Dion terpaksa menikahi wanita yang tidak cintainya karena perjodohan yang diatur orang tuanya. Namun kehidupan pernikahannya hancur berantakan dan membuatnya menjadi duda.
Selepas bercerai Dion menemukan wanita yang dicintai dan hendak diajaknya menikah. Namun lagi-lagi dia harus melepaskan wanita yang dicintainya dan menuruti keinginan orang tua menikahi wanita pilihan mereka. Demi menyelamatkan perusahaannya dari kebangkrutan, akhirnya Dion bersedia.
Pernikahan keduanya pun tidak bisa berlangsung lama. Sang istri pergi untuk selamanya setelah memberikan putri cantik untuknya.
Enam tahun menduda, Dion bertemu kembali dengan Raras, wanita yang gagal dinikahinya dulu. Ketika hendak merajut kembali jalinan kasih yang terputus, muncul Kirana di antara mereka. Kirana adalah gadis yang diinginkan Mama Dion menjadi istri ketiga anaknya.
Kepada siapa Dion melabuhkan hatinya? Apakah dia akan mengikuti kata hati menikahi Raras atau kembali mengikuti keinginan orang tua dan menikahi Kirana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kencan
“Kita bolos setengah hari, yuk. Kita jalan-jalan. Anggap aja lagi nge-date. Mau ngga?”
“Bolos?”
“Iya, kita lanjut jalan-jalan. Ngga usah kembali ke kantor.”
“Kalau aku sih oke aja. Tapi bagaimana dengan Mas? Apa yakin ngga ada janji penting hari ini?”
“Aku sudah minta Raras menggeser semua janji ku di minggu ini ke minggu depan. Sisa pekerjaan sudah ditangani oleh Reza. Jadi, mau kencan dengan ku?”
Kepala Letisha mengangguk pelan. Selama berkarier, ini pertama kalinya Letisha sengaja membolos. Biasanya wanita itu tidak pergi ke kantor karena ada hal mendesak, seperti sakit atau urusan yang tidak bisa ditinggalkan. Dan baru kali ini dia membolos kerja hanya untuk kencan.
Dion membayar makanan yang mereka pesan tadi, lalu mengajak Letisha segera masuk ke dalam mobil. Ajakan Dion seolah menjadi hipnotis bagi Letisha, sehingga dia enggan menolak ajakan suaminya itu. Sekali saja wanita itu ingin bersikap egois. Menikmati pernikahan ini tanpa memikirkan tentang Raras.
“Kita mau kemana, Mas?”
“Bagaimana kalau nonton? Sudah lama juga aku ngga nonton di bioskop.”
“Oh ya? Kapan terakhir Mas nonton di bioskop?”
“Tiga tahun yang lalu.”
Terakhir kali Dion menjejakkan kakinya di bioskop sudah berlalu tiga tahun yang lalu. Ketika itu dia masih menjadi kekasih Nilan. Setelah berpisah dari Nilan, pria itu tidak pernah mendatangi bioskop lagi. Bahkan ketika menjalin hubungan dengan Raras pun, mereka tidak pernah menonton bersama di bioskop.
“Yang benar?”
“Iya. Kalau kamu?”
“Terakhir aku ke bioskop, seminggu sebelum menikah dengan Mas.”
“Dengan siapa?”
“Hilya.”
Senyum terbit di wajah Dion mendengar nama Hilya yang disebut Letisha. Entah kenapa dia tidak suka saja kalau ada lelaki selain dirinya yang dekat dengan istrinya saat ini. Dion segera menyalakan kendaraan lalu melajukan kendaraan menuju salah satu pusat perbelanjaan.
Tak butuh waktu lama, mobil yang dikendarai Dion sudah memasuki pelataran parkir Metro Indah Mall. Setelah memarkirkan kendaraannya, pria itu segera mengajak Letisha masuk ke dalam. Mereka langsung menuju lantai teratas pusat perbelanjaan ini.
Suasana bioskop siang ini tidak terlalu ramai. Selain memang waktu saat bukan jam ramai pengunjung bioskop, kedatangan mereka juga di saat weekday, bukan weekend. Sebelum membeli tiket, keduanya berkeliling melihat poster film yang terpajang.
“Aku punya cerita soal bioskop. Ceritanya jaman jadul. Jadi ada satu Ibu, dia itu senang sekali nonton di bioskop. Karena ngga tahu film apa yang sedang tayang, akhirnya dia minta asisten rumah tangganya buat datang ke bioskop buat cari tahu film apa yang sedang tayang. Kebetulan rumahnya ngga terlalu jauh dari bioskop. Mungkin sekitar setengah jam kalau jalan kaki bolak-balik. Setelah nunggu selama setengah jam, akhirnya tuh asisten rumah tangga pulang juga. Angga aja namanya Pak Maman. Kata si Ibu, film apa yang lagi tayang? Pak Maman jawab dengan polosnya, judulnya TODAY, nyonya.”
Untuk sejenak Letisha masih terdiam. Wanita itu masih mencoba mencerna cerita suaminya itu. Namun ketika dia paham, barulah dia tertawa. Biasanya di poster film yang terpajang akan terpajang keterangan, apakah film tayang hari ini atau akan datang. Dan Pak Maman tidak membaca judul film, tapi membaca tulisan yang ada di poster film.
“Hahaha.. ampun deh, ada-ada aja.”
“Kamu mau nonton film apa? Film TODAY atau COMING SOON?”
“Hahaha..”
Kembali Letisha tak bisa menahan tawanya. Dion terus memperhatikan istrinya yang tengah tertawa lebar. Wajah wanita itu terlihat lebih cantik di matanya saat sedang tertawa.
“Jadi mau nonton apa?”
“Ehm.. ini aja, gimana? Aku sempat lihat trailer dan baca sinopsisnya, keren lah.”
Letisha menunjuk sebuah poster film berjudul Kembalinya Sang Agen Rahasia. Film tersebut menceritakan seorang agen rahasia yang dikhianati oleh orang-orang penting negaranya. Dia dan anggota timnya difitnah dan dibunuh. Berkat bantuan atasannya, pria itu berhasil bertahan hidup dan kembali bertugas. Dia menyelesaikan misi yang sempat terhenti dan membalaskan dendam anggota timnya yang mati terbunuh.
“Mau beli apa buat teman nonton?”
“Beli popcorn aja sama minum. Mas aja yang beli. Aku mau ke toilet dulu.”
“Oke.”
Bergegas Letisha menuju toilet untuk menuntaskan panggilan alam. Sepeninggal Letisha, Dion segera membeli popcorn dan minuman masing-masing dua buah. Sambil menunggu pesanannya selesai, Dion mengirimkan pesan pada Reza.
Di bagian luar bioskop, nampak seorang pria melintas. Langkah pria yang ternyata adalah Kamal terhenti ketika melihat Dion berada di dalam bioskop. Pria itu mengubah haluan, lalu masuk ke dalam bioskop. Nampak Dion membawa dua buah popcorn dan minuman. Melihat itu, karuan menyulut emosi Kamal. Di kepalanya langsung menduga kalau Dion tengah berkencan dengan perempuan lain di belakang Sang Kakak. Dengan langkah panjang Kamal menghampiri Dion.
“Sedang apa kamu di sini?”
Melihat Kamal sudah ada di depannya, tentu saja membuat Dion terkejut. Pria itu tidak langsung menjawab, melainkan hanya diam sambil melihat Kamal.
“Ini waktunya jam kerja. Sedang apa kamu di sini? Dengan siapa kamu kencan, hah?” cecar Kamal.
“Apa aku harus melaporkan semua yang kulakukan pada mu? Aku mau melakukan apa saja, bukan urusan mu!” kesal Dion.
“Kamu ngga mungkin datang ke sini sendiri. Kamu datang dengan perempuan, kan? Siapa dia? Apa Raras?”
“Kenapa mulut mu tidak pernah mengeluarkan kata-kata yang enak didengar?”
“Kamal.”
Kamal segera membalikkan badan ketika mendengar suara yang begitu familiar mampir ke telinganya. Pria itu terkejut melihat sang Kakak sudah berada di depannya.
“Kakak.. sedang apa di sini?”
“Kamu sendiri sedang apa di sini?”
“Aku habis ketemu klien. Kalau Kakak?”
“Aku yang mengajaknya ke sini,” sela Dion.
“Ayo sayang, pintu studio sudah dibuka.”
Tanpa mempedulikan Kamal, Dion segera mengajak Letisha masuk ke dalam studio. Ditinggalkan begitu saja oleh Kakak dan Kakak iparnya, membuat Kamal hanya melongo saja. Apalagi tadi dia mendengar Dion memanggil Letisha dengan panggilan sayang. Matanya terus memandangi Letisha dan Dion yang sudah menghilang dibalik pintu studio. Lamunannya terhenti ketika ponsel di saku celananya bergetar. Dengan cepat dia menjawab panggilan.
“Aku ke sana sekarang.”
Dengan langkah panjang Kamal keluar dari lobi bioskop. Walau mash terkejut, namun dalam hatinya dia cukup senang melihat Kakak dan Kakak iparnya terlihat akur. Pria itu berharap Dion benar-benar menyayangi Kakaknya.
***
Usai menonton, mereka tidak langsung pulang. Dion mengajak Letisha berjalan-jalan walau hanya sekedar berkeliling di jalanan Kota Bandung. Pria itu lalu mengajak Letisha makan malam di luar. Untuk makan malam kali ini dia memilih punclut sebagai tempat makan. Dion memilih warung makan yang tidak terlalu ramai. Pria itu memilih duduk di lantai atas, mengambil tempat yang bisa membuat mereka menikmati pemandangan Bandung di malam hari.
“Tempat ini ngga terlalu ramai, tapi rasa makanannya enak. Mungkin kurang promosi aja, jadi kalah sama tempat lain,” ujar Letisha sambil memakan makanannya.
“Aku kenal pemilik tempat ini. Mereka kekurangan modal untuk promo atau menambah fasilitas. Jadi kadang mereka promo seadanya aja. Seperti memberi diskon untuk pengunjung yang sering makan ke sini.”
“Mas sering ke sini?”
“Dulu waktu sama Nilan.”
“Sepertinya dia spesial banget ya buat Mas. Banyak momen bahagia yang Mas habiskan dengannya.”
“Begitulah. Saat aku dengan Nilan, aku belum diberi tanggung jawab mengurus perusahaan. Jadi beban ku belum banyak. Aku bisa menikmati hidup dan kebersamaan ku dengan Nilan seperti anak muda lainnya.”
“Terkadang memang tanggung jawab yang kita pikul membuat kita sulit meluangkan waktu untuk melakukan hal yang kita sukai.”
“Iya kamu benar. Tapi sekarang, aku sudah punya partner yang mau mendengarkan keluh kesah ku, mau membantu ku bertukar pikiran soal pekerjaan. Hal sederhana itu bisa membuat penat ku sedikit berkurang.”
Hanya senyuman kecil yang diberikan Letisha. Tak ayal hati wanita itu senang juga mendengar ucapan Dion. Dirinya dianggap penting oleh pria itu. Usai makan malam, keduanya masih bertahan di sana. mereka lanjut berbincang sambil menikmati pemandangan malam di depan mereka. Keduanya duduk bersisian sambil menyandar ke meja kayu di belakang mereka.
“Ehm.. apa Mas serius soal menjalani rumah tangga dengan ku?”
“Tentu saja. Kenapa? Apa kamu tidak percaya?”
“Bukan begitu. Jujur saja semuanya terkesan mendadak. Dan ini membuat ku bingung juga.”
Terdengar helaan nafas panjang Dion. Pria itu tidak menyalahkan Letisha kalau masih belum mempercayai niatnya untuk menjalani rumah tangga dengan serius. Karena bagaimana pun juga semua berawal dari sikap dinginnya di awal pernikahan. Dia menarik bahu Letisha hingga posisi mereka semakin rapat.
“Jujur saja, awalnya aku mengira pernikahan kita akan sama seperti pernikahan ku dengan Amel. Itu yang membuat ku bersikap tak peduli dengan pernikahan kita. Tapi kemudian aku sadar kalau kamu bukan Amel. Kamu berbeda dan jauh lebih baik darinya. Kamu tetap menjalankan kewajiban mu sebagai seorang istri. Terkadang memasak untuk ku, atau menyiapkan kebutuhan ku walau secara diam-diam.”
Sontak Letisha menolehkan kepalanya. Matanya sedikit membelalak. Dia tidak percaya kalau Dion tahu kalau dia sempat menyiapkan semua kebutuhan pria itu secara diam-diam.
“Dari mana Mas tahu? Apa dari Bi Sumi?”
“Kamu jangan marah pada Bi Sumi. Dia sudah ikut dengan ku cukup lama. Saat aku dengan Amel, Bi Sumi tidak pernah mengatakan pada ku kalau dia sering membawa selingkuhannya ke rumah. Mungkin karena diancam. Tapi setelah terbongkar, Bi Sumi tidak pernah merahasiakan apapun lagi pada ku. Dia selalu menceritakan apa yang terjadi di rumah. Apa yang kamu lakukan dan aku juga tahu kalau Susi diminta Raras untuk memata-matai kita.”
“Kalau Mas tahu, kenapa Mas diam saja?”
“Aku ingin kamu yang memutuskan soal itu. Mau Susi dipecat atau tetap dipekerjakan, semua terserah pada mu. Aku juga minta maaf karena tidak menegur Raras. Aku tidak menyukai apa yang dilakukan olehnya, tapi aku juga tidak menegurnya, jujur saja aku merasa bersalah pada Raras karena tidak menepati janji untuk menikahinya.”
“Aku mengerti, Mas. Tapi Mas bisa menepati janji Mas setelah kita bercerai.”
“Aku tidak mau kita bercerai, Leti. Aku ingin menjadikan pernikahan ini menjadi pernikahan seumur hidup.”
***
Nah gimana tuh Leti?
Rina ini tambah hancur hidupmu, penjara pasti menantimu.
Ketika Dion mengirim chat menawarkan makan siang bersama, bukannya membalas chat dari Dion, Letisha menyuruh sopirnya untuk diantar ke kantor Blue Harmony.
Letisha sudah di ruang kerja Dion, sempat membuat Dion terkejut dengan kedatangannya.
Dion bangun dari duduknya menuju Letisha, Letisha langsung memeluk Dion. Kata keramat terucap dari mulut Letisha - "I love you. I love you, Mas."
Sebelum makan siang Letisha membantu membereskan pekerjaan Dion. Selesai dengan pekerjaannya, Dion dan Letisha beradu bibir, ciuman semakin intens.
Raras melihat adegan itu hatinya terpotek wkwkwk.
Tuh ditawarin menikah sama Mr. Liu, kau dibuat berdiri sejajar dengan Leti. Pikirkan itu Raras. Tapi setelah menerima tawaran menikah dengan Mr. Liu jangan pongah - jangan sombong, tetap tak ada apa-apanya kau dibandingkan dengan Letisha 🤭