NovelToon NovelToon
Gadis Simpanan Mas Dewan

Gadis Simpanan Mas Dewan

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Trauma masa lalu
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Yazh

Elsheva selalu percaya keluarga adalah tempat paling aman.
Sampai malam itu, ketika ia menjadi saksi perselingkuhan terbesar ayahnya—dan tak seorang pun berdiri di pihaknya.

Pacar yang diharapkan jadi sandaran justru menusuk dari belakang.
Sahabat ikut mengkhianati.

Di tengah hidup yang runtuh, hadir seorang pria dewasa, anggota dewan berwajah karismatik, bersuara menenangkan… dan sudah beristri.
Janji perlindungan darinya berubah jadi ikatan yang tak pernah Elsheva bayangkan—nikah siri dalam bayang-bayang kekuasaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yazh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sah!

.

.

.

Gwen memarkirkan mobilnya di basement ketika jam di tangannya sudah menunjukan pukul sebelas malam. Mereka sudah dalam keadaan kenyang. Gwen mengajaknya makan malam sebelum pulang tadi, juga membeli banyak bahan makanan untuk memenuhi kulkas di appartemen Heksa yang akan Els tempati.

Els sudah menguap lelah, tapi matanya langsung membesar saat memasuki unit mewah di depannya. Tak ada hentinya gadis itu berdecak kagum dengan interior desain appartemen milik Heksa yang akan ia tempati.

Semua bayangan tentang hunian yang sempat ia impikan sepertinya terealisasikan sekarang. Gedung appartemen yang letaknya di jalan sudirman lantai 7 ini di desain ala korea. "Woo,, ini kan yang biasa dipake didrakor yang sering aku tonton." gumamnya pelan sambil tak berhenti menyunggingkan senyum.

Tubuhnya berputar, jemarinya menyentuh sofa empuk. Ruang tamunya sangat luas tergabung dengan sebuah dapur cukup mungil di bagian ujung. Di sisi lainya terdapat dinding kaca transparan sangat lebar dengan menampilkan panorama kota yang berkelip bagai jutaan bintang. Els sangat menyukai spot itu.

Namun senyum takjubnya hanya tertahan sebentar. Ruangan yang didominasi warna Ivory itu sangat berlebihan menurut Els.

“Mm,, kak Gwen, apa ini nggak terlalu mewah yaa buat aku?” tanya Els lirih.

Gwen yang sedang sibuk membantu menata belanjaan ke countertop dapur, menoleh. “Nggak nona, ini semua atas permintaan pak Heksa. Beliau sangat menyukai kebersihan dan aroma harum, jadi saya mengingatkan untuk sering membersihkan appartemen ini. Atau mungkin nona butuh seorang ART?”

Els buru-buru menggeleng. “Nggak, nggak. Aku bisa kok mengurus appartemen ini. Lalu, panggil aku Els, kita bicara santai saja. Atasan kamu kan pak Heksa bukan aku, hihi.” Gwen tersenyum tipis, sangat tipis. “Mulai sekarang nona juga atasan saya.”

“Ehh nggak, panggil Els aaja beneran deh,”

“Baik Els, tapi ijinkan saya melakukan itu kalau kita hanya berdua."

"mm, ok."

Gwen menawarkan bantuan lagi, "Perlu aku bantu beres-beres?”

“Nggak usah, aku beresin sendiri aja. Kamu pasti capek udah bantuin aku seharian ini, ini sudah lewat jam kerja kamu. Lagian biar aku sibuk aja jadi aku nggak terlalu kepikiran masalahku,” tolak Els. Gwen menghentikan tangannya yang akan mengangkat bahan makanan ke kulkas. Ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya hanya mengangguk lalu ia berpamitan pulang.

Tengah malam, setelah Gwen pamit, Elsheva selesai membereskan semua belanjaanya. Matanya kembali menatap takjub pada semua yang ia lihat di appartemen Heksa. Seperti sebuah mimpi.

Ia berjalan pelan, tangannya menyentuh mesin kopi berdesain estetis, pengukus telur elektrik mungil, sofa empuk berlapis velvet. Semua benda yang dulu hanya bisa ia lihat di drama-drama korea, kini terpampang nyata di hadapannya. Elsheva akan butuh waktu lama untuk mengeksplornya pasti.

Semuanya seperti mimpi, atau lebih tepatnya jebakan yang terlalu manis untuk ditolak.

Berkat suasana baru itu, semua masalah yang menjerat Els belakangan ini cukup teralihkan dari pikirannya. Kini ia hanya sedang memikirkan kesepakatan konyol yang sudah  dibuatnya  dengan Heksa,

***

Heksa duduk di ruang kerjanya yang dipenuhi map tebal dan layar laptop menyala. Jemarinya mengetuk pelan meja kayunya, menimbang sesuatu.

“Gwen… gimana? Tugas yang aku berikan kemarin?”

Assisten yang selalu siap siaga itu mendekat, membuka tasnya lalu menyerahkan map berisi sebuah dokumen yang berisi tentang surat taukil wali/persetujuan delegasi kewenangan wali nikah dari ayah kandung kepada wali hakim atau penghulu nantinya.

Gwen melakukan tugasnya dengan sangat bersih, tepat sesuai permintan Heksa. Semua surat itu sudah disaksikan wali dan kepala KUA setempat. Jadi, bisa dipastikan semuanya sudah berlaku sesaui aturan agama seperti yang Els minta. Hanya saja, Heksa meminta Gwen untuk tetap merahasiakan identitasnya.

“Siapkan semuanya Gwen, sore ini pulang kerja kamu jemput Els,” ucap Heksa setelah membaca sekilas surat yang Gwen bawakan. Gwen mengangguk lalu melangkah pergi.

Sambil bersandar di kursi, mata Heksa memejam. Pikirannya melayang pada info yang berhasil Gwen dapat tentang ayahnya Els. Ada desir aneh dalam dadanya, bukan iba, hanya merasa terlalu jahat sudah menyeretnya masuk dalam neraka yang ia ciptakan sendiri.

Setelah menunggu lebih dari dua jam, Gwen akhirnya kembali untuk mengatur pernikahan mereka.

Perjalanan menuju tempat akad memakan waktu kurang lebih lima puluh menit, tapi bagi Els terasa hanya beberapa detik saja. Ia duduk gelisah di jok belakang, jemarinya tak henti meremas ujung tas kecil di pangkuan. Separuh hatinya masih menolak kenyataan, namun sisanya sudah sangat pasrah pada keadaan buruk apapun yang akan menimpanya setelah ini.

“Pak… memang perlu ya menikahnya di sini?” tanya Els akhirnya, menahan keresahan yang nyaris meledak. Pasalnya saat ini dua bola mata Els menangkap sebuah papan besar bertuliskan sebuah nama pondok pesantren.

Heksa melirik sebentar, wajahnya tenang seperti tak ada yang perlu dijelaskan. “Kamu tinggal diam dan dengarkan ucapan sah dari kyai nanti. Itu sudah cukup.”

Elsheva mengernyit. “Tapi… aku butuh wali.”

“Gwen sudah mengurus semuanya,” sahutnya singkat. Suaranya selalu datar, tenang. Berbeda dengan Els yang hanya bisa menelan ludah dan terus menghembuskan napas panjangnya berkali-kali untuk menahan kepanikan.

Sebelum turun, Gwen sempat memperdengarkan sambungan telepon dengan ayahnya. Sang ayah langsung menyetujui, bahkan menyerahkan perwaliannya kepada ustaz di pesantren tersebut.

Seketika dada Els seperti diremas oleh tangan tak kasat mata . ‘Ayah… jadi segampang itu melepas aku?’ gumam Els dalam batinnya.

Lagi-lagi ia merasa menjadi beban yang harus segera disingkirkan. Keberadaannya di rumah itu sudah tidak diinginkan siapapun.

Pondok pesantren itu tampak sederhana. Udara yang sejuk dan suara santri melantunkan ayat suci al Qur’an harusnya cukup untuk meredakan kegugupan Els. Tapi tetap saja baginya semua terasa asing,—bukan sakral, melainkan absurd. Ia duduk bersila di hadapan seorang ustaz sepuh, jantungnya berdebar tak karuan.

Ijab kabul berlangsung cepat. Suara Heksa tegas, mantap, sementara suara Elsheva nyaris tak ada. Namun beberapa saksi mengangguk, dan kalimat sah meluncur ringan dari bibir sang kyai.

Hanya dalam hitungan menit, status hidupnya berubah. Els menatap cincin melingkar di jari manisnya yang kini terasa berat.

‘Jadi… ini pernikahan? Begini saja? Miris sekali,’

Bahkan menikah yang katanya hal paling membahagiakan menuju ibadah seumur hidup, menjelma menjadi sebuah mimpi buruk yang akan Els jalani seumur hidupnya.

Tidak lama mereka berada di pesantren. Setelah sah dan Heksa memberikan amplop sebagai tanda terima kasih pada sang ustaz yang sudah memberikan sertifikat halal, mereka segera pergi.

Keluar dari pesantren, Heksa mengambil alih kemudi. Gwen sempat menyodorkan paperbag kecil berisi baju ganti sebelum naik ke mobil lain. “Semua yang pak Heksa butuhkan sudah saya siapkan, Pak.” Heksa hanya mengangguk, ia segera membongkar isi dalam paperbag.

Elsheva menoleh ketika Heksa tiba-tiba melepas kancing kemejanya. “Pak... Pak Heksa! Kenapa buka baju di sini?” serunya gugup sekaligus panik.

“Nggak usah mesum pikirannya,” sahut Heksa sambil menyentil pelan dahinya. “Aku cuma mau ganti pakaian. Masa mau keluyuran dengan baju resmi terus?”

Kalimat terakhir Heksa membuat Els melongo. Apa dia tidak salah dengar, pria itu sekarang berbicara dengan bahasa yang begitu santai?

Els buru-buru memalingkan wajah, tapi ekor matanya tak bisa menghindar. Dada bidang Heksa, kulit putih bersihnya… membuat ia kesusahan menelan ludah.

.

.

.

1
Rahmat
Mungkin samudra bisa mundur klau tau els udah nikah dgn heksa bukan simpan
Rahmat
astaga aku yg puyeng hubungan mrk
RanumAksara: jangan puyeng2 kak, biar aku aja yang puyeng mikirin alurnya🤣
total 1 replies
Rahmat
Mending jujur klau kalian udah nikah pebinor pergi
Rahmat
Mungkin heksa tau apa yg samudra lakukan pd elsjd lebih amanklau sementara di cafe dulu tinggal biar gak ketemu dgn pebinor
Rahmat
els jujur aja tentang samudra biar heksax gak salah faham dan biar samudrax menjauh
Rahmat
ini nih aku gak suka klau ada pebinor gimana carax menghalau pebinor😠😠
Rahmat
Ada sesuatu yg di sembunyikan davina ckckck padahal menguras harta heksa dan pura"jd istri yg tak tersentuh
Rahmat
Els sllu bener jangan kasih ruang pria lain nanti dlm masalah
Rahmat
jangan"an davina dgn pria lain alias selingkuh jd gak butuh heksa tapi cuman butuh duitx sj bongkar thor
Rahmat
Apa samudera seorg mafia y dan thor jangan mpai elsv berpaling cintax ke lelaki lain maux pk dewan✌️🥰
RanumAksara: Nah, hampir bener tuh🤭
total 1 replies
Rahmat
ngebanyangi aja berdarah hadeh ngeri smangat author😁
RanumAksara: 💙 trimakasih kak🙏
total 1 replies
Sri Wahyuni Abuzar
good job els...biar oppa g salah faham yee kannn 🤗
Sri Wahyuni Abuzar
cerita nya bagus..aku suka
semangat kakak 🤗🤗
RanumAksara: 💙 trimakasih kak
total 1 replies
Rahmat
udah like dan ni komenx smangat thor👍❤️
Rahmat
Komenx sepi likex juga padahal ceritax bagus sllu smangat thor
Rahmat
sukses ritualx thor🤭
Rahmat
Berani mandi berani basah elsv
Rahmat
perkenalan ceritax bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!