Anna adalah anak haram yang hidup menderita sejak kecil. Jalan hidupnya ditentukan oleh keluarga Adiguna secara kejam. Bahkan Anna harus menikahi calon suami kakak tirinya yang kabur meninggalkan pernikahan. Lion Winston, kekasih kakak tirinya, mereka saling mencintai, tapi entah kenapa kakak tirinya meninggalkan laki-laki sempurna itu. Tetapi Anna, gadis malang yang akan menerima penderitaan akibat kesalahan kakak tirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elizabetgultom191100, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mematahkan hati yang kaku
Meski sudah berstatus menikah, kamar mereka berdua tetap terpisah. Kamar Anna berada di lantai dua sementara kamar Leon berada di bangunan yang berbeda, berada di bagian paling barat, dekat dengan paviliun. Hal itu membuatnya dan Leon jarang bertemu dan jelas Anna menginginkan hal itu.
Suatu hari di siang hari yang lumayan terik, Anna duduk di taman yang berada di tengah rumah megah itu. Anna sedang mengerjakan proposal yang akan ditujukan kepada beberapa instansi agar mereka mendapat suntikan dana untuk pembangunan panti asuhan.
Dari jauh, di seberang taman Anna melihat sosok perempuan yang familiar. Wanita itu terlihat sekarat dan terjatuh di lantai membuat Anna bergegas menghampiri wanita itu. Itu adalah Diana. Wanita yang selalu terlihat cantik dan sehat itu kini terkulai lemah dan kesakitan. Anna langsung menopangnya, "Bibi kenapa?"
Aura intimidasi itu menghilang bagai ditelan bumi, "Dadaku sakit sekali..." suaranya begitu susah keluar, wajahnya pucat.
"Pelayan... pelayan..." Anna memanggil pelayan dengan panik. Begitu pelayan datang, mereka membawa Diana ke kamarnya.
Anna mengikutinya dan ketika sampai di kamar itu Anna terkejut melihat isi kamar. Kamar itu dilengkapi peralatan canggih seperti di rumah sakit. Setelah itu barulah Anna mengerti, ternyata Diana memiliki penyakit serius. Sehingga Baron menyediakan ruangan darurat untuk Diana.
"Astaga, kenapa dokter Tirta tidak bisa dihubungi." gerutu salah satu pelayan yang panik sambil mencoba menghubungi dokter pribadi Diana.
"Ada apa ini?" Anna bertanya.
"Nyonya besar mengalami serangan jantung dan harus segera ditangani. Kalau dibawa ke rumah sakit tidak akan sempat lagi, karena rumah sakit sangat jauh..." ucap pelayan itu.
Anna memperhatikan peralatan itu dan Diana yang mengalami sesak nafas. Ia menghela nafas panjang, kemudian memeriksa denyut nadi Diana di berbagai titik. Kemudian menempelkan holter jantung di bagian dada Diana, untuk melihat irama detak jantungnya, sehingga akan muncul di komputer khusus grafik yang menunjukkan kondisi jantung Diana.
Perlahan nafas Diana sudah tersendat-sendat. Membuat Anna langsung menyalakan defibrilasi atau kejut jantung. Diana hampir mengalami henti jantung membuatnya harus menggunakan alat itu. Anna menempelkan alat itu di dada Diana untuk memancing kembali detak jantungnya. Hal itu dia lakukan seperti dokter profesional, membuat pelayan syok dan tidak menyangka akan tindakannya.
Anna bukan dokter, tetapi kenapa gadis itu seperti pahlawan kesiangan. Pelayan berpikir Anna sedang bermain-main. "Apa yang Nona lakukan? Itu bahaya, kita tunggu dokter Tirta datang!" Pelayan itu sangat panik karena kelakuan Anna.
"Kalau menunggunya maka Bibi sudah lebih dulu pergi ke surga." ucap Anna sambil bersusah payah menyelamatkan mertuanya tersebut.
Tidak butuh waktu lama, akhirnya layar komputer menunjukkan irama jantung Diana sudah kembali normal. Kening gadis itu berkeringat setelah beberapa menit berjuang menyelamatkan Diana.
Pelayan yang melihat itu terpukau. Ia bernafas lega, kemudian segera menghubungi Baron dan Leon. Dokter Tirta datang setelah Diana sudah stabil, ia hanya perlu memasang oksigen pada wanita yang hampir meregang nyawa itu.
Di saat yang sama, Leon tengah menonton CCTV yang menampilkan kejadian di kamar ibunya. Diana mengidap penyakit jantung kronis sejak lama. Wanita itu sering mengalami serangan jantung dan beberapa kali hampir meregang nyawa. Oleh karena itu, Baron membawa peralatan jantung ke rumahnya dan dokter khusus, kalau saja penyakit Diana kambuh.
Beberapa menit yang lalu jantungnya berdetak kencang melihat ibunya mengalami serangan jantung. Tapi saat ini, Leon merasa lega. Gadis yang tidak pernah dianggap telah menyelamatkan ibunya.
Anna mendapat pelukan hangat dari Baron ketika pria itu baru saja sampai di rumah. Pria itu tentu sudah melihat aksi heroik Anna saat menyelamatkan istrinya. "Astaga, Anna. Kalau kau tidak ada waktu itu, mungkin istriku sudah tiada."
Gadis itu mematung dalam pelukan Baron. Baron yang sedingin dan sekaku itu terlihat rapuh di hadapannya saat ini. Anna mengerti itu, tetapi dia tidak siap dengan reaksi ini.
"Jangan terlalu berlebihan Paman, jika Tuhan berkehendak, Bibi pasti selamat." balas Anna setelah Baron melepas pelukannya.
"Tetap saja. Tetapi bagaimana kau bisa melakukan tindakan itu? Kau tampak sudah biasa melakukannya." cecar Baron.
Anna tersenyum tipis, "Saya adalah anak yang tidak dianggap di keluarga saya Paman. Jadi ada banyak hal yang tidak mereka ketahui tentang saya. Jika Paman berkenan saya akan bercerita besok, untuk sekarang Paman lihat dulu Bibi, lalu beristirahat." sahut Anna.
Gadis itu mampu mematahkan hubungan yang kaku antara dirinya dengan Baron. Terbukti Baron mengangguk dan tersenyum tulus, "Baiklah. Besok pagi datanglah ke ruangan saya."
Leon membaca lembar demi lembar informasi mengenai Anna. Setelah melihat Anna menyelamatkan Diana, pria itu merasa ada yang berbeda dari gadis ini. Anna dipenuhi misteri setelah masuk ke dalam rumah ini. Padahal dulu, gadis itu hanyalah boneka suruhan keluarga Adiguna. Tidak berdaya, penurut dan cengeng.
Namun setelah masuk ke rumah ini, Anna menjadi pribadi yang berbeda. Tubuhnya nampak lebih kuat dari sebelumnya. Cara bicaranya dan penuturan bahasanya menunjukkan bahwa Anna bukanlah orang yang mudah ditindas.
Semua tebakan Leon benar, ketika informasi tentang Anna kini ada di tangannya. Sudah dibaca dan fakta itu membuat Leon tidak menyangka akan rahasia gadis ini. Selain menjadi ketua komunitas, ternyata Anna adalah salah satu relawan UNICEF dan memiliki beberapa bisnis kecil yang menghasilkan sedikit uang yang dia gunakan untuk donasi kepada orang yang membutuhkan.
"Jadi kau adalah relawan UNICEF?!" Baron memperjelas ucapan Anna baru saja.
Anna mengangguk, saat ini dia berada di ruang kerja Baron untuk mengobrol seperti janji mereka kemarin. Kondisi Diana sudah membaik tetapi masih harus beristirahat, sehingga Baron memilih cuti hari ini.
"Di rumah tidak ada yang menganggapku keluarga. Oleh karena itu saya mencari keluarga di luar sana. Dan ya, sekarang saya memiliki teman yang sudah seperti keluarga, rela berkorban untuk saya meski kami tidak memiliki ikatan darah." tutur Anna.
Kesekian kalinya Baron terpukau pada gadis itu. Ternyata dia salah menilai Anna selama ini. Baron sudah menarik kesimpulan, Anna adalah gadis pintar yang bersembunyi di belakang keluarga Adiguna.
"Baskara, putrimu yang satu ini sangat menarik. Tapi kenapa kau tidak memandangnya?" ucap Baron pelan. Setelah selesai berbincang-bincang cukup panjang, Anna pergi dari ruangan tersebut.
Di sebuah tempat yang jauh dari negara itu, seorang gadis tengah menunggu di depan ruangan obgyn menunggu gilirannya.
Rambut panjang berkilau dan terawat, serta kulit mulus yang menggoda. Wanita itu mengusap perutnya yang sedikit membuncit dengan lembut. Tatapannya teduh sambil memandangi orang-orang lalu lalang di depannya.
"Maafkan aku Leon. Aku tidak bisa melakukannya." lirih wanita itu. Setitik air mata jatuh membasahi pipinya. Hati gadis itu perih, dipenuhi kebingungan dan kerinduan yang mendalam pada kekasih hatinya.
"Nyonya Laura Adiguna!" suara suster menyerukan namanya, pertanda sudah gilirannya untuk di periksa.
Laura segera menghapus air matanya, "Saya." balasnya sambil berdiri dan melangkah menuju ruang obgyn.
👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
❤️❤️❤️❤️❤️