Hari ini adalah hari pernikahanku, ya aku akan menikah dengan pemuda yang baru kukenal sebulan lalu. Seorang pemuda tanpa identitas yang kutemui dijalan saat hendak pulang dari desa sebelah setelah mengantar pesanan ayam kepada pelanggan di desa sebelah. Aku menolongnya karena kasihan melihat kondisinya yang berantakan dengan pakaian yang compang camping dan di penuhi luka di tubuhnya. Aku menikahinya karena terpaksa atas permintaan ibu tiriku agar aku tidak menjadi duri dalam pernikahan saudari tiriku Ayana dan kekasihnya Hendrik, meski berat untukku menikahinya tapi aku terpaksa menyetujuinya agar aku tidak diusir dari rumah ayahku yang kutinggali sejak kecil dan agar aku bisa merawat ayahku yang sakit. Akankah pernikahan ini berakhir bahagia ataukah akan menjadi neraka kedua untukku?! Ayah sanggupkah aku menjalani semua ini!? Semoga keputusan ini bukanlah keputusan yang salah untuk kebahagian semua orang. Semoga suamiku akan menjadi suami yang baik untukku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phoenixsoen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Keesokan harinya sekitar pukul 8 pagi keluarga Seok Jin bersiap untuk berangkat ke pemakaman di hadari oleh keluarga Seok Jin, keluarga Martha serta para ART dan para pekerja di perusahaan dan peternakan juga para tetangga dan warga desa yang ikut serta dalam acara pemakaman Martha. Suasana rumah keluarga Seok Jin penuh sesak karena ramai orang yang berdatangan hadir untuk melakukan prosesi pemakaman Martha. Di luar pagar juga banyak karangan bunga yang di kirim oleh kolega-kolega dan rekan bisnis perusahaan Seok Jin. Jenazah Martha rencananya akan di makamkan di pemakan keluarga tidak jauh dari rumah keluarga Seok Jin. Jenazah akan di bawa menggunakan mobil sementara keluarga dan para pelayat akan berjalan kaki menuju tempat pemakaman.
Yoona, Tae Hyung dan Seok Jin berjalan berdampingan sambil membawa photo Martha selagi masih hidup untuk di letakan di atas makam Martha nantinya, isak tangis keluarga dan para pelayat mengiringi pengantaran jenazah.
"Ayah sekarang bagaimana hidup kita kedepannya tanpa ibu?" Tanya Yoona pada ayahnya.
"Semua akan berjalan seperti biasanya walau tanpa ibu. Ayah akan tetap mengurus dan menyayangi kalian, ayah akan selalu ada untuk kalian dan mendampingi kalian sampai dewasa. Ayah janji tidak akan ada yang berubah meski ibu sudah tidak ada" jawab Seok Jin mencoba menenangkan Yoona.
"Yoona, walaupun ibumu sudah tidak ada kan masih ada nenek yang akan menemani Yoona selalu. Yoona bisa datang ke rumah nenek dan kakek atau Yoona bisa telpon nenek dan kakek kapanpun Yoona kangen sama ibu, ya!" Kata nenek Yoona ibu dari ibunya Yoona mencoba menenangkan hati sang cucu.
"Pintu rumah kakek dan nenek selalu terbuka untuk kalian, jadi kalian bebas datang kapanpun kalian mau" ucap kakek menambahkan.
Acara pemakaman berlangsung khidmat semua anggota keluarga dan para pelayat ikut terhanyut dalam prosesi pemakaman Martha. Terlihat sesekali Yoona dan Tae Hyung masih meneteskan air mata tanda mereka masih merasakan kesedihan. Sementara Seok Jin sudah terlihat lebih tegar menerima kematian Martha. Setelah jenazah di makamkan sebuah photo Martha di letakan di atas makam. Yoona, Tae Hyung dan Seok Jin berjongkok mengelus pusara Martha. Tae Hyung yang tidak sanggup menahan air matanya akhirnya menangis lagi. Seok Jin langsung memeluk anak-anaknya mencoba tetap tegar dan menguatkan dirinya dan anak-anaknya.
"Ibu selamat jalan bu, sekarang ibu sudah tidak sakit lagi. Yoona janji Yoona akan jadi gadis yang baik yang bisa ibu banggakan, Yoona akan tumbuh menjadi wanita seperti ibu. Yoona akan jaga Tae Hyung dan ayah mulai saat ini" ucap Yoona yang di dengar oleh semua yang hadir di pemakaman.
"Sayang aku janji akan membesarkan anak-anak kita dengan baik sampai mereka dewasa dan memiliki pasangan masing-masing. Tolong awasi aku dari sana" ucap Seok Jin yang juga di dengar oleh semua pelayat.
Setelah acara selesai mereka pamit pada Martha dan berjanji akan sering mengunjungi makamnya lain kali. Semua keluarga dan pelayat pergi meninggalkan makam Martha, kini hanya tersisa pusara yang masih baru dan basah. Semua orang yang hadir mencoba mengingat-ingat kenangan mereka masing-masing saat Martha masih hidup. Semua prilaku dan kebaikan Martha masih teringat di memori mereka seakan-akan baru kemarin mereka masih bersama. Sedikit demi sedikit para pelayat yang pamit pada keluarga Seok Jin akhirnya pergi ke rumah masing-masing. Begitupun Seok Jin dan keluarganya mereka kembali ke rumah mereka. Sesampainya di rumah Seok Jin memilih untuk duduk di sofa ruang keluarga sambil merebahkan tubuhnya karena lelah. Ibu mertuanya mencoba mendekati untuk bicara pada Seok Jin.
"Jin" panggilan sayang akrab keluarganya. "Jin, mama tau kamu pasti berat menghadapi ini semua tapi kamu tidak sendiri nak, masih ada kami yang akan mendampingi kamu dan anak-anak. Kamu bisa cerita semua ke mama dan papa, jangan kamu pendam semua sendiri mama dan papa tidak mau kalau kamu juga sampai sakit dan drop" ucap ibu mertuanya menasehati.
"Iya ma, Jin tau kok Jin harus kuat untuk anak-anak karena jika Jin lemah dan tumbang sekarang siapa lagi yang merawat mereka. Apalagi mereka masih remaja dan akan segera masuk universitas kalau bukan Jin yang menemani mereka lantas siapa lagi. Jin akan selalu ingat pesan mama dan papa dan akan selalu membagi semuanya pada kalian. Karena jika bukan pada kalian pada siapa lagi Jin harus berbagi" ucap Seok Jin pada mertuanya.
"Lantas apa rencanamu kedepannya, Jin?" Tanya papa mertuanya.
"Jin akan kembali bekerja di perusahaan sambil mengembangkan perusahaan agar bisa lebih besar dari yang sekarang. Jin juga berencana untuk mengajari anak-anak cara mengelola perusahaan dengan baik agar nantinya anak-anak akan bisa membatu Jin di perusahaan. Dan Jin juga akan mengirim anak-anak kuliah di univ yang mereka pilih" tutur Seok Jin.
"Baguslah Jin jika kamu memang sudah punya rencana untuk masa depan anak-anakmu. Papa akan mendukung semua rencana kamu jika itu yang terbaik untuk kamu dan anak-anak. Kalau kamu kesulitan jangan lupa untuk minta bantuan papa dan mama kami akan selalu siap untuk dan anak-anak" ucap papa mertuanya.
Perkataan mertuanya mampu menumbuhkan kembali semangat Seok Jin untuk bangkit kembali menata masa depannya. Waktu menunjukan jam 12 siang tanda waktunya untuk makan siang semua keluarga Seok Jin berkumpul di meja makan bersama untuk menyantap makanan yang sudah di siapkan koki pribadi keluarga Seok Jin. Adik-adik Seok Jin pun datang ke indonesia langsung dari korea selatan, ada Kang Nam Joon, Kang Yumi dan Kang Ye Jin sementara orang tua Seok Jin tidak hadir karena sudah tua.
"Hyung, apa setelah ini hyung akan kembali ke korea sama kami" (dialog miring menggunakan bahasa korea terjemahan) tanya Nam Joon pada Seok Jin
"Tidak, hyung tidak akan kembali ke korea, hyung akan tetap disini untuk mengurus anak-anak dan juga perusahaan. Aku akan ke korea hanya jika berkunjung saja dan melakukan perjalan bisnis" jawab Seok Jin
"Lalu bagaimana dengan perusahaan omma dan appa? Siapa yang akan meneruskannya?" Tanya Nam Joon lagi
"Bukankah masih ada kalian! Kalian bisa mengelola perusahaan itu bersama-sama dan hyung hanya akan membantu kalian dari sini" ucap Seok Jin menjelaskan.
"tapi kita masih belum mampu untuk mengelola perusahaan seorang diri tanpa hyung" ucap Nam Joon lagi
"kalian bisa belajar tentang perusahaan mulai sekarang, hyung yakin kalian bertiga akan mampu untuk memimpin perusahaan jika kalian bersatu" jawab Seok Jin.
"Tapi bagaimana jika para paman dan bibi ingin merebutnya?! Apa Oppa akan merelakannya?!" Kini giliran Yumi yang bertanya
"Kalian tenang saja oppa tidak akan begitu saja menyerahkan perusahaan yang sudah di berikan kakek pada keluarga kita. Karena kakek sudah mempercayakan perusahaan pada keluarga kita dan kita tahu betul bagaimana sifat mereka" ucap Seok Jin dengan tegas
"Baiklah oppa kita akan berusaha untuk mengelola perusahaan dan mempertahankannya apapun yang terjadi" balas Yumi.
Merekapun meneruskan makan siang mereka dengan tenang. Setelah makan mereka semua berkumpul di ruang kelurga dan berbincang -bincang ringan mencoba melupakan kesedihan mereka sejenak sambil beristirahat dari penatnya aktifitas mereka hari ini.