Season 1
Kisah dua orang yang sangat menginginkan kebebasan dalam hidup mereka. Hingga keduanya bersedia untuk melakukan apapun untuk mendapatkan kebebasan itu.
Veronica Catarina Emmanuel, seorang tuan puteri yang selalu terbelenggu kebebasan hingga suatu hari dengan bantuan sahabatnya. Berhasil melarikan diri dari pengawalan ketat sang kakak.
Adrian Hanson Lee, pria yang hidup sangat bebas. Saking bebasnya membuat sang ayah pusing tujuh keliling. Hingga timbul sebuah ide untuk "membuang" sang putra ke suatu tempat yang bisa mengekang sedikit kebebasannya.
Lalu bagaimana jika keduanya dipertemukan secara tidak sengaja dan terpaksa bersama karena suatu keadaan.
Ikuti kisah Hans dan Ve di karya terbaru aku ya....
Season 2 King's Missing Bride
Melanjutkan kisah Mark dan Lyn. Bagaimana akhirnya keduanya bisa bersama. Di tengah K yang selalu mencoba mendekati Lyn.
Mark, yang putera mahkota sedang Lyn hanya gadis biasa...Juga kelanjutan kisah Hans dan Ve...
Dikepo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sugi ria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadikannya Satu-Satunya
"Apa yang kau katakan pada Ve?" Tanya Lyn.
Kembali gadis itu menemui Adrian. Bukan di ruang kerja milik Adrian. Tapi di rooftop tepat Ve biasanya menghabiskan waktu.
"Aku hanya mengatakan apa yang ada dalam hati dan pikiranku" Adrian menjawab santai.
"Memangnya apa isi kepalamu itu selain **** dan yang sejenis dengan itu" Todong Lyn.
"Astaga Lyn. Apa aku ini seburuk itu di matamu?" Adrian tidak percaya pada pandangan Lyn soal dirinya.
Dan pertanyaan Adrian dijawab kedikan bahu oleh Lyn.
"Astaga" Umpat Adrian tidak percaya.
"Sebab kesan itulah yang aku dapat darimu, Hans. Playboy, player. Atau mungkin kau sudah masuk kategori casanova yang tiap hari berganti partner ranjang?" Pancing Lyn.
"Aku tidak seburuk itu!" Sangkal Adrian.
"Dan kau pikir aku percaya?" Lyn bertanya sambil menaikkan satu alisnya.
Adrian menatap kesal pada Lyn. Hening sejenak.
"Buktikan kalau kau layak untuk Ve. Baru aku akan percaya kalau kau tidak seburuk dugaanku" Lyn memberi saran.
"Lyn aku memang brengsek. Tapi itu dulu. Waktu aku masih di Paris. Tapi sejak aku pindah ke sini. Aku mulai berhenti"
"Sebab kau tidak suka wanita sini"
"Hei kalau niat cari. Di JB banyak yang jadi tipeku. Kalau hanya sekedar menghabiskan malam panas bersama" Ujar Adrian sambil menyeringai.
Dia mulai usil ingin mengerjai Lyn. Wanita tipe seperti Lyn pasti tidak suka diajak membicarakan hal-hal yang kurang pantas.
"Apa maksudmu?" Lyn bertanya ragu.
"Malam panas? Masak kau tidak tahu? ONS, one night stand. Satu malam satu wanita" Goda Adrian.
"Iisshh, Hans kau menjijikkan!" Maki Lyn langsung.
Adrian tertawa.
"Dan kau percaya?" Tanya Adrian.
"Kau mengatakannya sendiri takkan aku tidak percaya"
"Kalau aku bilang itu bohong"
"Alah tukang tipu dimana-mana ya nipu aja" Potong Lyn cepat sambil menyilangkan tangannya di depan dada.
"Kali ini aku sungguh-sungguh dengan Ve. Aku akan berusaha untuk menjadi pantas untuknya. Menjadi layak untuknya" Adrian berusaha meyakinkan Lyn.
"Dan haruskah aku percaya padamu?"
"Harus! Kau harus percaya padaku. Karena aku tidak berbohong padamu"
"Kalau begitu tunjukkan padaku. Pada Ve, kalau kau benar-benar layak untuknya. Karena kalau kau terbukti hanya ingin bermain-main dengan Ve. Bukan hanya aku saja yang akan menghajarmu. Akan aku pastikan kakak Ve dan yang lainnya, juga akan menghajarmu.Camkan itu Hans!" Ucap Lyn penuh penekanan.
Lantas berlalu dari hadapan Adrian yang langsung melongo mendengar perkataan Lyn. Bukan, bukan soal Lyn yang akan menghajarnya. Tapi soal Lyn yang tahu soal kakak Ve.
"Tunggu Lyn! Apa kau tahu soal kakak Ve?" Teriak Adrian.
"Aku hanya melihatnya ketika Ve menunjukkan fotonya" Lyn menjawab dan kali ini benar-benar menghilang dari hadapan Adrian.
Sejurus kemudian Adrian meraih ponselnya. Dia seketika cemas. Apa Lyn tahu siapa Ve. Kalau iya, itu akan sangat berbahaya. Adrian harus memastikan siapa Lyn.
"Ada apa kau menghubungiku. Aku sedang "bekerja" Jawab Fao diujung sana.
"Selidiki seseorang untukku. Ah tidak untuk keamananmu sendiri. Dia warga sipil. Tapi tahu soal atasanmu" Ucap Adrian cepat.
"Apa maksudmu? Memang dia siapa?" Tanya Fao cuek.
"Dia roomate Ve"
"Oh, yang namanya Lyn itu"
"Kau tahu?" Tanya Adrian.
"Aku tahulah. Tubuhnya lumayan lo" Goda Fao.
"Aku tahu. Ahh itu tidak penting sekarang. Yang penting. Ve secara pribadi menunjukkan foto Mark kepada Lyn"
"Apa itu benar?" Fao bertanya tidak percaya.
Pria itu mulai bekerja.
"Jika dia benar-benar baik aku tidak masalah. Tapi jika dia seperti dugaanku. Kita harus bertindak" Tambah Adrian.
"Oh my God. Hans ini berita besar" Suara Fao terdengar antusias.
"Apa maksudmu dengan berita besar...Fao...halo Faoo...sh**!!! dia menutup panggilannya" Maki Adrian.
Adrian kesal bukan kepalang.
****
"Apa dia ada?" Tanya Fao tanpa basa basi pada provost yang bertugas.
"Siap Letnan, Prince Mark ada di...
Belum sempat petugas itu melanjutkan perkataannya. Fao sudah langsung menghambur masuk. Meninggalkan makian petugas tadi yang tentunya dia lakukan dalam hati.
"Mark, Mark!" Teriak Fao begitu masuk ke ruangan Mark.
"Astaga ini anak. Kebiasaan!" Maki Al.
"Aiishh kalian diamlah. Ini penting. Sangat penting"
"Apa itu soal Ve?" Mark bertanya.
"Sama pentingnya dengan Ve. Oke apa kau masih menginginkan wanita itu untuk jadi ratumu?" Tanya Fao to the point.
"Kau menemukannya?" Potong Sebastian.
"Jawab dulu!"
"Tentu saja. Jika aku bisa menemukannya. Akan aku pastikan dia jadi ratuku" Mark menjawab yakin.
"Apa ini dia?" Fao bertanya ambil menunjukkan sebuah foto yang dia bawa dalam map coklatnya.
"Alhamdullillah. Ini benar dia Fao. Lama aku mencarinya. Kau menemukannya dimana? Siapa namanya?" Cerocos Mark dengan mata berkaca-kaca.
Perlahan diusapnya foto wanita itu.
"Semua rahasia. Cukup kau pastikan bahwa dia yang kau cari" Jawab Fao tegas.
"Fao siapa namanya? Dimana dia sekarang?" Cecar Mark juga Al dan Sebastian.
"Itu rahasia. Dan itu tugasku. Aku harus melindunginya sampai waktunya tiba. Dia kan calon ratumu"
"Satu clue saja, Fao. Kau tidak lihat apa dia seperti orang gila mencarinya" Desak Albert.
"Tidak bisa Albert. Dua orang penting ada diluar sana. Aku tidak mau ambil resiko" Tolak Fao lagi.
"Oh my God. Begini ini kalau punya Letnan terlalu kaku. Dibujuk pake apapun nggak mempan" Gerutu Sebastian.
"Apa tak suruh Rose buat bujuk dia?" Saran Albert.
"Jangan. Aku akan sabar menunggu sampai dia mau memberitahuku. Tidak akan lama bukan?" Mark bertanya sambil tersenyum.
"Dua bulan. Dan selama itu sebaiknya kau mantapkan pilihan hatimu. Dia jelas berbeda. Dan kau sedang mempelajarinya. Aku tahu kau sudah lama tertarik dengan hal itu" Saran Fao.
Mark nampak diam.
"Apa ini akan jadi masalah?" Tanya Mark pada Albert dan Sebastian.
"Pro dan kontra pasti ada. Itu biasa. Tapi apa masalahnya. Kau rajanya. Dan yang kau lakukan tidak melanggar peraturan. Bahkan hukum internasional mendukung dan melindungi seseorang dalam menentukan keyakinannya masing-masing. Itu hak asasi manusia yang paling dasar. Semua akan menghilang dengan sendirinya seiring waktu" Albert menganalisa situasinya.
"Hanya saja kita perlu mengantisipasinya" Saran Sebastian.
"Dan kau harus lebih waspada" Albert berucap pada Fao.
"Seperti biasa" Jawab Fao santai.
"Dan lagi. Aku rasa kau perlu sedikit bersandiwara dengan Medusa itu dalam dua bulan ini" Fao berkata tiba-tiba. Setelah hening beberapa saat.
"Maksudmu?" Tanya Albert sedang Mark langsung memasang tampang waspada. Soalnya terkadang ide Fao sering tidak masuk akal. Namun selalu tepat sasaran.
"Kau harus berpura-pura sudi menjalin hubungan dengan Medusa itu. Agar The Problem tidak curiga jika kau sudah menemukan your missing bride" Jelas Fao.
"Tapi Fao aku tidak mau disentuh oleh Medusa itu. Itu tidak boleh" Tolak Mark.
"Kalau begitu kau akan menempatkan dia dalam bahaya. Sebab apa? Penolakanmu akan membuat The Problem curiga kalau kau sudah menemukan ratumu" Kembali Fao memberi pertimbangan.
Albert dan Sebastian hanya bisa manggut-manggut.
"Kenapa sih aku selalu tidak bisa menolak rencanamu. Meski kadang itu begitu menyiksaku" Keluh Mark.
"Karena rencanaku selalu berhasil" Fao menjawab narsis.
"Pakai sarung tangan saat kau bersama Medusa. Itu akan mencegahmu melakukan sentuhan fisik langsung dengan wanita ular itu" Saran Albert.
Mark tampak manggut-manggut. Mengiyakan saran Albert.
"So...kau terima saranku. Dan akan kulindungi ratumu"
"Juga Ve"
"I have no choice, haven't I?" Tanya Mark lesu.
"Absolutly" Jawab Fao sambil menyeringai puas.
Mark semakin lesu. Namun jauh di lubuk hatinya. Dia bertekad akan melakukan apapun untuk membawa wanita itu ke istana. Menjadikannya satu-satunya.
***
aq suka visual FAO dan rose cocok.untuk Mark dan Lyn visualnya masih kurang.