Ini kisah nyata tapi kutambahin dikit ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4
Drttttt....drrrrrtttt....
Ponsel yang tergeletak diatas meja bergetar, menyala, menampilkan nama kontak Mbak Haya sebagai penelepon.
Sendi dan kedua temannya mengalihkan atensi pada ponsel itu. Membuat Sendi berhenti menyuapkan makanan kedalam mulutnya, dia mengambil ponsel itu dan menerima panggilan. Sedangkan Agel dan Ridho mereka memilih kembali makan.
"Hm,"
"Hampir jam dua siang, masih belum pulang juga kamu?!"
Sendi memejamkan mata menjauhkan ponsel dari telinga. Suaranya kasar dan terdengar sedikit membentak. Itu bukan suara mbak Haya.
"Mampir dicafe bentar ini lagi makan siang sama temen." Mendadak makanan yang Sendi kunyah terasa sedikit hambar tapi Sendi tidak akan menyia-nyiakan makanan ini Sendi tetap akan menghabiskannya.
"Pulang...!"
Tut
Argghhhh
Sendi memejam, dengan alot dia menelan makanan yang masih didalam mulut. Sendi menyimpan ponsel disaku dan segera menghabiskan makanannya yang masih tersisa sedikit dengan cepat, tidak lupa menghabiskan es tehnya juga.
"Gue cabut makasih traktirannya,"
Sendi berdiri setelah menghabiskan makanan dan minumannya, dia menyampirkan tas dibahu dan pergi dari sana dengan langkah lebar.
Ridho dan Agel bertatapan dengan mulut yang masih sibuk mengunyah. "Siapa yang nelpon?" Ridho bertanya pada Agel karena dia tadi merasakan aura yang berbeda dari gelagat Sendi.
Agel mengedik bahu. "Bokapnya kali, atau siapa? gue juga nggak tahu,"
Ridho mengangguk saja dan kembali fokus pada makanannya.
Sendi keluar dari cafe dia berjalan menuju motornya kedua matanya menyipit ketika helm miliknya ada ditangan seseorang. "Sorry, itu helm gue," katanya yang membuat gadis yang tidak lain adalah Dita tersenyum kaku dengan keadaan jantung yang berdebar.
"Oh, i-ini.."
Sendi meraih helm miliknya dari tangan Dita, namun kerutan didahi muncul ketika matanya melihat kaca helmnya yang tiba-tiba pecah. Sendi menatap dua gadis yang dia tidak tahu namanya tapi dia dapat melihat tanda dibaju mereka yang ternyata mereka satu sekolah yang sama dengannya.
Dita yang paham akan tatapan itu menatap Ella yang sejak tadi disampingnya. Wajahnya terlihat memelas kelihatan jika Dita ingin dibantu dalam hal ini.
Ella meneguk ludah dia juga merasa sedikit takut tapi dia mempersiapkan diri dan menatap Sendi dengan wajah ramahnya. "Maaf, tadi helm lo nggak sengaja kesenggol temen gue jadinya ja--"
"Jatuh dan pecah?" Sendi menyela menatap mereka dengan satu alis terangkat.
Ella dan Dita menunduk mereka merasa bersalah. "Iya," kata Ella.
Sendi mendengus dia merasa hari ini adalah hari yang sangat apes untuknya. Tadi jatuh, motornya juga pecah dibeberapa bagian dan sekarang helmnya pun jatuh serta pecah juga? Wah, kenapa bisa begini ya?
"Oke. Lain kali jangan ceroboh atau kalian akan terus-terusan merugikan orang lain,"
Tak jadi memakai helm-nya Sendi justru menggantungnya di lengan dia naik ke atas motor dan mulai melajukan motor maticnya keluar dari area cafe.
"Sumpah?!"
Dita menatap bokong motor Sendi yang sudah melesat ke jalan raya. Bibir yang manis itu menganga tak percaya.
"Dia nggak marahin kita, Dit?" Ella juga mengarah pada pandangan yang sama dengan Dita. Tangannya menyentuh dada, Ella merasa lega karena dirinya dan Dita tidak kena marah dari cowok tadi.
"Wah, beruntung banget sih gue. Yaudah yuk gue udah laper banget," Dita menarik lengan Ella mereka masuk kedalam cafe dan langsung menuju tempat pemesanan.
Pesanan mereka jatuh pada ayam geprek nasi uduk dan es teh. Sesuai apa yang mereka sebutkan ditempat parkir tadi. Setelah pesanan mereka selesai Dita dan Ella membawanya ke meja yang masih kosong. Kebetulan masih ada meja kosong yang letaknya tidak jauh dari jendela kaca.
"Mmm... Enak banget sih ini,"
Dita menggigit ayam geprek yang berlumur sambal ada rasa asin pedas manis dan lezat. Mmm... pokoknya komplit banget. Masakan cafe ini pokoknya nggak ada tandingannya bagi Dita. Cafe ini juga termasuk cafe langganan Dita sejak dia masuk di kelas satu SMP.
"Iya, gue juga suka banget sama makanan di sini. Selain harganya yang ramah di kantong masakan di sini juga nggak kalah sama masakan cafe yang lain. Pokoknya semua masakan di cafe ini tuh pas dan cocok banget di lidah gue,"
Ella tak bohong dia juga tidak asal berkomentar tapi memang Ella sudah lama berlangganan di cafe ini bahkan sejak Ella masih duduk di bangku sekolah dasar. Sejak dulu Ella juga sering makan di cafe ini bareng keluarga. Kata kedua orang tuanya cafe ini juga sudah menjadi cafe langganan mereka berdua sejak mereka duduk di bangku perkuliahan.
"Btw... Cowok tadi itu cowok yang jatuh di parkiran sekolah kita nggak sih?" tanya Ella pada Dita dengan menggigit daging ayam geprek miliknya.
Dita menatap Ella reflek mulutnya berhenti mengunyah. Dita baru mengingat akan hal itu. "Eh, iya ya. Gue juga liat motor dia pecah di beberapa bagian tadi, kayaknya pas jatuh di parkiran tadi deh,"
Ella mengangguk setuju. "Kata gue lo harus ganti helm-nya dia deh. Kasian btw... sudahlah jatuh, motornya rusak, dan helm-nya pun ikut lo rusakin, tuh cowok ngenes berkali-kali lipat nggak sih?"
"Ya tapi gue kan nggak sengaja ngejatuhinnya, El. Lo juga lihat tadi kan?"
Dita sedikit tidak terima tapi ya Dita memang merasa bersalah karena tanpa sengaja Dita juga ikut merusak barang milik cowok itu. Walau kelihatannya tadi bukan helm mahal tapi tetap saja cowok itu belinya pasti pakai duit dan bukan pakai daun.
"Iya-iya, gue ngerti kali. Btw, besok gue temenin lo beli helm-nya deh," kata Ella dia sudah menghabiskan nasi uduk dan ayam gepreknya dan sekarang ini Ella malah mengambil sepotong kecil ayam milik Dita.
Dita mende.kik melihat Ella yang tanpa permisi mengambil ayam miliknya, ya walapun cuma secuil sih.
"Gila, lo cantik-cantik rakus banget sih, El. Pesen lagi sono kalau masih kurang, enak aja main ngambil punya gue."
Ella terkekeh pelan membuat Dita langsung mendengus sebal. "Gue udah kenyang ye, tapi emang sengaja pengen bikin lo marah aja, hahaaaa.."
Dita mendesis sebal dia tak lagi menggubris Ella yang kadang memang membuatnya kesal Dita memilih melanjutkan makan dan menghabiskannya sebelum ayamnya di embat Ella semua.
...----------------...
Dengan langkah pelan Sendi berulangkali membuang napas dia mencoba mengatur debaran didada untuk tetap stabil.
Tangan kanannya meraih hadle pintu dia mendorongnya. Pintu berhasil terbuka dan langsung menampilkan dua orang yang sangat dia sayangi tengah duduk di kursi usang ruang tamu.
"Mb---"
"Ibu pingsan Sen, dia dibawa kerumah sakit,"
APA??