NovelToon NovelToon
Jatuh Cinta Dengan Adik Suamiku

Jatuh Cinta Dengan Adik Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Selingkuh / Anak Kembar / Dijodohkan Orang Tua / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mila julia

Keira hidup di balik kemewahan, tapi hatinya penuh luka.
Diperistri pria ambisius, dipaksa jadi pemuas investor, dan diseret ke desa untuk ‘liburan’ yang ternyata jebakan.

Di saat terburuk—saat ingin mengakhiri hidupnya—ia bertemu seorang gadis dengan wajah persis dirinya.

Keila, saudari kembar yang tak pernah ia tahu.

Satu lompat, satu menyelamatkan.
Keduanya tenggelam... dan dunia mereka tertukar.

Kini Keira menjalani hidup Keila di desa—dan bertemu pria dingin yang menyimpan luka masa lalu.
Sementara Keila menggantikan Keira, dan tanpa sadar jatuh cinta pada pria ‘liar’ yang ternyata sedang menghancurkan suami Keira dari dalam.

Dua saudara. Dua cinta.
Satu rahasia keluarga yang bisa menghancurkan semuanya.

📖 Update Setiap Hari Pukul 20.00 WIB
Cerita ini akan terus berlanjut setiap malam, membawa kalian masuk lebih dalam ke dalam dunia Keira dan Kayla rahasia-rahasia yang belum terungkap.

Jangan lewatkan setiap babnya.
Temani perjalanan Keira, dan Kayla yaa!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mila julia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19. Wajah yang Tersembunyi.

Aldi duduk bersandar di bawah pohon mangga yang sudah ia rawat sejak ia masih remaja. Ranting-ranting tua itu menaunginya, dedaunan berdesir pelan tertiup angin sore yang lembut. Aroma tanah basah bercampur wangi rerumputan memenuhi hidungnya, tapi semua itu tak sanggup menenangkan pikirannya yang kusut.

Sejak kejadian itu—sejak matanya melihat Keira berdiri kaku, bibirnya bergetar, wajahnya pucat seperti kain yang kehilangan warna, dan mulutnya menyebut nama seorang pria: Leo—hatinya tak pernah benar-benar tenang. Nama itu terus terngiang di telinganya, seperti gema yang tidak mau padam.

Siapa sebenarnya Keira? Siapa Leo? Dan luka seperti apa yang bisa membuat perempuan sebaik Keira—yang sehari-hari tersenyum lembut—terjebak dalam ketakutan sedalam itu?

Pikiran-pikiran itu berputar seperti badai. Namun sampai saat ini, Aldi belum sanggup bertanya langsung. Kemarin, setelah mengantarnya pulang, ia hanya berkata pelan, “Istirahatlah,” sambil menunduk, menghindari tatapan mata Keira yang dalam. Bahkan suaranya sendiri terdengar asing di telinganya, seolah menyimpan beban yang tidak ingin terbuka.

Hari ini, untuk pertama kalinya, Aldi melakukan sesuatu yang tak pernah ia minati. Ia meraih ponselnya—yang biasanya hanya ia gunakan untuk menelepon pemasok bibit atau memesan pupuk—dan membuka browser. Tangannya sempat ragu di atas layar, tapi akhirnya ia mengetik perlahan, hampir seperti takut: Leo.

Hasil pencarian membanjiri layar. Ribuan artikel muncul, nama-nama berbeda, wajah-wajah asing.

Aldi mengerutkan kening. “Kalau sebanyak ini... gimana aku tahu Leo yang dimaksud Keira?” gumamnya, suaranya pelan tapi sarat frustrasi.

Ia tidak menyerah. Satu per satu artikel ia buka. Matanya meneliti, jarinya menggulir layar tanpa henti. Sinar matahari sore menyelinap di antara daun, membentuk bayangan bergerak di wajahnya, tapi ia tak peduli. Matanya mulai perih, namun rasa ingin tahunya mengalahkan lelah.

Sampai sebuah foto membuat napasnya tercekat.

Seorang pria berjas pengantin, berdiri tegak dengan senyum formal, menggandeng seorang perempuan cantik dalam balutan gaun putih berkilau. Di bawahnya, tertulis jelas: Leonard Hadiwijaya & Keira Alisya Atmaja.

Jantung Aldi seperti terhenti sejenak. Ia memperbesar foto itu dengan gerakan tangan yang nyaris kaku. Di balik riasan tebal dan senyum yang tampak dipaksakan, ia mengenali wajah itu. Wajah Keira. Wajah yang sama dengan Kayla, sahabat kecilnya—gadis yang kini tinggal bersamanya di desa, berusaha berpura-pura menjadi orang lain.

“Leonard?” bisiknya, hampir tak terdengar. “Itu... suaminya?”

Matanya menatap kosong layar ponsel, seolah menunggu jawaban yang tak akan datang.

Kalau pria itu suaminya... kenapa Keira begitu takut? Apa yang pernah dilakukan pria itu padanya?

Aldi mulai membaca latar belakang Leonard—pewaris keluarga Hadiwijaya, pengusaha muda kaya raya, wajahnya sering terpampang di majalah bisnis dan acara infotainment. Lalu matanya berpindah ke keterangan tentang keluarga Keira—keluarga berada di jajaran elite kota, penuh gengsi dan reputasi.

“Pantas saja... Keira canggung waktu pertama kali ke kebun ini,” gumamnya, nadanya pelan, sarat penyesalan. “Hidupnya penuh kemewahan... tapi kalau mau kabur dari suaminya, kenapa ke desa terpencil kayak gini? Kenapa bukan ke luar negeri? Tempat yang lebih aman... dan nyaman?”

Pertanyaan itu menggantung. Ada sesuatu yang Aldi rasakan—sesuatu yang belum ia mengerti.

“Apa ada alasan lain? Sesuatu yang dia sembunyikan?”

Tangannya perlahan menutup ponsel, menaruhnya di samping. Ia menatap kosong ke arah kebun yang biasanya menjadi sumber ketenangan hatinya. Kini, setiap daun, setiap hembusan angin, seperti membawa rahasia Keira bersamanya.

Ia menarik napas panjang, lalu berbisik, “Aku harus tetap berpura-pura nggak tahu... sampai aku nemuin kebenarannya.”

Dari kejauhan, angin sore kembali berhembus, menggoyangkan pucuk pohon. Seakan membawa pesan tak terlihat—bahwa rasa penasaran Aldi baru saja mulai, dan jawabannya mungkin akan mengubah segalanya.

$$$$

Kayla mengerahkan seluruh sisa tenaganya, menumbuk pintu besi itu dengan kedua tangannya yang sudah nyaris tak berdaya. Setiap hentakan membuat suara dentum logam bergema pendek, namun tetap tak cukup untuk mengundang siapa pun. Nafasnya tersengal-sengal, dadanya naik turun cepat. Rambutnya berantakan menempel di kening yang basah oleh keringat dingin. Suaranya sudah serak, habis terkikis oleh teriakan yang sejak tadi tak berhenti, namun hilang begitu saja ditelan tembok-tembok dingin.

Satu jam lebih ia terkunci di ruangan pendingin. Udara di dalam menusuk kulit, lembap namun dingin hingga terasa menggigit tulang. Setiap tarikan napas menimbulkan uap tipis di udara. Jari-jarinya mati rasa, kuku pucat kebiruan, tubuhnya mulai kebas. Pandangannya mengabur, seperti kabut yang perlahan menutup segalanya.

Ia terduduk di sudut ruangan, memeluk lututnya, menggigil seperti kertas basah yang kehilangan bentuk.

“Apa gue bakal mati kayak gini di sini?” suaranya keluar pelan, nyaris seperti bisikan untuk dirinya sendiri. Bibirnya gemetar saat mengucapkannya.

“Gue bahkan belum inget siapa gue sebenarnya… belum tahu kebenaran di balik hidup gue... belum balas kejahatan Leo.” Kedua matanya mulai berkaca-kaca, namun udara dingin membuat air mata itu nyaris membeku sebelum sempat jatuh.

“Sialan....” Ia menggigit bibirnya, hingga rasa perih bercampur dengan dingin menusuk. “Tuhan… tolong kasih gue kesempatan. Jangan biarin Leo terus hidup bebas setelah semua yang dia lakuin.”

Tangannya terangkat pelan, saling menggenggam, menempel erat di dada. Ia menatap langit-langit ruangan seolah menembus beton itu, berbicara langsung pada langit. “Tolong jadikan gue kaki tangan malaikat buat memusnahkan dia.”

Senyum tipis, getir, terbit di bibirnya—lebih mirip guratan kepahitan daripada kebahagiaan. “Kalau ada orang yang menyelamatkan gue sekarang,” ia berbisik dengan tawa kecil yang serak, “Kalau dia cowok , gue bakal menikah sama dia . Jadi suami kedua pun nggak papa… atau gue angkat jadi adik kalau dia cewek, sumpah demi Tuhan!”

____

Sementara itu, di sisi lain gedung, Revan berlari seperti orang yang dikejar maut. Nafasnya berat, tapi langkahnya tak melambat. Sepatu kets nya menghentak lantai koridor, memantulkan gema di lorong yang panjang. Matanya liar, menyapu setiap pintu. Setiap kali ia membuka satu pintu dan menemukan ruangan kosong, rahangnya mengeras.

Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Di dalam kepalanya, hanya satu nama bergema: Keira.

Pikirannya langsung mengarah pada satu orang—Leo. Ini pasti ulahnya.

Tanpa peduli pada larangan dua orang penjaga yang mencoba menghentikannya, Revan mendorong mereka ke samping dan mendobrak pintu ruangan Leo.

“Lo nyakitin Keira lagi, ya?! Di mana dia?!” suaranya meledak, napas memburu, matanya menyala penuh amarah.

Leo menoleh perlahan dari kursinya. Alisnya terangkat tipis, ekspresi tenangnya seperti orang yang baru saja mendengar lelucon ringan. “Kau baru saja menuduhku?” suaranya datar, mengandung nada meremehkan.

Revan melangkah cepat, jarinya teracung tepat ke wajah Leo. “Gue tahu lo nyiksa dia lagi! Jangan pura-pura bodoh!”

Leo hanya menyandarkan punggungnya ke kursi kulit hitam, mengaitkan jemarinya di atas meja. Gerakannya tenang, seolah-olah semua ini hanyalah percakapan biasa. “Kenapa kau peduli? Biasanya kau diam saja meski dia aku sakiti di depanmu. Atau… dia mulai menarik di matamu, ya?”

“Jangan bawa-bawa omongan lo!” Revan membentak, suaranya pecah karena emosi.

Leo menyeringai tipis. “Atau… jangan-jangan, rumor yang aku sebarkan benar?” nadanya licik, matanya menyipit penuh provokasi. “Kau dan Keira berselingkuh?”

Bugh!

Tinju Revan mendarat telak di pipi kiri Leo, membuat kepala pria itu terhuyung sedikit. Sudut bibirnya robek, darah segar mengalir. Namun Leo tidak diam. Ia bangkit, dan tanpa peringatan, menghantam Revan dua kali lipat kerasnya. Tubuh Revan terhempas, jatuh berlutut di lantai.

Leo mengusap darah di bibirnya, lalu menatap ke bawah, menunduk sedikit. “Aku nggak tahu Keira di mana. Harusnya kau tanya dia, bukan datang ke ruanganku seperti orang gila,” ucapnya, dingin dan mantap.

Revan, dengan nafas terengah, malah tertawa pelan, getir. “Kalau bisa dihubungi… gue nggak akan ke sini, bodoh,” katanya sambil bertumpu pada lututnya untuk berdiri.

Tatapan matanya menembus langsung ke mata Leo. “Suami macam lo nggak akan pernah ngerti… artinya mengkhawatirkan seseorang.”

Ia berbalik, langkahnya masih goyah, menuju pintu.

“Tunggu.” Suara Leo menghentikannya sejenak. “Apa dia benar-benar nggak bisa dihubungi?”

Revan menoleh sekilas, mendengus. “Lo bisa coba sendiri,” jawabnya pendek, lalu membanting pintu hingga dentumannya menggema.

___

Setelah pintu tertutup, Leo menyeringai tipis. Tatapan matanya penuh perhitungan. Semua berjalan sesuai rencana. Ia bangkit dari kursinya, merapikan jas, lalu melangkah keluar.

Dengan suara lantang di depan anak buahnya, ia memerintahkan, “Cari Keira. Sekarang.” Nada suaranya dibuat seolah penuh kepedulian. Padahal, di balik wajah yang dibuat serius itu, sandiwara sedang berjalan—dan dialah sutradaranya.

____

Dentuman keras memecah sunyi gudang belakang. Pintu besi ruangan pendingin bergetar sekali, lalu terdengar bunyi engsel berdecit panjang, seolah menjerit karena dipaksa terbuka. Udara dingin yang pekat di dalam ruangan bercampur dengan udara gudang yang pengap, membentuk kabut tipis di ambang pintu.

Cahaya dari lorong luar masuk perlahan, mengiris kegelapan yang selama ini membungkus Kayla. Siluet tubuhnya tampak tergeletak di lantai, mengecil seperti gumpalan kain basah.

Kelopak mata Kayla bergetar. Ia mencoba memfokuskan pandangannya yang buram. Sosok tinggi berdiri di ambang pintu, melawan cahaya sehingga wajahnya sempat tak jelas. Namun begitu langkahnya maju, bayangannya semakin nyata.

“Leo…?” suara Kayla keluar begitu pelan, nyaris seperti helaan napas terakhir. Bibirnya yang pucat biru bergerak dengan usaha berat.

Pria itu segera melangkah cepat, sepatu kulitnya menimbulkan bunyi tegas di lantai logam. Napasnya terlihat dalam uap dingin. Ia berlutut, lalu meraih tubuh Kayla dengan kedua tangannya. Tubuhnya kaku, dingin, ringan seperti boneka salju yang kehilangan jiwa.

“Apa kau baik-baik saja?” bisiknya, nada suaranya lembut, nyaris tak selaras dengan reputasi yang melekat padanya. Tatapannya menelusuri wajah Kayla, penuh perhatian aneh yang tak pernah ia tunjukkan sebelumnya.

Jemarinya menggenggam telapak tangan Kayla, mencoba memberi kehangatan. “Keira, kau bisa mendengar ku, kan?” suaranya bergetar tipis, seperti ingin memastikan bahwa nyawa di pelukannya belum sepenuhnya pergi.

Wajahnya, yang biasanya keras dan dingin, kini tampak tulus. Garis rahang yang tegas, mata yang biasanya tajam menusuk kini melembut—menjadi paradoks yang membingungkan.

Kayla, di dalam pelukannya, menatap dari balik kelopak mata yang setengah tertutup. Apa ini mimpi… atau gue udah mati? pikirnya. Dadanya terasa berat, kesadarannya mulai mengabur. Hangat tubuh pria yang selama ini ia anggap musuh justru menjadi tempat terakhir yang bisa ia rasakan.

Dan sebelum gelap benar-benar menelan pandangannya, satu pertanyaan menggantung di hatinya: Kenapa pelukan musuh terasa seperti tempat paling aman… sekarang?

.

.

.

Bersambung...

1
Dedet Pratama
luar biasa
Alyanceyoumee
mantap euy si Revan
Kutipan Halu: hahah abis di kasih tutor soalnya kak 😄😄
total 1 replies
Bulanbintang
Iri? bilang boss/Joyful/
Kutipan Halu: kasih paham kakak😄😄
total 1 replies
CumaHalu
Suami setan begini malah awet sih biasanya 😤
Kutipan Halu: awett benerrr malahan kak😄
total 1 replies
iqueena
Kasar bngt si Leo
iqueena: sharelok sharelok
Kutipan Halu: kasih tendangan maut ajaa kak, pukulin ajaa kayla ikhlas kok🤣
total 2 replies
Pandandut
kay kamu mantan anak marketing ya kok pinter banget negonga
Kutipan Halu: kaylanya sering belanja di pasar senin kak🤣
total 1 replies
Dewi Ink
laahh, pinter nego si Kayla 😅
Kutipan Halu: biasa kakk valon emak2 pinter nego cabe di pasar😄😄
total 1 replies
Alyanceyoumee
nah gini baru perempuan tangguh. 😠
Kutipan Halu: iyaa kak greget jugaa kalau lemah muluuu, org kek leo emng hrs di kasih paham😄😄
total 1 replies
Yoona
😫😫
CumaHalu
Kapok!!
Makanya jadi suami yang normal-normal aja😂
Kutipan Halu: diaa memilih abnormal kak☺☺
total 1 replies
Pandandut
mending ngaku aja sih
Kutipan Halu: emng bisaa ya kak, kan udh terlanjut bohong gituu org2 udah juga pada percaya, klu aku jadi keira sih juga pasti ngambil jln dia juga😭😭
total 1 replies
Pandandut
pinter juga si revan/Slight/
iqueena
pintar juga Revan
Dewi Ink
mending ngaku duluan si dari pada ketahuan
Yoona
leo juga harus ngerasain
Alyanceyoumee
mantap...👍
CumaHalu
Wah, hati-hati Kayla.😬
Kutipan Halu: waspada selalu kak☺
total 1 replies
CumaHalu
Astaga😂😂😂
Bulanbintang
dua kali lebih lama, 😩😒
Bulanbintang
kompak bener😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!