Helena, seorang wanita cantik dan calon dokter, harus merasakan sakit hati karena suaminya, Marco, berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, Sherly, sampai wanita itu hamil. Dia harus rela berbagi suami dengan sahabatnya itu. Rasa cintanya berubah menjadi amarah dan kebencian. Akhirnya Helena memutuskan untuk bercerai dan lepas dari kehidupan Marco.
Beberapa bulan setelah bercerai, Helena terpaksa menerima perjodohan dan menikah dengan sahabat masa kecilnya, Axello, pria berhati dingin.
Pernikahan pun terjadi tanpa adanya cinta, tapi penuh kebencian dan niat balas dendam dalam hati Axel.
Season 2. Jasmine dan Kisah Cintanya
Jasmine dan Evan mantab untuk menikah setelah berhubungan selama 8 tahun. Namun ujian datang dari kakek Evan yang membawa perjodohan. Dan sebuah kesalahpahaman yang membuat keduanya harus berpisah. Akankah keduanya bisa bersatu kembali atau bertemu cinta yang baru?
Penasaran? Yuk ikuti kisahnya sampai akhir.
Sequel dari novel "Menikahi Ayah Dari Anak GENIUSKU"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rozmine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31. Kau Milikku, Aku Milikmu
Sedikit menghangatkan udara di malam yang dingin ini.
...🌹🌹🌹...
Axel dan Marissa makan malam di restoran yang ada di hotel A1. Mereka memesan VVIP room. Sebenarnya Axel merasa enggan, tapi dia harus tetap menjalankan perannya dengan baik dalam permainan drama ini. Hidangan makan malam mereka sudah tersedia di meja.
"Axel, aku ke toilet dulu ya sebentar," ucap Marissa.
"Baiklah. Aku akan makan setelah kau kembali," jawab Axel.
Marissa segera berdiri dan berjalan menuju toilet. Saat berada di depan pintu toilet, Marissa bertemu dengan seorang pelayan.
"Bagaimana? Apa kau sudah melaksanakan tugas yang aku berikan?" tanya Marissa.
"Sudah Nona. Saya sudah memasukkan obat yang Anda berikan ke dalam minuman pacar Anda," jawab pelayan itu.
"Bagus. Ini untukmu," ucap Marissa sambil memberikan amplop berisi sejumlah uang kepada pelayan itu.
"Terima kasih, Nona," ucap pelayan itu senang.
"Ingat. Jangan sampai kau buka mulut. Atau kau akan tahu akibatnya," ancam Marissa dengan wajah dinginnya.
Pelayan itu meneguk salivanya kasar.
"Anda tenang saja, Nona. Saya tidak akan buka mulut," jawab pelayan itu.
Marissa segera masuk ke dalam toilet. Marissa mengeluarkan ponselnya. Marissa melihat beberapa foto Helena bersama Marco dan Reymond yang diambil oleh orang suruhan Marissa. Marissa sengaja menyewa orang untuk memata-matai Helena.
Marissa tersenyum puas. Lalu dia mengirimkan foto-foto tersebut ke ponsel Axel menggunakan nomor yang tak dikenal.
"Pasti Axel akan menganggap istrinya itu tak lebih dari seorang wanita murahan. Tak lama lagi, Axel pasti akan menceraikannya. Dan aku akan segera menjadi Nyonya Muda Alvaro," ucap Marissa dengan senyum bahagia.
Axel mengambil ponselnya saat berdering dan melihat ada pesan masuk. Axel segera membuka pesan itu.
Mata Axel terbelalak melihat foto Helena sedang berpelukan dengan Marco, dan foto selanjutnya Helena dan Reymond yang sedang berpegangan tangan.
"Br*ngs*k!" umpat Axel marah sambil memukul meja dengan keras.
Rahang Axel mengeras. Axel langsung meraih gelas dan meneguk airnya. Emosi Axel benar-benar memuncak. Tak lama kemudian, Axel merasakan tubuhnya mulai memanas dan ada sesuatu dalam tubuhnya yang mulai bangkit.
"S**l! Minuman ini sudah diberi obat," ucap Axel kesal.
Axel segera bangkit dan berlari keluar dari VVIP room itu. Beruntung ada William yang juga berada di restoran itu untuk mengawasi Axel dan Marissa.
"Will!" seru Axel dengan wajah mulai memerah.
"Ada apa Tuan? Apa terjadi sesuatu?" tanya William.
"Ada yang mencampur obat ke dalam minumanku. Berikan kunci mobilnya. Aku harus segera pergi dari sini," ucap Axel.
"Apa Anda yakin akan mengendarai mobil sendirian?" tanya William sambil menyerahkan kunci.
"Kau tenang saja, aku bisa. Segera cari orang yang sudah membantu Marissa untuk menjebakku! Aku harus pergi sekarang," perintah Axel.
Axel segera berlari menuju mobilnya, dan melajukannya dengan kecepatan tinggi.
Marissa keluar dari toilet dengan rona bahagia di wajahnya. Dia yakin sekali Axel pasti sedang merasakan dari efek obat itu.
"Tenang saja Axelku sayang. Aku akan membantumu untuk menyalurkan semua h*sr*t yang ingin kau keluarkan," batin Marissa.
Saat Marissa masuk ke dalam VVIP room, dia terkejut sekali. Bukan Axel yang berada di sana, tapi William.
"Di mana Axel?" tanya Marissa.
"Maaf Nona, Tuan Axel terpaksa harus pergi setelah mendapatkan telpon dari Tuan Besar Alex. Sepertinya ada sesuatu yang sangat penting," jawab William.
"Apa?" tanya Marissa tak percaya.
Marissa melihat gelas air milik Axel yang masih penuh airnya. Terlihat raut kesal di wajahnya.
William tersenyum tipis.
"Kalau begitu, saya permisi dulu, Nona. Selamat menikmati makan malam, Anda," ucap William sambil tersenyum.
William segera keluar dari ruangan itu dan meninggalkan Marissa sendirian.
Marissa marah dan menggebrak meja.
"S**l! Rencanaku bisa gagal!" teriak Marissa marah.
Axel melewati jalanan yang sangat sepi. Mobilnya berhenti di depan sebuah gerbang yang tinggi dan besar. Axel membuka gerbang itu dengan remote control. Axel segera masuk dan memarkirkan mobilnya di antara deretan mobil mewahnya yang ada di sana.
"Sebaiknya aku segera berendam dan meminum obat penenang," ucap Axel yang berusaha menahan h*sr*tnya yang mulai bangkit.
...*****...
Helena melihat ke tempat parkiran depan mansion dari balik jendelanya.
"Apa yang kau harapkan Helena? Axel tidak mungkin pulang di jam segini. Dia pasti sedang bersama Marissa," gumam Helena sambil tersenyum kecut.
Helena haus, tenggorokannya terasa kering. Dia segera keluar dari kamarnya. Saat berada di dapur, Helena segera mengambil air dari dalam lemari es.
"Ah... Segarnya," seru Helena.
Tiba-tiba Helena merasa merinding. Helena membalikkan badannya dan terkejut melihat Axel yang berdiri di dekat mini bar. Wajah Helena memucat saat mendapat tatapan tajam yang seolah ingin memangsanya.
Axel meneguk salivanya kasar saat melihat Helena yang memakai gaun tidur berbahan satin tipis dan hanya ada satu kain pelindung segitiga bermuda di bagian bawahnya. Helena tadi terburu-buru sehingga dia lupa memakai jubah tidurnya.
"K-kau sudah pulang?" ucap Helena gugup.
Axel tak menjawab. Axel mendekat dan berdiri tepat di hadapan Helena. Helena merasakan hawa panas dari tubuh Axel dan terlihat wajah Axel memerah dan berkeringat.
"Apa kau sakit?" tanya Helena khawatir.
Axel langsung menarik tubuh Helena dan merapatkan tubuh mereka. Axel semakin mengeratkan pelukannya. Axel meraup bibir ranum Helena dan m*l*m*tnya. Helena terkejut mendapat serangan mendadak.
"Mmmphh... Xel," Helena hendak protes.
Axel semakin memperdalam c**m*nnya. Helena membelalakkan matanya saat merasakan ada sesuatu yang mengeras menyentuh perutnya. Helena ketakutan, dia tahu jika Axel sedang dalam pengaruh obat perangsang.
Plak!!!
Helena menampar pipi Axel. Axel segera melepas c**m*nnya dan melonggarkan pelukannya.
Helena berhasil melepaskan diri dan dia langsung berlari menaiki tangga. Baru naik satu anak tangga, Axel langsung menggendongnya dan meletakkannya di punggung seperti karung beras.
"Lepaskan aku, Axel!" teriak Helena.
Axel menulikan telinganya. Dia semakin melebarkan langkahnya. Axel membuka pintu kamar Helena dengan kasar. Axel membanting tubuh Helena di atas ranjang, membuat tubuh Helena bergetar karena takut. Axel segera mengunci pintu kamar itu dan membuang kuncinya sembarangan.
Axel berjalan mendekati ranjang sambil melepas dasinya dan membuka kancing bajunya satu persatu. Helena segera berdiri dan melangkahkan kakinya menuju pintu, namun tenaga seorang Axel tidak bisa dia kalahkan.
Axel kembali menarik dan memeluk tubuhnya, lalu dengan kasar membuka gaun tidur Helena dan membuat Helena kembali berteriak.
"Lepaskan aku Axel!" bentak Helena.
Axel tak menjawab. Dia langsung menghempaskan tubuh Helena yang nyaris t*l*nj*ng bulat di atas ranjang. Axel langsung melepas baju beserta celananya, menyisakan celana boxernya. Axel naik ke atas ranjang dan mengungkung tubuh Helena.
"Axel, aku mohon lepaskan aku," mohon Helena sambil terisak.
"Apa kau sejijik itu disentuh olehku? Tapi kau dengan suka rela disentuh oleh pria lain?" tanya Axel dingin.
"Apa maksudmu?" tanya Helena tak mengerti.
"Bagian tubuh mana saja yang telah disentuh oleh Marco dan Reymond tadi? Katakan! Biar aku hapus bekas sentuhan mereka dari tubuhmu!" bentak Axel.
Helena membelalakkan matanya dan mengingat pertemuannya dengan Marco dan Reymond di cafe tadi.
"Kau salah paham Axel. Itu tidak seperti yang kau pikirkan. Aku bisa menjelaskan," ucap Helena.
Axel menyunggingkan bibirnya.
"Apa karena aku tidak pernah menyentuhmu, lantas kau bisa seenaknya bersentuhan dengan pria lain?" bentak Axel lagi.
Helena menggelengkan kepalanya.
"Itu tidak benar. Aku berani bersumpah, aku tidak pernah mengkhianatimu," ucap Helena.
Helena terus berusaha memberontak. Axel mengambil dasinya. Axel menarik kedua tangan Helena dan mengikatnya pada sandaran ranjang.
"Kau pernah bilang jika milikku ini kecil, jadi kau pikir aku tidak bisa mem**skanmu?" tanya Axel.
"Tidak Axel. Saat itu aku hanya bercanda. Aku mohon lepaskan aku," Helena terus memohon.
"Tenanglah sayang, aku akan sangat mem**skanmu malam ini. Bahkan jauh lebih mem**skan dari pada kedua pria br*****k itu," ucap Axel sambil menj***t telinga Helena.
Axel menc**m dan m*****t kembali bibir Helena dengan rakus. Lalu turun ke leher Helena. Darah Helena berdesir, tapi dia berusaha menahan agar tidak m******h. Tangan Axel juga ikut bergerilya mengimbangi serangan dari bibirnya. Saat Axel bersikap seperti seorang bayi di gunung kembar yang menantang, akhirnya suara d*****n lolos dari bibir Helena. Tubuh Axel semakin terbakar.
Axel semakin semangat memberikan serangannya. Dia merobek kain pelindung terakhir Helena.
"Jangan. Aku mohon jangan."
Axel membuka celana boxernya dan melepaskan juniornya yang tegak menjulang dengan ukuran yang tak layak disebut "kecil". Helena menelan salivanya kasar melihat milik Axel yang sebenarnya.
Axel menyapa mahkota Helena dengan jarinya. Axel tersenyum. Axel membuka kedua kaki Helena dan memposisikan juniornya tepat di depan pintu gerbang. Axel berusaha untuk masuk, namun beberapa kali dia terpeleset.
"Sakit!" jerit Helena.
Axel terdiam. Dia berusaha untuk menahan gejolak dalam dirinya. Axel bingung. Dia menatap Helena yang terus kesakitan.
"A-apa kau masih... perawan?" tanya Axel.
Helena mengangguk pelan.
Axel membulatkan matanya. Hatinya sangat bahagia. Axel langsung melepaskan ikatan tangan Helena.
"Maafkan aku. Aku minta maaf, El," ucap Axel dengan tatapan penuh sesal.
Tangan Axel menghapus air mata Helena dengan gemetar.
Axel menggeram menahan g****hnya.
"Aku membutuhkanmu, El," lirih Axel.
Helena tahu jika Axel sedang berusaha menahan h****tnya. Helena menarik tangan kanan Axel dan meletakkan telapaknya di atas kepalanya.
"Lakukan kewajibanmu, suamiku," ucap Helena.
Axel menyentuh kepala Helena dan melafalkan doa. Axel menc**m kening Helena lembut. Axel menarik kedua tangan Helena untuk berpegangan di bahunya.
"Kau boleh mencakarku, kalau perlu gigit bahuku saat kau kesakitan," ucap Axel lembut.
Helena mengangguk.
Axel memulai pemanasan lagi. Dan Helena tidak lagi menahan d*s*h*nnya. Terutama saat Axel melahap squisynya dengan lahap.
"Mmmmhhh... Ah.., Xel," d***h Helena.
Axel tersenyum.
"Apa kau siap, El?" tanya Axel.
Helena mengangguk. Axel segera mengarahkan juniornya dan mengetuk pintu surganya perlahan.
"Shhhh...," pekik Helena.
"Tahan sebentar sayang," bisik Axel.
Axel menghentakkannya lagi.
Jleb...
"Sssttt... A**h...," lenguhan Axel saat menikmati juniornya yang mendapatkan pijitan yang memabukkan.
Akhirnya Axel berhasil membobol gawang. Helena berteriak kesakitan. Ada sesuatu yang hangat mengalir dari milik Helena. Air mata Helena mengalir lagi. Axel menghapusnya perlahan. Axel melahap bibir Helena dengan lembut agar Helena merasa lebih tenang. Saat Helena sudah tenang, Axel segera bergerak perlahan.
Jeritan sakit Helena, berubah menjadi d*s*h*n nikmat. Semakin lama ritme gerakan Axel semakin cepat.
"Nikmat sayang?" tanya Axel lembut.
"Sshhh... iya....ahh," jawab Helena.
"Xel. Aku sudah... a*hh," rancau Helena.
"Bersama sayang."
Axel mempercepat ritme gerakannya. Axel dan Helena menjeritkan nama mareka saat keduanya mencapai puncak kenikmatan.
"El/Xel. Aahh..." jerit keduanya bersamaan.
Axel berhasil menyirami ladang Helena untuk pertama kalinya.
Axel berguling ke samping Helena dan memeluknya.
"Terima kasih sayang," ucap Axel bahagia sambil menc**m kening Helena.
Helena hanya mengangguk. Dia masih mengatur napasnya yang terengah-engah.
"Mau mengulanginya lagi, El-ku sayang?" tanya Axel.
"Masih sakit, Xel," jawab Helena pelan.
"Pelan-pelan sayang, please," mohon Axel.
Helena mengangguk malu.
Axel langsung bangkit dan segera memulai permainan panas mereka. Axel terus memintanya dan keduanya melakukan berulang kali seperti tak kenal lelah. Axel berhenti saat melihat Helena sudah tak berdaya.
Axel tersenyum puas dan bangga saat melihat bercak darah perawan Helena di atas sprei.
"Mulai sekarang kau adalah milikku, El. Hanya milikku. Dan aku hanya milikmu," bisik Axel lalu menc**m kening Helena.
Keduanya pun tidur dengan saling berpelukan dalam keadaan polos di dalam selimut. Axel memejam matanya dengan senyum bahagia.
...🌹🌹🌹...
Duh... Panas nggak??? Panas nggak???
Panas lah! Masak enggak! 🤭🤭🤭
Baca juga novel pertama author :
"Menikahi Ayah Dari Anak GENIUSKU"
Jangan lupa selalu dukung author supaya lebih semangat dan lebih baik lagi dalam berkarya dengan :
✔Klik favorite❤
✔Tinggalkan comment✍
✔Tinggalkan like👍
✔Tinggalkan vote🔖
✔Beri hadiah🎁🌹
Terima kasih🙏🥰
😂😂😂