suka ke arah Arvin. 'Kenapa harus ketemu sih, udah bagus hilang,' batin orang itu.
***
"Huaa, Freya. Lo gak kenapa-kenapa kan? gak ada yang lecet kan?" ucap Anya sambil memutar-mutarkan tubuh Freya. "Apaan sih Nya, gue gak kenapa-kenapa kok. Cuma pusing doank dikit," ucap Freya lemah. "Gue khawatir tau," ucap Anya dengan nada cemberut.
"Yaudah, mending lu istirahat dulu Frey. Ganti baju biar agak segaran," ucap Megan lembut. Freya yang mendengar itu cuma mengangguk.
"Lo juga Vin, ganti baju sana. Dan obati luka lo biar gak infeksi," ucap Raka. Tanpa sepatah kata, cowok itu berjalan menuju tenda cowok itu.
" Kok, lo kek gak senang gitu Arvin dan Freya ditemukan," ucap Raka dengan nada mencurigakan kepada Ryan.
"Ya Allah, Raka sayang. Ya kali gue gak senang melihat sahabat gue kembali dengan selamat. Lo gak tau seberapa khawatirnya gue kemarin," ucap Ryan berusaha menetralkan wajahnya.
"Kok gue gak percaya ya," ucap Raka. "Serah lu aja Ka," ucap Ryan dan meninggalkan tempat itu.
Sementara itu,.Freya sedang membersihkan dirinya menggunakan tissu basah. Tak lupa ia menggosok giginya. Dan kemudian mengganti baju, menggunakan body lotion dan tabir surya. Serta rambut yang ia Cepol. Gadis itu nampak senyum mengingat kejadian tadi ditengah hutan. Ia kemudia melihat jaket milik Arvin, dan memeluknya erat-erat. Dia akan mengembalikan jaket itu setelah ia cuci. Gadis itu kemudian mengingat lebam-lebam diwajah sang idola. Ia kemudian mengambil kotak p3K yang ia bawa dari rumah. Gadis itu memang selalu siap siaga membawa kotak itu kala perjalanan jauh.
"Hei, sorry mengganggu. Gue cuma mau kasih ini sama lo, kasihan luka itu nanti infeksi," ucap Freya kaku. Ia tidak mau lagi terlihat heboh didepan Arvin.Ia takut cowok itu kembali ilfil kepadanya.
"Thanks ya," Arvin menerima kotak itu sambil tersenyum. Freya sebenarnya ingin sekali mengobati luka-luka cowok itu. Namun. Ia tahan, karna takut Arvin terganggu kek kemarin. Namun, sungguh diluar dugaan. Cowok itu justru menawarkannya pada Freya. "Lo gak ada niatan mau obatin gue gitu," ucap Arvin sambil menatap gadis didepannya ini.
Sedangkan Freya, gadis itu gugup ditatap oleh sang idola. "Emang boleh?" tanya Freya dengan polosnya. Mendengar itu, Arvin terkekeh yang membuat ketampanannya bertambah berkali-kali lipat. "Boleh lah, kan gue yang tawari," ucap cowok itu. Mendengar itu, Freya segera mengambil kotak obat miliknya dan duduk didekat Arvin. Gadis itu mulai mengambil cairan alkohol dan kapas untuk membersihkan luka cowok didepannya. Gadis itu tampak gugup dan malu saat mengaplikasikan kapas yang berisi alkohol diwajah cowok itu. Hal yang sama pun dirasakan oleh Arvin. 'Kenapa akhir-akhir ini jantung gue selalu berdetak kencang ya. Apa gue kena penyakit jantung?' batin cowok itu.
'Ya Allah, sumpah demi apapun. Wajahnya sangat tampan sedekat ini,' sorak Freya dalam hati. Gadis itu berusaha menahan mati-matian dirinya agak tak teriak didepan idolanya ini. Ia tak ingin cowok itu ilfil lagi kepadanya.
Selesai dengan kapas, gadis itupun mengambil betadine dan mengaplikasikannya ke wajah Arvin. Kemudian langkah terakhir iya menempelkan handiplast gulungan ke setiap luka luka diwajah tampan itu.