Farraz Arasy seorang pemuda biasa tapi mempunyai kisah cinta yang nggak biasa. Dia bukan CEO, bukan direktur utama, bukan juga milyarder yang punya aset setinggi gunung Himalaya. Bukan! Dia hanya pemuda tampan rupawan menurut emak bapaknya yang tiba-tiba harus terikat dalam hubungan cinta tak beraturan karena terbongkarnya rahasia besar sang calon istri sebelum pernikahan mereka terjadi!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cosplay jadi cicak, mbak?
"Makan yang banyak, biar kuat buat gotong keranda jenazah ibuk nanti kalo ibuk mati gara-gara kamu batal menikah!"
Baru mau nyendok nasi di piringnya lho si Arraz ini. Mulutnya mingkem lagi. Tangannya yang tadi memegang sendok dia sejajarkan di atas meja. Udah nggak ada tuh yang namanya pengen nerusin makan. Matanya menatap sedih ke arah ibunya. Yang ditatap langsung buang muka.
"Buk, kenapa bicara kayak gitu. Nggak baik buk." Adi yang bersuara.
Adi ini tipe bapak-bapak yang mempunyai kesabaran seluas samudra. Sering menjadi penengah jika terjadi perdebatan di dalam keluarganya. Dia bukan jenis bapak-bapak patriarki yang mana laki-laki dianggap memiliki kekuasaan dan otoritas lebih tinggi daripada perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam rumah tangga. Dia sabar tapi ya bisa tegas, lembut tapi juga bisa galak, tapi satu yang paling diacungi jempol, bapak Adi tidak pernah main tangan terhadap istri atau anak-anaknya.
Lain Adi, lain juga Yani. Kalau ada istilah emak-emak berdaster adalah mahkluk terkuat di bumi, Yani adalah salah satunya. Selain kuat dan selalu ingin didahulukan kemauannya, dia juga punya tingkat emosi di atas rata-rata. Gampang marah tapi juga bisa lunak seketika. Dalam tanda kurung kalau ada pawangnya, siapa pawangnya? Ya Adi, suami yang sudah membersamainya lebih dari tiga dekade.
"Sebaiknya kita makan dulu. Buk, Fai, Arraz.. Kita bicarakan ini nanti setelah makan. Nggak baik berdebat di depan makanan." Adi menatap satu persatu keluarganya.
Kenapa Fai ada di rumah orang tuanya padahal sudah punya suami? Emang dia nggak punya tempat tinggal sendiri?
Nggak gitu.. Fai ke rumah orang tuanya karena mau membantu printilan-printilan yang sekiranya dirasa kurang untuk persiapan pernikahan adiknya. Nyatanya memang benar, ada beberapa saudara jauh yang luput dari undangan. Lalu ada tambahan tamu undangan dari kerabat suami Fai juga, jadi lah dia ke sana untuk mengurus itu semua.
Fai kesel juga sebenarnya sama Arraz, tapi kalo tahu cerita Arraz tadi tentang Dewi kok ya lebih ke kasihan. Tapi semua kan belum jelas, belum tentu benar. Siapa tahu Arraz salah lihat.
"Udah dikasih tau jangan keluar rumah, jangan keluar rumah.. Ngeyel! Pamali! Ngerti pamali apa enggak?! Gini kan jadinya, dapet angin luar. Kena omongan sana-sini, jadi mikir yang nggak-nggak. Malah parahnya pengen batalin pernikahan segala!" Ketus Yani dengan wajah sengitnya setelah menyelesaikan makan malam mereka.
Benar-benar setelah makan lho ngomongnya. Nggak nunggu nanti-nanti, dan si Arraz juga yang awalnya mau memaksakan diri untuk ikut menyantap makan malam bersama keluarganya hanya berakhir dengan menelan setengah gelas air putih saja. Nggak jadi makan. Rasa lapar di perutnya nggak tau ngungsi entah kemana.
"Maaf buk, aku udah bikin ayah, ibuk dan mbak Fai kecewa. Tapi keputusan ku udah bulat. Aku nggak bisa lanjutin pernikahan ku sama Amora." Ujar Arraz memegang kedua tangannya. Digenggam, dengan tubuh sedikit condong ke depan.
"Mana bisa kayak gitu. Seneng kamu udah lempar kotoran di wajah orang tuamu?? Bisa-bisanya bilang mau batalin pernikahan kok ya santai banget!! Dewi itu bukan orang lain, dia pacaran sama kamu lama! Orang tuanya sahabat baik ibuk sama ayah. Haaaaah!! Coba kasih satu saja alasan yang masuk akal kenapa kamu ngotot mau batalin pernikahan yang udah di depan mata ini. Satu saja! Asal bukan ketidak cocokan! Atau kalau kamu tetap bersikeras tanpa bisa ngasih alasan... Silahkan batalin pernikahan mu, Tapi sebelum itu kubur dulu ibumu ini hidup-hidup! Ibuk nggak sanggup nanggung malu! Ibuk udah tua, buat apa ibuk hidup kalau hanya nanggung malu dan jadi bahan gunjingan di mana-mana nantinya." Yani ngegas banget. Nggak ada santai-santai nya dia.
"Buk.. Ya Allah buk, istighfar..." Adi mengusap tangan istrinya yang mulai berkeriput dimakan usia.
Malam itu pembahasan beneran ditutup dengan satu jalan keluar. Lanjutkan pernikahan! Nggak mau tau pokoknya! Nggak ada tuh alasan ini itu, masa bodoh! Ego Yani terlalu tinggi, dia tak mau dengar alasan apapun. Lagi pula Arraz juga hanya diam tak bisa mengatakan satu saja alasannya membatalkan pernikahan dengan Dewi. Bukti juga tidak dia miliki untuk menuduh jika Dewi punya penyakit kelamin menular. Lalu apa? Arraz hanya bisa pasrah dengan nasibnya.
Pagi harinya. Arraz baru mengaktifkan kembali ponsel yang sempat dia matikan semalam. Terlalu berisik. Tentu saja dia memakai mode silent di ponselnya, tapi berisik yang dia maksud adalah banyaknya deretan pesan chat dan voice note dari Dewi yang berisi segala macam bujuk rayu dan banyak penjelasan versi Dewi yang tak Arraz pedulikan sama sekali.
(Sayang.. Aku tahu kamu marah, tapi please angkat telponnya yank.)
(Ar, ini nggak seperti yang kamu pikirin! Aku nggak punya penyakit apa-apa! Aku nggak pernah selingkuh dari kamu. Kenapa kamu berpikir kayak gitu sama aku?!)
(Oke kamu boleh cuekin aku, tapi aku nggak mau kalau kamu batalin pernikahan kita Ar! Inget Ar, kamu udah liat semua bagian dari tubuhku. Aku minta kamu tanggung jawab karena udah melihat sesuatu yang harusnya hanya boleh dilihat oleh suami ku saja!)
(Sayang... Jangan lama-lama marahnya.. Aku kangen Arraz ku yang selalu manjain aku, aku sedih kamu marah sama aku hanya gara-gara hal sepele ini, sayang.)
Ingin sekali Arraz melempar ponselnya hingga hancur berantakan. Tapi enggak, yang salah bukan ponselnya kok! Lagian kenapa juga harus ngehancurin barang kalo lagi marah? Gawai apel krowak itu tidaklah murah kawan! Realistis aja. Abis ngebanting barang, hp rusak iya, marahnya reda juga kagak! Tapi kan ada kepuasan tersendiri kalo udah melampiaskan apa yang ngeganjel di dalam sanubari mungil yang penuh masalah dengan banting-banting barang kan?? Mungkin iya. Tapi abis itu pasti ada nyesek dan nyeselnya juga. Ingat, Arraz bukan sultan bin bangsawan di sini!
"Mau kemana Ar?" Ayah Adi bertanya ketika anaknya terlihat menyambar helm, hendak pergi sepertinya.
"Biarin aja yah! Anak kalo udah nggak bisa dikasih tau itu bukan lagi anak namanya, tapi pembangkang! Biar dia lakuin apa yang mau dia lakuin. Terserah dia saja!!"
Lagi-lagi Yani marah. Adi geleng kepala. Arraz mendekat untuk berpamitan.
"Aku mau pulang ke rumah sebentar yah. Kata bi Tias, ada bau kebakar di stop kontak. Bi Tias udah matiin saklar listrik dari semalem. Dia belum berani nyalain saklar lagi, takut rumah kebakaran. Ini aku mau ke rumah dulu buat ngecek dan benerin listrik di rumah." Arraz berkata dengan nada lembut tanpa meninggikan suara.
Jadi ya, Arraz ini udah punya rumah sendiri. Nggak jauh kok dari rumah orang tuanya, hanya beda komplek aja. Rumah itu Arraz dapatkan dari menabung selama beberapa tahun. Boleh udah punya rumah sendiri, tapi selama belum menikah Arraz masih tinggal bersama kedua orangtuanya. Dan oleh karena tidak dia tinggali, Arraz memiliki asisten rumah tangga bernama bi Tias yang bertugas membersihkan, merapikan dan merawat rumah itu sebelum nantinya dia tinggali bersama Arraz dan sang istri.
"Owh. Iya, hati-hati." Adi membiarkan putranya pergi. Sedangkan Yani bersungut-sungut masih gondok sekali.
Ponselnya kembali bergetar. Karena membawa motor, Arraz abaikan panggilan telepon yang masuk ke sana. Ketika sudah sampai di rumah, dia baru merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel. Ada nama Mbak Fai di sana.
Dua panggilan tak terjawab dan satu pesan masuk. Arraz melihat dan membacanya.
(Nanti jam sembilan bawa Dewi ke klinik. Mbak tunggu.)
Begitu kira-kira bunyi pesan chat dari Fai kepada adiknya. Arraz membalas dengan anggukan, padahal yang di seberang sana mana bisa lihat kalo Arraz manggut-manggut!
"Aduuuh turun Ze! Biar mas Arraz aja yang benerin!" Teriakan bi Tias membuat Arraz buru-buru masuk ke dalam rumah.
Ketika dia membuka pintu, Arraz disuguhkan dengan tangga yang menghalangi pintu tersebut. Dan ketika si pintu di dorong, seseorang yang ada di atas tangga sana spontan menjerit ketakutan.
"Aaaaaah.. Jangan dibuka dulu pintunya! Aduuuh buuk, tangganya mau jatuh buk!" Lho.. kok ada suara perempuan histeris.
"Eh." Arraz bingung. Ini bener rumahnya kan? Kok kayak dia salah rumah, perasaan yang kerja di rumahnya kan bi Tias. Lha itu yang tadi jerit-jerit siapa?
"Maaaas, Maas Arraz... Bisa minta tolong masuk dari jendela aja nggak mas? Mohon maap sekali ini, pintunya keganjal tangga mas. Dan ini tangganya mau jatuh, nggak seimbang! Aduuuh maap ya maaas.. Bibi lagi megangin tangga ini mas, tapi nggak kuat!" Suara bi Tias dari dalam rumah Arraz.
Tak banyak bicara, Arraz masuk ke dalam rumah seperti maling saja. Ini kan rumahnya ya, tapi dia berasa kayak rampok lho! Mana jendela rumahnya ini sempit! Bukan jenis jendela lebar-lebar gitu. Beneran deh Ar.. Kamu udah mirip banget sama maling tanpa dikasih tutorial terlebih dahulu.
Dan ketika berhasil masuk rumah lewat jendela, Arraz masih harus repot membantu seseorang yang nggak tau siapa sedang nemplok di bagian atas tembok dengan tangan direntangkan di sebelah kanan dan kiri membentang lebar sekali.
"Tolooooongiiiin.. Huuwaaaaaaa.. Ibuuuuk... Huwaaaaaaahuhuhuuuuuu." Rengek perempuan itu dengan kaki gemetar.
"Dia siapa bi? Lagi cosplay jadi cicak apa bagaimana?" Tanya Arraz ikut memegang tangga.
Bi Tias langsung doprok jatuh ke lantai. Tenaga tuanya di suruh kerja kayak kuli begini tentu nggak sanggup!
"Tanyanya nanti dulu mas.. Tolongin itu dulu mas, bocah sableng itu butuh di ruwat beneran kayaknya!" Bi Tias berkata sambil ngelus dada. Sesak napas dia pemirsa!
"Turun pelan-pelan, saya pegangin tangganya." Arraz berkata menenangkan.
"Enggak maooooo! Nanti kalo jatoh bagaimana?? Saya gegar otak bagaimana?? Huhuhuuuuu... Ibuuk tolongin..."
Kok sebel ya!
Dengan sengaja, Arraz goyangkan tangga itu lalu gedubraaaak! Perempuan itu jatuh menimpa Arraz seketika! Percayalah, ini bukan definisi bidadari jatuh dari kayangan, tapi perempuan aneh yang cosplay jadi cicak lalu nimpa Arraz nyampe kliyengan! Tapi tunggu, ketika mata mereka beradu.... Lho kok cantik!
Kalau kata orang, kejatuhan cicak itu bisa bikin sial.. Lha kalo kejatuhan perempuan spek bidadari kayak gini apa ya nggak beruntung tujuh turunan, delapan tanjakan, sembilan belokan?!
udah halal sih tapi keadaan kalian tidak memungkinkan untuk lebih lanjut ke arah sebelah sana
masih di pantau Thor untuk part lengkap nya 🤭🤭
tadi mau pindah
sekarang berasa di usir
eh gimana sih😫😫😫
kemiringan kepala brp derajat ya🤭
perjelas Thor aku juga belum paham rasanya