Sequel Story Of [SELEPAS KATA TALAK]
"Dia!" Tetuah itu menunjuk ke arah ... Bukan ke arah perawan desa yang dari dulu menantikan tubuhnya di jamah oleh Pak Kades yang menurutku biasa saja ini, tapi dia menunjuk ke arahku. "Non Gea, yang akan menjadi Bu Kades."
"Hah?" Aku mendelik, tipe orang macam Tetuah desa ini lah yang ingin aku libas akhir-akhir ini. "Sialan."
*****
Bagaimana jadinya. jika Gea yang ingin membalaskan dendamnya kepada Kades yang sudah menghamili kakaknya malah terjebak menjadi istri Kades itu sendiri dengan identitas rahasia yang masih ditutupi.
Akankah Gea bertahan dalam balas dendamnya. atau malah menyerah dengan rencananya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31. Gibran, Benci Papa?
#Ozan
Rasanya bertemu dengan Gibran adalah hal yang paling membahagiakan dalam hidup saya pribadi, bahkan setelah mengetahui bahwa Gibran adalah anak kandung saya
Setelah bertemu Gibran, saya mengajaknya untuk membeli es krim di sebuah stand yang ada disana, Gibran tampak senang, entah karena bertemu dengan saya atau ada hal lain
Terkadang pemikiran anak umur empat tahun ini benar-benar membuat saya speechless secara pribadi, darimana segala pemikiran hebat itu kalau bukan dari didikan keluarga Gea dan Ratna.
Sejenak terbersit rasa penyesalan dikala mengingat semua masa lalu saya.
Setelah membeli es krim saya memilih duduk di sebuah bangku dipinggir jalan, tepat di halaman gedung seminar Gea bersama dengan Gibran.
"Bran, Papa mau nanya, kalau semisal Gibran ketemu sama Papa kandung Gibran, Gibran bakal benci gak?"
Saya sudah terlalu gemas untuk menanyakan hal ini, Gibran menatap saya sejenak kemudian menggelengkan kepalanya.
"Kata Mama, Papa sudah gak ada, Papa jahat udah pergi ninggalin Gibran sama Mama," jawab Gibran memakan es krimnya.
Gak Nak! Papa masih disini! Papa ada didekat kamu sekarang, Papa gak bakal ninggalin kamu lagi.
"Tapi Gibran gak pernah benci sama Papa, kata Kakek gak ada yang namanya mantan Papa, jadi Gibran bahagia-bahagia aja kok, kalau nanti Papa kandung Gibran datang Gibran gak bakal benci, tapi kalau Gibran disuruh milih, Gibran bakal pilih Papa Ozan," jelas Gibran memeluk saya erat. "Papa Ozan itu Papa terbaik yang pernah ada, Gibran bahagia bisa ketemu Papa Ozan."
Saya terhenyak, rasanya air mata ini keluar dan meluncur begitu saja, tapi tertahan disaat saya memilih mengusap wajah Gibran, setelahnya saya memilih menyugar rambut seolah ini adalah dosa terbesar yang pernah saya lakukan.
"Tapi kan Papa kandung kamu, udah bikin Mama menderita, udah bikin kamu kesepian, di ejek temen kamu."
"Itu bukan salah Papa kandung Gibran, itu udah ketentuan Allah, waktu Gibran sholat sama nenek dan kakek, Kakek selalu cerita, apapun yang terjadi jangan pernah menyalahi takdir Allah, karena semuanya sudah di catat jauh sebelum kita di ciptakan, jadi Gibran gak ada alasan buat benci gitu aja," Gibran tersenyum manis.
Orang tua Gea benar-benar adalah seorang yang sangat dirindukan surga, lihat saja bagaimana dia mendidik anak seusia Gibran menjadi pribadi yang baik dan selalu menjunjung tinggi kuadrat dan agamanya.
Saya yakin, ketika Gibran besar nanti, dia akan menjadi sesuatu, dia akan menjadi orang hebat dengan segala kemampuannya dan saya percaya akan hal itu.
"Papa Ozan, kok nanya itu?"
"Gapapa, Nak."
"Papa Ozan jangan khawatir, apapun yang terjadi aku bakal tetap sama Papa Ozan," jawab Gibran yang membuatku terdiam.
"Kalau semisal Mama Gea, ngelarang kamu sama Papa Ozan?"
"Gibran, bakal tetap pilih Papa Ozan," jawab Gibran santai.
"Kenapa?"
"Karena Mama gak mungkin, ngelarang Gibran sama Papa Ozan, Mama Gea itu emang nyebelin tapi Mama Gea gak pernah egois, dia suka sama Papa Ozan, Mama Gea selalu cerita kalau Papa Ozan itu baik."
Benarkah?
"Kalaupun Gibran disuruh milih, Gibran gak akan milih siapa-siapa, karena Gibran milik Papa dan Mama, pada dasarnya Gibran hanya bisa ikut mau ke Mama atau ke Papa tapi tujuan awal Gibran kan ingin Papa dan Mama bahagia, Gibran capek Pa, Mama Gea juga kasian, Gibran masih kecil gak bisa ngejaga Mama Gea, Gibran berharap Papa Ozan akan selalu ada, buat jagain Mama Gea, setidaknya demi Gibran."
Saya masih tidak bisa berpikir, apakah semua kalimat itu diucapkan oleh anak berusia empat tahun, logikanya tidak akan mungkin, tetapi Gibran berbeda, dia adalah anak yang didewasakan oleh keadaan, sehingga ia memiliki pemikiran yang tidak sesuai umurnya, dan hebatnya semua pemikiran itu selalu benar.
"Papa, bahagia, sama Gibran dan Mama Gea?"
Kini Gibran yang balik bertanya kepada saya, saya mengangguk yang membuat Gibran menyodorkan es krim miliknya kepada saya, saya memakannya sedikit, Gibran berdiri kemudian mencium pipi saya.
"Makasih Papa, Papa tahu Gibran pernah dengar ini dari salah satu seminar Mama Gea, Bahagia itu gak dicari tapi harus kita yang sadari."
Dan itu sangat benar!
Kami menghentikan momen berdua ini disaat Kak Akta datang mengabarkan, inilah saatnya saya bertemu dengan Gea.
•
•
•
Assalamualaikum
Jangan Lupa Like
Update lagi gak? Kalau komennya banyak, hari ini update lagi hehehe~
mengingat putra bungsuku bernama Akhta yg 4 lalu berpulang d usia 4 thn 4 bln😢
suka ngakak deh pas baca suara hatinya Gea..
lain di mulut lain di hati itu mah, wkwkwkwk..
Gea ini kriteria cewek yg dibaperin dikit udah meleyot, jadi gampang banget berubah haluan..
apalagi kalo Allah udah turun tangan, jadilah benci dan dendam berubah jadi cinta dan sayang.. hehe..
belum sampai hamil ceritanya, tapi it's okay..
oke deh dek othor, Terima kasih atas ceritanya yg bagus banget..
semoga sehat sehat selalu dan tetap semangat untuk terus berkarya..
semoga sukses selalu yah dan lancar untuk kuliahnya jg..
barokallahu fiik🙏
ada jg 1 na 2000 x thor...
mode emak2 menjeriittt...😲😲😲
😃😃😃
Gea nya kocak 😂😂😂😂👍👍👍👍
karena ratba bilang ada foto disimpan, tp gea tidak mau melihat fotonya