Nama Tokoh Utama: Arsaka Adyatma
Latar: Dunia Kultivator Jepang (Nihon Reikai), tersembunyi di dimensi lain.
Ringkasan Plot
Arsaka Adyatma, seorang mahasiswa teknik elektro yang realistis dari Jakarta, melakukan perjalanan wisata ke Kyoto, Jepang. Ketika ia menyentuh sebuah Gerbang Kuil kuno yang tersembunyi dimensinya, ia secara tak sengaja ditarik ke dalam Nihon Reikai—Dunia Kultivator Jepang, sebuah dimensi di mana hukum fisika digantikan oleh energi spiritual yang disebut Reiki atau Ki, dan kekuatan menentukan segalanya.
Tiba-tiba terdampar dan dilengkapi dengan sistem antarmuka mirip game yang misterius dan warisan unik Segel Naga Void yang tidak aktif, Arsaka mendapati dirinya berada di dasar rantai makanan. Ia diselamatkan oleh murid-murid dari Sekte Awan Guntur di tepi Kekaisaran Tiga Bintang, yang langsung meragukan asal-usulnya.
Novel ini mengikuti perjalanan Arsaka dari seorang Murid Tahap Awal yang naif menjadi seorang Kaisar Kultivasi yang ditakuti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sourcesrc, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4
Aura Penatua Hirano Goro terasa berat dan menindas saat dia memimpin Arsaka keluar dari koridor lembap Paviliun Bawah. Tiga murid luar yang tadi menyerang Arsaka masih membungkuk hormat di pintu, wajah mereka pucat karena takut akan hukuman yang baru saja dijatuhkan. Mereka tidak berani mengangkat kepala sampai langkah kaki sang Penatua menghilang.
Arsaka berjalan di belakang Goro, menjaga jarak tiga langkah. Untuk pertama kalinya sejak tiba di dimensi ini, dia bisa melihat Sekte Awan Guntur dengan benar. Paviliun Bawah terletak di area terendah lembah, di mana Reiki tipis dan udaranya terasa berat. Saat mereka berjalan menaiki tangga batu yang dipoles, Arsaka merasakan perbedaan yang mencolok.
Udara menjadi lebih jernih, lebih segar. Kepadatan Reiki di atmosfer meningkat secara eksponensial. Jika Paviliun Bawah seperti berada di ruang bawah tanah yang pengap, berjalan menuju area Murid Luar seperti membuka jendela di pegunungan Alpen.
[PEMBERITAHUAN SISTEM]
Lokasi Baru: Area Murid Luar (Tingkat Menengah).
Kepadatan Reiki: 800% lebih padat dari Paviliun Bawah.
Efisiensi Mugen Kyūki: Meningkat +100%. Reiki dapat dipulihkan pada 1 Reiki per 5 menit (Mode Pasif).
Arsaka harus menahan keinginan untuk tersenyum. Lingkungan baru ini saja sudah merupakan peningkatan besar-besaran untuk kecepatan kultivasinya.
Dia melihat murid-murid lain berlalu-lalang. Mereka semua mengenakan jubah putih bersih yang sama. Beberapa membawa pedang kayu, yang lain membawa gulungan, dan beberapa hanya duduk bersila di bawah pohon sakura aneh yang mekar dengan kelopak berwarna biru muda, jelas sedang bermeditasi.
Ketika mereka melihat Penatua Goro, semua murid segera berhenti dan membungkuk dalam-dalam. Namun, mata mereka tertuju pada Arsaka. Mereka melihat jubah hoodie abu-abu dan celana jinsnya yang kotor, kontras yang mencolok dengan pakaian seragam mereka. Bisikan-bisikan segera terdengar.
"Siapa itu? Pakaiannya seperti orang barbar." "Kudengar dia orang asing yang ditemukan di Hutan Bayangan Naga." "Kenapa Penatua Goro membawanya secara pribadi? Aura Reiki-nya lemah... Fase 3, mungkin?" "Tidak mungkin. Penatua Goro tidak pernah menerima murid di bawah Fase 7."
Arsaka mengabaikan mereka. Dia sudah terbiasa menjadi pusat perhatian karena menjadi minoritas di kampusnya di Jakarta; ini hanya versi yang lebih ekstrem.
Mereka tiba di area yang dipenuhi puluhan pondok kayu kecil yang tertata rapi di lereng bukit. Di sinilah para Murid Luar tinggal. Pondok-pondok itu sederhana, tetapi jauh lebih baik daripada sel batu tempat dia dikurung.
Di depan salah satu pondok kosong, Kaguya, Katsuo, dan Yuuto sudah menunggu. Reaksi mereka terhadap Arsaka kini sangat berbeda.
Katsuo, si pengguna pedang berotot, tampak paling kesal. Dia menatap Arsaka dengan tatapan masam, jelas tidak senang bahwa "orang asing lemah" ini sekarang setara dengannya, dan bahkan mendapat perhatian khusus dari seorang Penatua. Dia hanya menggerutu dan membuang muka.
Yuuto, si intelektual, tampak bersemangat. Dia memegang kuas dan buku catatannya, matanya memindai Arsaka seolah-olah Arsaka adalah spesimen langka yang baru ditemukan. Dia bergumam tentang "konvergensi elemen anomali" dan "pakaian dari dimensi lain".
Kaguya, sang pemanah, adalah yang paling profesional. Dia membungkuk kepada Penatua Goro. "Penatua, kamar 108 telah disiapkan sesuai instruksi Anda. Satu set jubah Murid Luar dan pedang latihan kayu telah ditempatkan di dalam."
"Bagus," kata Goro dengan suara beratnya. Dia kemudian menoleh ke Arsaka. "Kaguya adalah Ketua Regu Patroli dan murid terkuat di antara kalian bertiga. Jika aku tidak ada, kau bisa bertanya padanya—tapi jangan buang waktunya dengan pertanyaan bodoh."
Kaguya mengangguk singkat ke arah Arsaka, sebuah pengakuan yang dingin namun adil.
"Masuklah, Arsaka," kata Goro. "Dan ganti pakaianmu. Kau terlihat konyol."
Arsaka masuk ke pondok barunya. Isinya sederhana: satu futon (kasur lipat), meja rendah, dan lemari kecil. Di atas meja, tergeletak satu set jubah putih bersih Sekte Awan Guntur dan sebuah pedang kayu yang berat. Dia menyentuh jubah itu; bahannya kasar namun kuat, ditenun dengan benang yang dialiri Reiki samar untuk daya tahan.
Dia baru saja akan berganti pakaian ketika Penatua Goro masuk ke dalam pondok, menutup pintu di belakangnya. Aura di ruangan kecil itu langsung menjadi berat.
"Sekarang," kata Goro, suaranya melembut dari nada perintah menjadi nada seorang mentor. "Kita perlu bicara. Duduk."
Arsaka duduk bersila di lantai, menatap Penatua yang kini duduk di seberangnya.
"Aku akan jujur padamu, Nak," Goro memulai, menatap tajam ke mata Arsaka. "Aku tidak membawamu ke sini karena aku kasihan padamu. Aku membawamu ke sini karena Elemen Petir Mutasi (Raiden) milikmu."
Arsaka mengangguk. "Aku mengerti, Penatua."
"Tidak, kau tidak mengerti," bantah Goro. "Kau pikir itu berkah, bukan? Kau pikir kau jenius? Biar kuberitahu sesuatu. Dalam seratus tahun terakhir Sekte Awan Guntur, ada lima murid yang terbangun dengan Raiden. Kau tahu berapa banyak yang masih hidup?"
Arsaka menggelengkan kepala.
"Tidak ada," kata Goro datar. "Nol. Semuanya mati sebelum mencapai Tingkat Master Roh. Satu meledak saat mencoba menerobos ke Fase Prajurit Spiritual. Dua lainnya menjadi gila karena Reiki Petir membakar meridian otak mereka. Yang terakhir... tubuhnya hancur berkeping-keping saat mencoba menggunakan jurus pedang yang terlalu kuat untuk fondasinya."
Wajah Arsaka memucat. Sistem tidak memberitahunya tentang itu.
"Petir adalah elemen Surga," lanjut Goro. "Itu adalah kemarahan, kecepatan, dan kehancuran murni. Itu bukan sesuatu yang bisa ditampung oleh tubuh manusia fana dengan mudah. Tubuhmu saat ini, Arsaka, adalah cangkir porselen tipis yang mencoba menampung samudra yang berbadai. Cepat atau lambat, kau akan pecah."
Arsaka akhirnya mengerti. "Jadi... aku dalam bahaya?"
"Kau dalam bahaya besar," Goro membenarkan. "Tapi kau memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh empat murid lainnya. Sesuatu yang kau anggap tidak berguna."
"Elemen Tanah-ku," bisik Arsaka.
"Tepat!" Goro menepuk lututnya dengan keras. "Elemen Tanah Tingkat Rendah-mu. Itu adalah jangkar. Itu adalah fondasi. Petir menghancurkan; Tanah membangun. Petir cepat; Tanah stabil. Elemenku sendiri adalah Tanah Tingkat Tinggi. Aku tahu kekuatannya. Tanpa Tanah, kau mati dalam lima tahun. Tapi jika kau bisa menyeimbangkan keduanya..."
Mata Goro bersinar dengan semangat yang nyaris fanatik. "Jika kau bisa menggunakan Tanah untuk membangun 'wadah'—memperkuat tulangmu, memperlebar meridianmu, menstabilkan Dantianmu—kau bisa menjadi Kultivator Raiden pertama dalam seribu tahun yang mencapai Tingkat Kaisar. Kau akan menjadi senjata terhebat Sekte Awan Guntur."
Arsaka menelan ludah. Tekanan itu sangat besar.
Goro meletakkan dua gulungan di atas meja. Satu berwarna cokelat kusam, satu lagi berwarna biru elektrik yang berdenyut.
"Karena itu, aku memberimu dua teknik ini," kata Goro. "Ini adalah Teknik Tinju Tanah Naga. Ini adalah teknik kultivasi tubuh Tingkat Bumi Rendah. Ini tidak akan membantumu bertarung. Ini akan memaksamu menyalurkan Reiki Tanah ke seluruh tubuhmu, memperkuatmu dari dalam ke luar. Ini lambat, membosankan, dan menyakitkan."
Dia menunjuk gulungan biru. "Dan ini adalah Jurus Pedang Petir Pertama. Teknik Tingkat Bumi Menengah. Cepat, mematikan, dan sangat mencolok. Inilah yang ingin kau pelajari. Tapi teknik ini adalah racun jika fondasimu tidak siap."
Goro mencondongkan tubuhnya ke depan, auranya mengunci Arsaka.
"Ini perintah pertamaku sebagai gurumu, Arsaka Adyatma. Kuasai Teknik Tinju Tanah Naga terlebih dahulu. Kau dilarang membuka gulungan Jurus Pedang Petir sampai kau bisa menghancurkan batu latihan setebal satu chi (sekitar 30 cm) hanya dengan Tinju Tanah Naga. Jika kau melanggar perintah ini, aku tidak akan hanya mengusirmu. Aku akan melumpuhkan Dantianmu secara pribadi. Apakah kita jelas?"
Ancaman itu begitu nyata, begitu dingin, sehingga Arsaka merasa Reiki di tubuhnya membeku.
"Jelas, Penatua Goro," jawab Arsaka, suaranya sedikit gemetar.
"Bagus. Ganti pakaianmu," kata Goro, berdiri. "Area latihan ada di lapangan tengah. Jangan mengecewakanku."
Penatua Goro pergi, meninggalkan Arsaka sendirian dengan dua gulungan dan takdirnya yang rumit.
Analisis Sistem: Pilihan yang Sulit
Setelah berganti jubah putih—yang terasa aneh dan sedikit longgar—Arsaka duduk kembali. Perasaan menjadi bagian dari sesuatu terasa melegakan, tetapi peringatan Goro bergema di benaknya.
Sebagai seorang insinyur, dia menghargai logika Goro. Fondasi adalah segalanya. Jika sirkuit tidak memiliki grounding yang tepat, lonjakan daya akan menggoreng seluruh sistem. Tubuhnya adalah sirkuit, Raiden adalah lonjakan daya.
Tapi dia juga memiliki Sistem.
"Sistem," perintah Arsaka dalam hati. "Analisis kedua gulungan teknik di atas meja."
[PEMBERITAHUAN SISTEM]
Memindai Teknik...
Teknik Tinju Tanah Naga (Tingkat Bumi - Rendah)
Tipe: Penguatan Tubuh / Fondasi.
Deskripsi: Menggunakan Reiki Elemen Tanah untuk memadatkan tulang, memperkuat otot, dan menebalkan dinding meridian. Membutuhkan afinitas Tanah yang tinggi dan kesabaran ekstrem.
Analisis Sistem: Afinitas Tanah Anda saat ini (15/100) sangat ditekan oleh Afinitas Petir (85/100). Kultivasi teknik ini akan 80% lebih lambat dari murid normal. Waktu yang diperkirakan untuk mencapai penguasaan dasar (menghancurkan batu 1 chi): 6 bulan.
Arsaka hampir tersedak. Enam bulan? Goro membuatnya tampak seperti tugas beberapa minggu.
Jurus Pedang Petir Pertama (Tingkat Bumi - Menengah)
Tipe: Serangan / Kecepatan.
Deskripsi: Menggunakan Reiki Elemen Petir untuk mempercepat gerakan pengguna dan melapisi pedang dengan Raiden yang merusak.
Analisis Sistem: Afinitas Petir Mutasi Anda (85/100) sangat cocok. Teknik ini dapat dipelajari dengan kecepatan 200% lebih cepat dari murid normal. Waktu yang diperkirakan untuk mencapai penguasaan dasar: 3 hari.
Peringatan Sistem (Merah): Penggunaan teknik ini pada Fase 3 (200/250 Reiki) akan membebani Meridian Jantung. Risiko cedera internal permanen: 65% per penggunaan.
Arsaka menatap antarmuka Sistem dengan frustrasi. Dia dihadapkan pada pilihan yang mustahil.
Di satu sisi, jalan Goro: aman, stabil, tetapi sangat lambat. Enam bulan di dunia kultivasi adalah waktu yang lama untuk tetap lemah.
Di sisi lain, jalan Sistem/Petir: cepat, kuat, tetapi berisiko tinggi menghancurkan dirinya sendiri, persis seperti yang dikatakan Goro.
"Tidak," pikir Arsaka, otaknya yang insinyur berputar. "Ini bukan pilihan A atau B. Ini adalah masalah optimasi. Aku tidak bisa mengabaikan perintah Goro, tapi aku tidak bisa membuang waktu enam bulan."
Dia melihat Peringatan Sistem lagi. Risiko 65% per penggunaan. Itu berarti jika dia menggunakannya dua kali, dia hampir pasti akan cedera. Tapi Tinju Tanah Naga... 80% lebih lambat. Itu adalah hambatan yang konyol.
"Masalahnya bukan pada Tinju Tanah Naga," Arsaka bergumam pada dirinya sendiri. "Masalahnya adalah Afinitas Tanah-ku yang payah. Bagaimana jika... bagaimana jika aku bisa meningkatkan afinitas Tanah-ku?"
"Sistem," tanyanya, "Apakah ada cara untuk meningkatkan Afinitas Elemen Tanah?"
[PEMBERITAHUAN SISTEM]
Afinitas Elemen adalah bawaan lahir. Namun, dapat ditingkatkan dengan menyerap Harta Karun Surgawi berbasis Tanah (misalnya: Kristal Hati Bumi, Rumput Baja Hitam) atau dengan berlatih di lingkungan dengan Reiki Tanah yang sangat padat (misalnya: di dalam tambang spiritual).
Lokasi Terdekat: Tambang Batu Hitam Sekte (Area Terlarang, dijaga ketat).
Arsaka mendesah. Opsi-opsi itu tidak tersedia baginya sekarang.
"Tidak ada jalan pintas," putusnya. "Aku harus mengikuti jalan Goro, tapi aku akan melakukannya dengan caraku. Aku akan menggunakan Mugen Kyūki dan efisiensi Sistem untuk mempersingkat waktu enam bulan itu, bahkan jika itu menyakitkan."
Dia mengambil gulungan Tinju Tanah Naga berwarna cokelat dan menyimpannya. Dia bahkan tidak menyentuh gulungan Jurus Pedang Petir. Dia tidak akan memberi Goro alasan untuk curiga.
Latihan Pertama yang Menghinakan
Arsaka keluar dari pondoknya, memegang pedang kayu di satu tangan (sebagai properti agar terlihat normal) dan menuju lapangan latihan pusat.
Lapangan itu luas, dipenuhi puluhan murid luar yang sedang berlatih keras. Di satu sisi, Katsuo sedang menebas tiang kayu tebal dengan pedang sungguhan, setiap tebasannya dilapisi Reiki Api samar yang mendesis. Di sisi lain, Kaguya sedang berlatih memanah, menembakkan tiga panah sekaligus ke sasaran yang bergerak.
Arsaka merasa seperti anak TK di tengah-tengah mahasiswa universitas.
Dia menemukan sudut yang sepi, di depan deretan tiang latihan yang terbuat dari kayu besi—kayu yang sangat keras yang digunakan untuk menguji kekuatan.
Dia menarik napas dalam-dalam. Dia membuka gulungan Teknik Tinju Tanah Naga. Isinya adalah diagram meridian yang rumit dan postur kuda-kuda. Dia harus menyalurkan Reiki dari Dantiannya, bukan ke tangannya, tetapi ke kakinya terlebih dahulu, menarik Reiki Tanah dari bumi, lalu mengedarkannya ke seluruh tubuh sebelum melepaskannya melalui tinjunya.
Arsaka masuk ke posisi kuda-kuda. Rasanya canggung.
Dia mencoba menyalurkan Reiki-nya (sekarang 200/250) ke jalur meridian Tanah seperti yang diinstruksikan.
Rasanya... sulit.
Sangat sulit.
Reiki di Dantiannya 85% adalah Petir. Ketika dia mencoba menggerakkan 15% Reiki Tanah-nya, Reiki Petir yang dominan ikut bergejolak, mencoba mengambil alih. Rasanya seperti mencoba menuangkan segelas air (Tanah) sementara seseorang terus menyemprotkan selang pemadam kebakaran (Petir) ke dalam gelas yang sama.
[PEMBERITAHUAN SISTEM]
Penyaluran Reiki Tanah terganggu oleh Reiki Petir. Efisiensi: -50%.
"Sialan!" Arsaka mengertak. Dia mencoba lagi, memfokuskan seluruh pikirannya, menggunakan disiplin mental yang dia pelajari dari belajar kalkulus semalaman.
Dia berhasil mengisolasi seutas tipis Reiki Tanah. Rasanya berat, kental, dan lambat. Dia mengedarkannya ke kakinya. Dia merasakan sensasi dingin dari tanah di bawahnya, tetapi hanya sesaat.
Dia menyiapkan tinjunya, melapisi kepalan tangannya dengan aura cokelat samar yang nyaris tak terlihat.
"Haaa!"
Dia memukul tiang kayu besi itu sekuat tenaga.
Gedebuk.
Itu adalah suara pukulan biasa. Tangan Arsaka terasa sakit dan memerah. Tiang kayu besi itu tidak tergores sama sekali. Bahkan tidak bergetar.
Di seberang lapangan, tawa meledak.
Katsuo dan beberapa temannya menunjuk ke arah Arsaka. "Lihat si jenius Raiden itu! Dia bahkan tidak bisa menggores tiang latihan!"
"Kudengar Penatua Goro secara pribadi melatihnya! Latihan apa itu? Latihan memukul lalat?"
Wajah Arsaka memerah karena malu dan marah. Dia adalah seorang insinyur, seorang pemecah masalah. Ini adalah penghinaan.
"Fokus, Arsaka. Abaikan mereka," katanya pada diri sendiri. "Ini masalah fisika. Aliran energi."
Dia mencoba lagi. Kuda-kuda. Salurkan Reiki. Kali ini dia mendorong lebih keras, mencoba memaksa Reiki Tanah keluar.
Masalahnya, ketika dia "memaksa", Reiki Petir yang agresif merespons paksaan itu.
"HAAAA!"
Dia memukul tiang itu lagi.
Tepat sebelum tinjunya mengenai sasaran, Reiki Tanah-nya runtuh, dan Reiki Petir-nya mengambil alih secara insting.
KZZZZT!
Sebuah busur petir kecil melompat dari tinjunya dan menghantam tiang kayu besi.
BAM!
Kali ini, tiang itu bergetar. Sebuah bekas hangus hitam pekat seukuran kepalan tangan tertinggal di permukaan kayu.
Tawa di seberang lapangan berhenti seketika, digantikan oleh keheningan yang tegang. Mereka merasakan aura Raiden yang destruktif.
Namun, Arsaka tidak merasa menang. Dia terlempar ke belakang, jatuh terduduk di tanah. Tangan kanannya gemetar hebat, dan dia merasakan sakit yang tajam di meridian lengannya.
[PEMBERITAHUAN SISTEM]
PERINGATAN! Penyaluran Teknik Tinju Tanah Naga Gagal Kritis!
Reiki Petir mengambil alih secara paksa.
Kerusakan Meridian: Meridian Lengan Kanan mengalami robekan mikro (Kerusakan 2%).
Status: Tangan Kanan Lumpuh Sementara (Perkiraan Waktu Pemulihan: 3 Jam).
Arsaka menatap tangannya yang gemetar dan mati rasa.
Dia gagal total dalam teknik pertama yang diberikan gurunya. Dia tidak hanya gagal memanifestasikan Tanah, dia secara tidak sengaja menggunakan Petir—hal yang dilarang Goro—dan melukai dirinya sendiri dalam prosesnya.
Dia menyadari kebenaran yang pahit. Elemen Petir Mutasinya bukan hanya berkah; itu adalah kutukan yang aktif menolak elemennya yang lain. Itu adalah parasit yang sombong di dalam tubuhnya.
Dia harus menemukan cara untuk menyeimbangkan keduanya, atau dia tidak akan pernah maju. Dan dia harus melakukannya sebelum Penatua Goro tahu dia telah gagal dalam ujian pertamanya.
....