Pernikahan yang batal membuat Namira harus menikah dengan sepupunya. Untuk menjaga nama baik keluarganya dan juga pesantren Namira tidak punya pilihan lain.
Bian, yang merupakan sepupu Namira dan juga teman masa kecilnya harus mengikuti kemauan ibunya yang memang sangat menginginkan Namira sebagai calon menantunya sejak dulu.
Karena sudah lama tidak bertemu membuat pertemuan mereka sedikit canggung dan apalagi dihadapkan pada pernikahan. Tetapi bagaimanapun keduanya pernah menghabiskan waktu di masa kecil.
Namira dan Bian sama-sama memiliki pasangan di masa lalu. Bian memiliki kekasih yang tidak direstui oleh ibunya dan sementara Namira yang memiliki calon suami dan seharusnya menikah tetapi digantikan oleh Bian. Karena perzinaan yang dilakukan calon suaminya menjelang 1 hari pernikahannya.
Bagaimana Namira menjalani pernikahannya bersama Bian yang tidak dia cintai dan sebaliknya dengan Bian.
Jangan lupa untuk membaca dari bab 1 sampai bab akhir dan jangan suka menabung Bab....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 4 Pernikahan Kilat
Jam terus berputar dengan pagi yang cerah sudah berubah menjadi gelap. Sejak tadi abi terus menyambut tamunya yang datang dari luar kota untuk menghadiri acara pernikahan putrinya dan ternyata Ahmad belum mampu mengatakan apa yang terjadi sebenarnya, dia hanya berpura-pura tidak terjadi apapun.
Tetapi hal tersebut justru menjadi beban baginya yang sekarang terlihat bingung berada di ruang tamu bersama istri adik dan juga adik iparnya.
"Bagaimana cara kita menyampaikan kepada seluruh kamu bahwa pernikahan tidak jadi diadakan besok?" tanya Kalsum.
Ahmad menggelengkan kepala yang belum kepikiran dengan hal itu.
"Sebaiknya dikatakan sekarang saja daripada tamu semakin banyak datang dengan harapan yang begitu banyak dan ternyata besok tidak ada apa-apa," sahut Andika memberikan.
"Ya Allah ujian apa yang terjadi di dalam hidup kami," ucap Kalsum yang pasti memikirkan nama pesantren yang akan rusak dan rasa kekecewaan para tamu.
"Tante harus bersabar dan InsyaAllah semuanya akan berjalan dengan baik," sahut Bian.
"Maafkan Namira Umi," tiba-tiba saja Namira sudah keluar dari kamarnya yang menuruni anak tangga menghampiri orang-orang yang ada di ruang tamu itu yang sangat mengkhawatirkan dirinya.
"Tidak Namira! kamu sama sekali tidak bersalah dan tidak perlu meminta maaf seperti itu," ucap Kalsum menggelengkan kepala.
Namira duduk di samping Kalsum.
"Tapi Namira sudah membuat aib di pesantren ini yang mana selama ini Umi dan Abi sudah menjaga nama pesantren ini dengan baik. Maafkan Namira yang seharusnya pura-pura tidak tahu saja apa yang terjadi," ucap Namira merasa bersalah.
"Umi sudah mengatakan ini bukan kesalahan kamu dan jika memang hari ini harus terjadi maka semua itu sudah kehendak Allah. Tidak apa-apa nama pesantren jadi tercemar, asalkan putri Umi tidak menderita dalam pernikahannya," ucap Kalsum.
"Tetapi setelah mereka tahu putri dari Yayasan pesantren ini gagal menikah, maka akan banyak spekulasi negatif dan mungkin Namira akan menjadi korban," sahut Yuna.
"Apa maksud Kakak?" tanya Kalsum.
"Pembatalan pernikahan pasti pihak wanita yang disalahkan dan mereka akan menduga-duga apa yang terjadi. Banyak kemungkinan tidak akan ada orang tua datang untuk melamar Namira untuk selanjutnya," jawab Yuna yang merupakan Kakak dari Kalsum yang baru saja memarahi Namira bersama dua temannya saat bertemu di parkiran tadi.
"Astagfirullah....." lirih semuanya yang juga pasti mengkhawatirkan masa depannya Namira.
"Tidak apa-apa. Namira juga tidak memikirkan pernikahan untuk saat ini," jawabnya.
"Namira tetapi bukan hanya untuk saat ini dan takutnya ini menjadi kutukan tersendiri untuk kamu," sahut Yuna.
"Kalau begitu lanjutkan saja pernikahannya," sahut Farah.
"Farah, kami tidak mungkin membiarkan Namira menikah dengan laki-laki yang memiliki hubungan dengan wanita lain dan itu akan menjadi bumerang dalam rumah tangga mereka nanti," sahut Ahmad.
"Saya juga tidak menginginkan keponakan saya menikah dengan laki-laki yang salah, tetapi saya juga tidak ingin nama keponakan saya tercemar dengan orang-orang yang berspekulasi negatif dan apalagi memberi kutukan dan dia yang disalahkan. Pernikahan ini diadakan tanpa ada undangan yang tertulis, tidak dengan nama pria ataupun wanitanya dan mereka hanya tahu bahwa yang menikah dia yayasan ini adalah putri dari pemilik Yayasan pesantren. Artinya orang-orang tidak mengetahui siapa calon suami Namira kecuali orang terdekat," ucap Farah.
"Apa maksud kamu Farah?" tanya Andika.
"Bian akan bertanggung jawab untuk menggantikan suami Namira," jawab parah yang membuat semua orang kaget dan termasuk Bian.
Namira juga kaget dengan mata melotot yang mendengarkan ide konyol dari tantenya itu.
"Farah kamu bicara apa?" tanya Andika.
"Mah!" tegur Bian yang sepertinya juga tidak setuju.
"Hanya ini cara satu-satunya," jawab Farah yang selanjutnya menyerahkan kepada orang-orang yang ada di sana karena dia sudah memberikan ide.
****
"Aku tidak mungkin menikah dengan Namira!" tegas Bian yang berbicara dengan kedua orang tuanya.
"Bian kita semua ini adalah keluarga dan apa salahnya kamu menolong Namira. Kamu dan Namira juga bersahabat sejak kecil, kalian tumbuh bersama dan saling mengenal kepribadian masing-masing," ucap Farah.
"Tetapi tidak juga untuk menikah dengannya," ucap Bian.
"Bian Mama mohon sama kamu.Mama juga tidak menyetujui hubungan kamu dengan Angela dan Mama....."
"Memang sejak awal menyuruhku pulang hanya ingin menjodohkan ku dengan Namira," sahut Bian memotong kalimat orang tuanya itu.
"Mama yang tahu bagaimana yang cocok untuk kamu. Mama ingin kamu menjalani hubungan ini dan menikahlah dengan Namira. Jika kamu dan Namira belum saling mencintai dan mama yakin perasaan akan timbullah setelah kalian menikah," ucap Farah.
"Tidak semudah itu," sahut Bian.
Sementara Andika sejak tadi diam saja yang juga tidak tahu harus memberikan pendapat apapun dia pasti ingin yang terbaik untuk keponakannya Tetapi dia juga tidak mungkin memaksa putranya.
***
Hari pernikahan.
Ternyata untuk menyelamatkan nama pesantren dan juga untuk menyelamatkan nama Namira dari pemikiran orang-orang yang tidak seharusnya.
Akhirnya Bian yang tidak punya pilihan lain menyetujui pernikahan itu dan begitu juga dengan Namira yang tidak ingin membuat orang tuanya malu, harus mengganti suami di saat hari pernikahannya dan hal itu adalah hal yang berat.
Di lapangan yang sangat besar sudah duduk para tamu dengan pakaian senada berwarna putih untuk menghadiri acara pernikahan itu, banyak para ulama yang hadir di acara sakral itu.
Namira yang juga tampil sangat cantik masih berada di dalam kamar dengan balutan gaun pengantin syar'i berwarna putih senada dengan hijabnya yang dibentuk sangat cantik.
Tetapi kecantikan itu harus sedikit pudar karena sejak tadi wajahnya begitu murung dengan air matanya yang keluar dan terus dihapus oleh Nayla sahabatnya.
Bagaimana tidak, dia belum menenangkan hati atas apa yang dia lihat, belum sempat menata hati kembali dan sekarang harus menikah dengan orang yang tidak dia cintai. Menikah di hari yang sama yang seharusnya menikah dengan calon suaminya.
"Namira jangan terus menangis seperti ini. Kamu harus percaya jika semuanya sudah menjadi takdir dari Allah," ucap Zahra yang sebagai teman hanya bisa memberikan semangat.
"Acara pernikahannya sudah mulai, sebaiknya kita saksikan saja," sahut Nayla menyalakan layar monitor televisi yang menghubungkan kalau kasih pernikahan bagaimana Bian melaksanakan ijab Kabul.
Kepala Namira terangkat melihat televisi tersebut. Bian juga sangat tampan dengan menggunakan setelan putih yang tampak duduk berjabat tangan dengan Abinya.
"Saya terima nikahnya Putri Namira Syakira bint Ahmad Dhani dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas 250 gram dibayar tunai,"
"Bagaimana saksi!"
"Sah-sah!"
Air mata Namira jatuh ketika dirinya sudah menjadi istri dari sepupunya. Pernikahan yang diadakan secara islami itu yang membuat pasangan itu sudah sah menjadi suami istri. Nayla dan Zahra merasa lega dengan pernikahan yang berjalan dengan lancar membuat keduanya saling melihat dan kembali melihat teman mereka yang tampak murung.
Sebagai sahabat Zahra dan Nayla memeluk Namira memberikan kekuatan kepada sahabatnya itu untuk lebih tegar dan harus bahagia.
Mungkin balasan terbaik kepada laki-laki penghianat adalah menunjukkan bahwa dia juga bisa menikah dan hari pernikahan itu tetap berjalan selancar mungkin.
"Ya Allah mengapa engkau menjadikan takdirku seperti ini? Bagaimana aku menjalani pernikahan ini dan apakah semua ini tidak terlalu kejam untukku?" Namira bertanya-tanya di dalam hatinya dengan memejamkan mata perlahan.
Bersambung ......
duhh zahra jgn sampe gagal ya petnikahanmu ilham pria baik dan ga bakal mengungkit kisahmu yg telah di perkosa si ferdi