Gegei gadis ceria yang sedikit bar-bar terkejut saat mengetahui pria yang akan dijodohkan dengannya adalah teman sekolah kakaknya. Arkanza, pria berprofesi pilot yang paling dia hindari selama 10 tahun terakhir, hingga melakukan berbagai tingkah konyol agar dirinya ditolak.
***
Assalamualaikum!" Ucap Arkan menyodorkan setangkai mawar merah.
"Waalaikumsalam!" Balas Gegei tanpa melepaskan pandangannya.
**
"Kita tidak cocok!"
"Kenapa?"
"Kakak lebih tua sementara aku masih muda. Yah.. ku akui kakak cukup tampan tapi kita enggak cocok. Aku enggak pintar, tiap hari keluyuran sama teman, suka pulang malam, suka menghabiskan uang."
"Dan,,,"
"Dan apa?"
Dan kalau kalian tertarik, langsung aja baca ceritanya ya!! 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lady Ev, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fitting Baju Pernikahan
Dalam rasa lelah dan penuh kepasrahan akhirnya Gegei tertidur dalam mobil, hingga tidak terasa mobil yang membawanya dari kampung halaman telah terparkir di bagasi.
"Gei, Gegei?" Gegei mengerjapkan mata saat mendengar suara yang memanggil dirinya. Terlonjak bukan main saat pertama kali membuka mata dengan sempurna, melihat sosok Arkan yang berdiri dengan sedikit mencondongkan kepala.
Gegei menyembunyikan wajah meraba sudut mata dan bibirnya takut ada kotoran dan sisa iler yang menempel, bahkan ia merasa sangat malu mengingat dirinya yang suka tertidur dengan mulut terbuka alias mangap. Beruntung kaca mobil masih tertutup setengah. Enggak kebayang kalau tadi Arkan melihat pemandangan itu bisa turun harga dirinya.
Gegei turun dari mobil dan melihat kopernya sudah berada dalam tangan Arkan. Tidak berbicara hanya menatap rumah berlantai tiga didepan mata yang megah. Sebenarnya Gegei sendiri terbilang keluarga yang mampu di kotanya hanya saja rumah Arkan terlalu megah untuknya.
"Umi dan Abi menunggu didalam!" Ucapnya datar bahkan wajahnya masih juga datar hingga Gegei sulit memastikan, Arkan senang atau tidak dengan kedatangannya.
Gegei meraba pashmina yang melilit lehernya untuk menutupi kepala. Sebenarnya Gegei sendiri belum berhijab seperti Nada. Meski demikian ia tetap memakai pakaian yang sopan, seperti jeans/celana kain yang dipadukan dengan kemeja lengan panjang atau semacamnya. Hanya saja Gegei tidak terlalu suka memakai rok dan hanya memiliki beberapa lembar gamis.
"Assalamualaikum Umi, Abi?"
"Waalaikumsalam."
Kedua orang tua Arkan menyambutnya dengan ramah, bahkan terlihat begitu tulus dan senang hingga membuat Gegei sulit untuk mengatakan tidak sekedar mengeluarkan pendapatnya bahwa sebenarnya ia masih belum terlalu yakin akan pernikahannya.
**
"Ceklek!"
Gegei melangkah pelan memasuki kamar yang sudah disiapkan untuknya saat Arkan membuka lebar pintu. Tidak mengatakan apapun namun cukup menyukai kamar yang begitu luas. Bahkan aromanya ringan dan lembut menyejukkan.
"Istirahatlah, jika butuh sesuatu panggil aku disebelah!"
"Terima kasih!" Ucap Gegei namun Arkan hanya mengangguk lalu meninggalkan dirinya.
Begitu singkat perpisahan malam itu tanpa basa-basi sedikitpun, bahkan sekedar menanyakan kabar atau bagaimana pendapat Gegei dengan kamar itu terlihat sulit bagi seorang Arkan.
Gegei menghela napas panjang memutar bola mata, "Benar-benar membosankan." Batinnya.
***
_Boutique_
Setelah melewati malam dirumah Arkan, kini Gegei harus ke Boutique untuk melakukan fitting baju pernikahan. Masih saja tidak rela, namun tidak ada pilihan lain selain mengekori Arkan berjalan memasuki Boutique.
"Kak? Kakak?" Ucapnya menarik ujung lengan baju Arkan saat keduanya baru turun dari mobil.
"Kak fitting bajunya besok aja yah?!" Rengeknya menatap penuh harap.
Arkan tidak menghiraukan perkataan Gegei, "Ingat kata umi tadi!" Ucapnya tanpa senyuman lalu perlahan menjepit kemeja Gegei menggunakan ibu jari dan telunjuk. Gegei mengikuti pandangan saat Arkan menyingkirkan tangannya yang masih memegang lengan baju Arkan, tanpa menyentuh langsung. Benar-benar menjaga batasan dengan lawan jenis hingga membuat Gegei terpaku akan sikapnya.
Boutique itu cukup besar, hingga butuh beberapa langkah untuk memasuki ruangan yang dikhususkan untuk mereka berdua. Sepanjang melewati lobi Gegei memutar otak mencari alasan.
"Bug! Awh!" Gegei mengelus kecil jidatnya saat dengan tidak sengaja membentur pundak Arkan saat berada didepan pintu.
Arkan menarik tangannya yang baru saja diangkat untuk mengetuk pintu, lalu berbalik menatap Gegei yang sedikit cemberut menggosok jidat.
"Maaf!" Lirihnya saat mendapati tatapan Arkan tertuju padanya tanpa sepata katapun.
Arkan kembali mengangkat tangan kanannya bersiap mengetuk pintu, membuat Gegei gugup.
"Tok..."
"Adu kak." Ucapnya tiba-tiba menahan tangan Arkan, sontak Arkan menoleh.
"Jangan sekarang deh!" Rengeknya.
Arkan menurunkan tangan menatapnya dengan serius, entah apa lagi yang ada di dalam rencana calon istrinya itu.
"Apa lagi Gei?"
"Ya ampun." Menepuk kecil jidatnya, "Gegei lupa kak ada tugas yang harus Gegei kerjakan. Dosen Gegei pasti udah nunggu tugasnya dikirim. Gegei balik dulu yah!" Pamitnya berbalik namun begitu cepat Arkan menarik kera kemejanya.
Gegei yang tidak memiliki kesempatan untuk kabur menelan saliva dengan berat, perlahan menoleh saat Arkan tidak melepaskan cengkraman pada kemejanya. Tatapan dan kondisi muka yang datar tanpa gelombang sedikit pun, menyiratkan perintah. Jika dilihat lebih lama cukup menyeramkan, hingga Gegei merasakan hawa sekitar mendadak dingin. Selama beberapa saat tatapan mereka bertemu, selama itu juga Arkan tidak mengatakan apapun hingga Gegei menyadari jika memang tidak ada pilihan lain.
"Ya Allah apa ini yang dinamakan mata berbicara?" Batinnya.
"Heee..." Nyengir kuda.
**
Akhirnya Gegei berada dalam ruangan itu, matanya membola saat melihat beberapa gaun pengantin mewah dan modern terpajang. Semuanya memancarkan kilauan dengan aura princess. Wanita mana yang tidak ingin mencobanya. Arkan melipat tangan memandangi Gegei yang masih menyapu pandangan gaun-gaun itu.
"Aku ingin mencobanya!" Pintanya berlari seperti bocil yang menghampiri penjual mainan.
Seketika Arkan mengerutkan kening saat Gegei berlari menghampiri satu gaun yang berwarna blue sky. Memang cantik namun tidak disarankan untuknya.
Karyawan butik itu tertunduk menyembunyikan senyuman kecilnya disaat Gegei menentukan pilihan pada ball gown yang panjang menutupi kaki, tapi tidak dengan bagian dada yang terbuka lebar hingga memperlihatkan setengah dari bahu.
"Kakak bagaimana? Cantik kan?" Tersenyum lebar menepuk kecil bahu patung berbalut ball gown itu. Arkan membulatkan mata, sungguh aneh calon istrinya itu.
"Kamu hanya bisa memilih salah satu dari tiga gaun yang disana!" Menunjuk gaun yang jauh tertutup dan muslimah, tapi tidak kala megahnya dengan gaun pilihan Gegei.
"Tapi ini lebih cantik, warnanya cocok untukku!" Balasnya tidak menyerah membuat Arkan menggeleng.
"Coba lihat potongan belahannya bagian ini sangat indah, dipenuhi manik-manik!" Tambahnya sambil menunjuk bagian depan yang sedikit sensitif, tentu membuat Arkan terkejut bahkan sedikit tidak enak hati dengan karyawan wanita yang mendampinginya.
Arkan kehabisan kata, menggaruk kecil alisnya yang sama sekali tidak gatal. Perkataan Gegei tidak pernah disaring, keluar begitu saja. Sementara yang punya kata-kata masih setia dengan senyuman lebarnya tanpa rasa canggung sedikitpun.
"Mba tolong singkirkan gaunnya!" Gumamnya masih menggaruk alis menyembunyikan kecanggungan.
**
Dan pada Akhirnya Gegei menentukan pilihan pada ball gown muslimah berwarna lilac, modern dan jauh lebih anggun. Sangat cocok untuknya yang berwajah mungil dan putih. Arkan terpanah melihat calon istrinya saat tirai dibuka, tatapannya lekat memandangi setiap inci wajah Gegei. Alis sedang, mata yang berbinar, hidung dan bibirnya serasi.
"Kak lihat yang ini bagaimana?" Tanyanya meminta saran sembari mengangkat ujung gaun hingga memperlihatkan kedua kaki mungilnya tanpa alas kaki. Terpaksalah Arkan mengakhiri tatapan lekatnya. Yang tadinya anggun kini berubah seperti orang kebanjiran, tidak. Lebih tepatnya seperti bocah yang bersiap menyebrangi sungai. Mengapa Gegei sulit sekali mempertahankan keanggunannya walau sebentar saja? Arkan hanya pasrah dan sepertinya akan menjadi PR terbesar baginya dimasa depan.
**
Fitting baju selesai, kini keduanya berada didalam mobil menuju rumah Arkan. Gegei kembali membuat Arkan takjub akan tingkahnya yang meminta untuk ditemani ke wahana bermain yang mereka lewati. Arkan sendiri jarang mengunjungi tempat seperti itu, dengan kata lain kurang suka dengan keramaian. Hingga dia terlihat lebih monoton, setiap hari menghabiskan waktu di udara.
Bersambung...
,, gadis sekolah kamsudny,, ciwi2 sekolah emang selalu riang dan gembira 🤭🤭
,, marah2 gemas ato giman tuuuhhh /Sneer//Chuckle/
,, salam dari Zara dan Haru ya kak,, jgn lupa mampir di 'lingkaran cinta kita' 🤗