Menjadi anak yatim piatu tidaklah mudah bagi seorang perempuan bernama Khasanah .
Sejak kedua orang tuanya meninggal ia hidup seorang diri di rumah peninggalan kedua orang tuanya ,
Bagaimana ia menjalani kehidupan sehari-hari seorang diri ? apakah akan ada seorang membawanya dalam kehidupan yang lebih baik ?
Ikuti kisahnya dan dukung karya Author 👉 like 👉 komentar 👉 subscribe 👉 hadiah 👉 vote.
Harap membaca dengan bijak dan sampai selesai agar tahu endingnya .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4
Khasanah tidak menyadari kalau di belakangnya ada seorang yang mengikutinya sambil memperhatikan geraknya . Ia berjalan menuju dapur dan mengambil air minum di dalam teko dan menuangkan ke dalam cangkir lalu menambahkan sedikit madu lalu di aduk kemudian ia kembali ke kamar membawa secangkir minumannya .
Orang itu melihat khasanah tanpa berkedip karena tidak memakai jilbab . Ia merasa beruntung bisa melihat pesona Khasanah tanpa jilbab . Sampai khasanah masuk ke kamar dan menguncinya .
Orang itu merasa kecewa karena niatnya gagal ingin membuat khasanah jatuh dalam pelukannya . Ia menyadari kesalahannya kemudian meninggalkan rumah khasanah dengan sedih dan kecewa .
"Kenapa aku tidak ngapa-ngapain kalau dekat dengannya , dia terlalu sempurna . Indah sekali wajah dan tubuhnya aku harus bisa mendapatkannya secepatnya ," katanya sambil membayangkan saat berdua saja dengan khasanah .
Malam itu Abdi memutuskan pulang setelah mencari tahu tentang jati diri khasanah . Abdi memarkirkan mobilnya ke dalam garasi ia turun berjalan masuk ke dalam rumah dengan senyum ceria diwajahnya.
Sampai di dalam kamar ia tidak langsung tidur melainkan melihat beberapa video dan foto khasanah yang ia ambil diam-diam.
Bibirnya tersenyum ketika melihat khasanah yang begitu tulus dan manis . "Kamu adalah milikku , tapi siapa namamu kenapa kamu sangat pelit hanya memberi namamu batinnya .
Tidak berapa lama Abdi terlelap di depan laptopnya setelah menatap wajah Khasanah .
Abdi dan Khasanah sedang berjalan di sebuah taman bunga , mereka begitu menikmati pemandangan hanya berdua saja .
Abdi sudah tidak bisa menahan perasaannya terlalu lama . sekarang adalah waktu yang tepat mengungkapkan perasaannya sebelum didahului orang lain .
"Apa kamu mau menerimaku dengan segala kekurangan dan kelemahanku ?" Khasanah menjawab dengan senyum tipis dan mengangguk membuat Abdi merasa sangat bahagia cintanya tidak bertepuk sebelah tangan .
"Apa kamu suka mawar ?' tanya Abdi sambil memetik bunga mawar yang ada disampingnya dan memberikan kepada Khasanah .
Khasanah hanya mengangguk dan menundukkan kepala karena merasa malu . Ketika Abdi akan mengambil bunga yang lain namun terjatuh terperosok ke dalam semak .
Abdi merasa sakit di lengan dan keningnya akhirnya ia menyadari sesuatu kalau saat ini ia berada di dalam kamar seorang diri . “Ternyata aku bermimpi," katanya dengan kesal .
Terlihat matahari sudah meninggi membuatnya terkejut kemudian berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri .
Di ruang makan suami istri sedang menikmati sarapan pagi , keduanya menoleh secara bersamaan ke arah anak tangga .
"Lihat dia sudah siang baru bangun rezeki sudah di patok ayam tidak bisa diambil alih ," Ibnu menikmati secangkir kopi pahit sambil melirik Abdi yang baru duduk bergabung bersama mereka .
"Tidak punya ayam juga gak masalah , rezeki sudah ada yang mengatur . Aku sih yakin dan percaya Allah tidak pernah salah kasih rezeki buat hambanya ," Abdi terang membela diri .
Dewi yang sedari tadi hanya mendengar dua pria beda generasi . Bibirnya menyungging senyum sesekali tertawa ketika salah satu bercandanya sangat lucu .
"Cepat berangkat sudah siang lihat jam berapa sekarang ," Dewi menengahi keduanya agar berhenti berselisih .
Abdi mencium tangan kedua orang tuanya kemudian melangkah keluar rumah menuju mobil miliknya . Begitu juga dengan Ibnu ia berpamitan kepada istrinya lalu meninggalkan rumah dengan mengendarai mobil bersama pak sopir pribadinya .
_____________
Pagi itu Khasanah bersiap membersihkan tubuh lalu memasak dan membersihkan rumah . Ia membawa bekal makanan karena rencananya tidak ingin jajan di luar .
Khasanah berjalan keluar rumah menyalakan motornya . Bu Hesti datang sambil membawa rantang makanan . Khasanah sudah menduga sebelumnya tapi bersiap seolah tidak tahu .
“Khasanah , ini buat sarapan kamu jangan lupa di makan ya ," Bu Hesti memberikan rantang kepada Khasanah ,
"Ibu Hesti kenapa repot-repot buatin sarapan saya , maaf saya sudah sarapan tadi ," jawab khasanah dengan sopan takut Bu Hesti tersinggung .
Dalam hati Bu Hesti merasa kecewa khasanah menolak pemberiannya padahal ia peduli terhadap khasanah yang tinggal seorang diri .
Bu Hesti adalah tetangga sekaligus teman semasa kecil ibunya khasanah . Ia sudah menganggap khasanah seperti anaknya sendiri .
Melihat wajah kecewa Bu Hesti , khasanah meraih rantang makanan di tangan Bu Hesti sambil tersenyum .
"Ya sudah saya bawa ke toko buat makan siang nanti , terimakasih ya Bu ," Khasanah meletakkan di depan jok motor kemudian menyalakan mesin motor .
"Nah begitu dong , anak manis . Hati-hati di jalan ya tengok kanan dan tengok kiri terus jangan ngebut ," pesan Bu Hesti sambil membelai punggung khasanah dengan sayang .
"Saya berangkat dulu ya ,Bu ," khasanah meninggalkan Bu Hesti yang berdiri di depan rumahnya .
Selama perjalanan menuju toko Khasanah teringat sosok pria yang datang ke tokonya merasa pernah melihatnya tapi lupa dimana .
“Kok tiba-tiba ingat orang itu ya , siapa dia ?" batinnya sambil melaju di jalan dan sampai d depan toko dikejutkan dengan sebuah karangan bunga mawar yang beraneka macam warna membuatnya bertanya-tanya.
Khasanah masuk ke dalam toko seketika wajahnya terkejut melihat seseorang yang sudah lama tidak bertemu . Dalam hatinya tersimpan rasa benci pada orang yang selama ini membuatnya dirinya berpisah dengan kedua orang tuanya .
"Khasanah , apa kabar ... Sekarang toko kamu bertambah besar dan juga ramai . Tante sangat senang melihatmu sukses ," perempuan itu menyebutnya Tante kepada Khasanah .
Dia adalah saudara dari almarhumah ibunya Khasanah bernama Listyasari . Sudah berkeluarga suaminya adalah seorang pengusaha .
Khasanah teringat ketika kedua orang tuanya meninggal dan di saat itu Listyasari datang bukan belasungkawa justru meminta warisan . Sungguh tidak tahu diri tantenya di hari duka .
Airmata khasanah jatuh begitu saja lalu menghapusnya dengan pakaiannya , tersenyum getir .
”Apa mau Tante datang kemari , apa yang Tante inginkan sekarang ?" Khasanah berusaha bersikap biasa tapi bahasa tubuhnya tidak bisa berbohong membuatnya sesak .
Listyasari tersenyum senang melihat wajah Khasanah yang terlihat serius . lalu mendekat dan duduk dengan santai melihat seluruh ruangan dengan takjub .
"Masih sama tujuan Tante kemari kamu pasti paham lah karena sekarang kamu sudah dewasa . Tante tidak perlu menjelaskan semuanya ," sahut listyasari .
Khasanah sudah menebak sebelumnya , ia sangat pusing jika tantenya kesini itu berarti ada maunya .Khasanah tidak mau dirinya nurut sama tantenya jadi ia waspada jika kemungkinan terjadi .
"Maaf Tante saya tidak akan menuruti keinginan Tante , Tante sudah mendapatkan bagian harta peninggalan almarhumah nenek jadi saya mohon pengertian Tante jangan ganggu saya ," Khasanah sudah kehabisan cara memberi pengertian pada tantenya yang keras kepala .
"Khasanah asal kamu tahu ya toko ini pakai uang saya ingat uang saya jadi saya berhak atas toko ini ngerti kamu ," bentak Listya dengan geram .
Listya tidak pernah mau mengalah pada khasanah apapun harus didapatkannya .