Demi menutupi identitas aslinya, Elvano Abraham memilih Sena sebagai pendampingnya dalam suatu acara. Sena yang tak menyadari niat Elvano sesungguhnya menerima tawaran tersebut, karena ia pun ingin lebih dekat dengan Elvano.
Tapi Elvano salah, karena pilihannya tersebut malah membawa dirinya terjebak dalam pesona Sena, begitu pula sebaliknya.
Apakah yang akan Sena lakukan setelah mengetahui motif Elvano yang sesungguhnya? Apa mereka akan terus bersama? Atau justru motif Elvano menghancurkan hubungan keduanya?
Yuk! Ikuti kisah Elvano dan Sena yang harus menemukan cinta sejati di tengah banyaknya rahasia dan kesalahpahaman yang penuh dengan ketegangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SBDST 26.
Brak!
"Sena!" panik Elvano langsung memanggil nama wanita itu saat ia tiba di apartemen pribadi Sena.
Elvano berlari masuk ke dalam kamar, memeriksa semua tempat, hingga ke kamar mandi untuk mencari keberadaan wanitanya. Namun, yang bisa ia temukan hanya ruangan kosong yang tak mampu memberi jawaban atas apa yang tengah ia cari.
Tangan Elvano lekas terulur untuk meraih ponsel, ia mencoba menghubungi Sena melalui telepon seraya membawa langkahnya menuju sebuah lemari, dan membuka pintunya.
"Angkat, Sayang. Aku mohon," gumam Elvano dengan netra tajamnya yang mendapati lemari berisi pakaian wanitanya masih utuh.
Elvano menghentikan panggilannya ke ponsel Sena saat wanita itu tak kunjung menerima, ia beralih menghubungi Tracker, sang asisten pribadi.
"Lacak ponsel Sena! Aku ingin tahu di mana posisinya, secepatnya!"
"Baik, Tuan!" jawab Tracker di seberang sana.
Elvano mengakhiri panggilan. Nafasnya yang memburu karena degub jantungnya yang berpacu, kini sedikit terhenyak saat tatapannya jatuh, terkunci pada semua barang pribadi Sena.
Wajah kosong, dengan lelehan air mata wanitanya saat sebelum mereka terpisah pintu lift kini berkelabat memenuhi pikiran Elvano. Rahangnya mengeras, tangannya mengepal sebelum akhirnya ia keluar dari apartemen pribadi Sena.
Elvano sebelumnya sudah mendatangi apartemen mewah yang juga sempat ia berikan untuk wanitanya, tapi Sena tak ada di sana, Sena tak ada di kedua apartemennya.
Ponsel Elvano kembali berdenting saat pria itu baru saja masuk ke dalam mobilnya, sebuah pesan video dikirimkan oleh Tracker, dan Elvano langsung memutarnya.
"Untuk apa dia datang?" tanya Elvano dingin setelah melakukan panggilan suara.
"Belum diketahui, Tuan. Tapi Tuan Rexi datang, hanya beberapa saat setelah Nona Sena pergi, ia tidak sempat masuk ke dalam perusahaan," jelas Tracker setelah mengirimkan rekaman cctv ketika Rexi mendatangi NAV Corp.
Elvano nampak terdiam. Sebelum senyum sinis terukir di wajah tampannya.
"Tetap lacak ponsel Sena dan kabari aku secepatnya!" Elvano mengakhiri panggilan. Ia mempercepat laju mobil ketika kini tahu harus ke mana mencari Sena. "Kau benar-benar berencana ingin meninggalkanku, Sayang. Sampai meminta bantuan pada pria lain." Tangan Elvano meremat kuat setir kemudi. Mobilnya melaju dengan begitu cepat ke perusahaan Rykhad Holdings.
Perasaan kesal, marah, terhadap dirinya sendiri bercampur cemas, dan khawatir pada keadaan Sena, kini semakin kacau dengan kecemburuan yang mulai menyusup saat memikirkan Sena yang meminta bantuan pada pria lain ketika ingin melarikan diri darinya.
Elvano menghentikan mobilnya begitu saja, ia langsung keluar dan menuju ruangan pemimpin perusahaan Rykhad Holdings. Langkah lebar, wajah dingin dengan sorot mata yang begitu tajam membuat karyawan seketika memperhatikan kedatangannya, dan parasnya yang tampan berhasil mencuri perhatian para karyawan wanita.
Beberapa karyawan tidak ada yang berani menyapa, ataupun sekedar bertanya; ingin ke mana tujuan Elvano. Aura pria itu cukup gelap, meski tersamarkan dengan parasnya yang bak malaikat. Termasuk saat Elvano sudah tiba di lantai atas, di mana ruangan Rexi berada.
Sosok Jack lah, sang asisten pribadi yang berdiri tegak, menghadang Elvano, mencoba menghentikan Elvano saat ingin masuk ke ruangan Rexi.
"Maaf, Tuan Elvano. Jika kedatangan Anda untuk mencari Tuan Rexi, beliau saat ini sedang tidak berada di tempat," kata Jack dengan nada yang terdengar sopan, tapi begitu tegas. Karena ia tahu, apa tujuan Elvano mendatangi perusahaan Rykhad Holdings. Mungkin pria di hadapannya ini sudah tahu siapa Nona Sena sebenarnya.
Elvano tersenyum sinis mendengar perkataan Jack. Rexi tidak ada di perusahaan. Jadi benar, jika pria itu yang membawa pergi wanitanya dan sekarang sedang bersama Sena. Pemikiran picik yang tanpa sadar membawa Elvano jauh tenggelam dalam amarah yang menyesatkan.
"Aku tahu Rexi yang membawa Sena pergi," ucap Elvano dengan sorot mata tajam yang menghunus langsung ke kedua netra Jack.
Jack sempat menelan pelan salivanya, tapi ia masih berdiri diam menghalangi Elvano yang di mata Jack sudah seperti malaikat maut.
"Aku akan membuatnya membayar untuk keberaniannya ini. Dia akan menyesali hari; di mana dia memutuskan untuk membawa pergi wanita yang aku cintai," ucap Elvano nyaris tanpa ekspresi. Suaranya terdengar tenang, tapi Jack akui, ia bisa merasakan tekanan yang begitu besar meski Elvano hanya datang seorang diri ke perusahaan Rykhad Holdings.
Kini, Jack paham daya tarik Mr.K pada Nona Sena. Pantas Nona Sena menyukai pria di hadapannya ini, sampai sulit untuk dibawa pulang oleh Tuan Rexi. Tapi menurut Jack, keberanian itu tidak akan membuat Elvano bebas dengan mudah dari amarah Tuan Rexi.
"Benarkah?"
Suara lain dengan nada yang terdengar meremehkan tiba-tiba menyela di antara ketegangan yang ada.
Rexi, sosok yang Elvano cari sudah berdiri di belakang pria itu. Ia tersenyum sinis saat Elvano memutar tubuhnya dan berhadapan langsung dengannya.
"Aku tidak suka mengulangi perkataanku." Elvano menatap tajam Rexi. "Katakan di mana Sena? Ke mana kau membawa kekasihku?!"
Bugh!
"Masih berani kau ingin menemuinya, hah?!"
Bugh!
"Setelah kau menyakitinya?!" Rexi yang sudah tersulut emosi karena air mata adiknya, kini sudah tidak dapat lagi menahan diri untuk tidak menghajar Elvano. Pria itu melayangkan tinju bahkan tendangannya pada Elvano.
Layaknya seorang lelaki, keduanya saling hajar. Hanya dengan tangan kosong, Rexi menyerang Elvano. Ia sempat mendaratkan beberapa pukulan, yang membuat Elvano terpancing.
Elvano membalas tak kalah lebih keras. Bahkan ia mengunci Rexi dan menghajar habis pria itu.
Jack yang melihat tuannya tersudutkan, maju untuk membantu. Namun, hanya dengan sekali tendangan Elvano, ia bisa menyingkirkan Jack dan kembali fokus pada Rexi. Netra Elvano berkilat marah.
"Hentikan, Tuan Elvano! Tuan Rexi adalah kakak Nona Sena!" Jack bersuara keras saat tak bisa memisahkan dua orang yang tengah saling hajar itu.
Kepalan tangan Elvano sempat tergantung di udara. Ia menatap tajam Jack dengan wajah yang sudah mengeras penuh amarah. Rexi kakaknya Sena? Konyol! pikir Elvano dan sepersekian detik kemudian kembali ingin menghajar Rexi—mengabaikan ucapan Jack yang menurut Elvano hanya ingin membuat lengah dirinya. Ego Elvano jauh lebih bekerja, karena saat ini ia jelas begitu tersulut.
Namun, kedatangan Tracker yang berlari dengan tergesa-gesa dan langsung berucap, "Hentikan, Tuan. Tuan Rexi adalah saudara laki-laki Nona Sena!" Wajah Tracker begitu pucat, ia langsung menerima tatapan tajam yang mematikan dari tuannya.
"Lelaki bangsat!!" umpat Rexi dengan langsung membalikkan keadaan. Ia membanting pria yang sudah membuat adiknya itu menangis dan menghajarnya tanpa ampun.
"Ini untuk adikku!"
Bugh!
"Ini bayaran karena kau berani menyakitinya!!"
Bugh!
"Kau berani membuatnya menangis!!!" teriak Rexi saat ia menggila menghajar Elvano yang tak lagi memberikan perlawanan.
Elvano tak menghindar, ia menerima semua amarah dan pukulan Rexi dengan setengah kesadaran yang sudah melayang. Bukan karena dihajar, tapi karena dipukul kenyataan dan semua ucapan Rexi tentang Sena padanya. Bahkan Elvano mengangkat tangan—menahan gerakan Tracker yang hendak maju membantunya.
Aku menyakiti Sena. Aku membuat Sena menangis.
Bayangan wajah Sena yang basah oleh air mata mulai terlihat jelas oleh matanya. Tatapan kosong Sena seakan menusuk hati Elvano, membuatnya merasa seperti ditinggalkan dan tidak berdaya di bawah serangan Rexi yang kian membabi buta. Elvano pun terkapar tak berdaya di atas lantai dengan bersimbah darah menerima setiap pukulan Rexi.