jatuh cinta dengan pria seumuran itu adalah hal yang sudah biasa bukan?, namun bagaimana jika perasaan itu malah tertuju pada seorang pria dewasa yang seumuran dengan ayahnya?.
"hot, seksi, dan menggetarkan." gumam gadis beseragam SMA menatap tak berkedip pada tubuh tegap di depannya.
"Dasar gadis gila, menyingkirlah." penolakan terjadi, namun apakah gadis SMA itu menyerah?. ck, tentu saja tidak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mian Darika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4
Suasana sekolah baru telihat sangat ramai, dan itu bisa di saksi kan langsung oleh kedua mata florencia melalui kaca mobil yang saat ini di tumpanginya.
Duduk di kursi penumpang dengan wajah yang di tekuk karna tidak mendapat kan apa yang ia ingin kan pagi ini, sebuah kebebesan untuk menyetir mobilnya sendiri.
Hah, menyebal kan.
Padahal ia sudah berekspektasi tinggi jika sang kakek akan mengizin kan dirinya membawa mobil yang di beri kan tahun lalu untuknya. Namun sayang seribu sayang, acara menunggu persetujuan dari sang kakek untuk bisa mengendarai mobil sendiri ke sekolah pun harus gagal total dengan alasan yang masuk akal namun sangat sulit di terima oleh gadis itu, padahal ia sudah menyiap kan diri bagaimana saat ini sampai di sekolah mengguna kan mobilnya, tanpa di antar jemput seperti biasanya.
Sebenarnya bisa saja ia melakukan itu termasuk melanggar larangan sang kakek, apa lagi di usianya sekarang yang menurut flor sendiri sudah pantas untuk memberontak.
Namun lagi lagi ada kekhawatiran di sana, di tambah selama ini ia sudah terbiasa dalam pengawasan orang dewasa saat ingin berpergian, tentu saja memakai supir yang di tugas kan oleh kakeknya.
Seharusnya saat ini flor sudah duduk di kelas 11, namun karna dirinya yang semasa di bangku sekolah dasar pernah membuat masalah sampai dirinya yang tidak ingin kembali ke sekolah karna merasa di sana adalah tempat yang sangat buruk, dan tentu saja hal itu berdampak pada dirinya yang tidak mengikuti ujian penaikan kelas, dan pada akhirnya harus tertinggal.
Dan penyembab dari itu semua karna adanya olokan yang ia terima, olokan para pembencinya yang mengata kan hal yang buruk terhadap mendiang orang tuanya. Sehingga hal itu terjadi, dan membuat flor harus tertinggal 1 langkah dari teman temannya yang lain.
Padahal bisa saja kakek gordon mengandal kan koneksinya untuk membuat flor tak tertinggal walau pun gadis itu sempat berhenti, namun hal itu tidak di lakukan karna tidak ingin cucunya itu berpikir jika apa pun bisa saja di lakukan tanpa adanya usaha.
"Turun lah nona, kita sudah sampai." Ucap supir sedikit berdehem.
Flor berdecak, melirik supir itu dengan tatapan tak suka. "Kau mengusir ku paman? Apa kau sudah bosan menjadi supir ku, bahkan hanya menunggu beberapa menit saja kau sudah tidak betah seperti ini."
Menghela nafas, dan dalam hati selalu merapal kan do'a meminta di beri kan kesabaran yang luas untuk menghadapi nona muda ini.
"Maaf nona, tapi kita sudah hampir 70 menit berada di sini. Dan 5 menit lagi, maka kelas anda akan segera di mulai." Ucap supir tersebut yang bernama gelato.
"Oh, baik lah paman. Tapi aku minta nanti tidak usah menjeput ku ke sini, karna sepulang sekolah nanti aku akan di jemput oleh beberapa teman. Kami akan pergi ke rumah daisy untuk meraya kan ulang tahunnya di sana, oke?."
"Apa tuan besar sudah tau?." Tanya paman gelato dengan cepat, sebab jika hal ini belum di ketahui oleh tuannya, maka bisa di pasti kan jika nona mudanya ini akan membuatnya dalam kesulitan.
"Ha..ha..ha..tentu saja, kakek sudah tau jadi paman tidak usah khawatir. Kau cukup memberitahu pada bibi gunn, jika aku akan mampir ke rumah daisy dan akan pulang sebelum jam makan malam. Bagaimana? Kau mau kan, aku akan sangat berterima kasih ke pada mu untuk itu, namun ingat jangan bilang padanya kalau kami akan berpesta di sana, karna kau sudah tau sendiri bukan bagaimana wanita tua itu jika mengomel."
"Baik nona, tapi ingat lah untuk pulang sesuai jam yang anda kata kan tadi. Karna jika anda ingkar, itu akan membahaya kan anda dan juga saya sendiri!."
"Tentu tentu, jangan khawatir."
Brakkk.....
Setelah bernegosiasi tadi, flor pun keluar dari sana untuk menuju kelas di mana ia berada setelah halaman sekolah sudah cukup sepi.
Sebab jujur saja, flor tidak terlalu suka menjadi sorotan dan pusat perhatian. Apa lagi di hari pertamanya masuk, karna itu tidak keren jika masih di antar jemput oleh supir.
Sementara itu di sisi lain, kini tuan gordon sudah sampai di bandara. Pria tua itu akan berangkat ke paris dan akan tinggal untuk beberapa hari di sana karna ada urusan penting yang tidak bisa di wakil kan.
"Baik lah, kalian sudah bisa pergi." Ucapnya pada bodyguard serta pria tinggi yang masih berdiri di sampingnya.
Para bodyguard itu pun mengagguk paham, lantas mulai melangkah meninggal kan tuannya yang di kawal oleh 3 orang lain termasuk stanley yang setia pada tuannya itu.
"Kenapa masih di sini? Bukan kah perkataan ku tadi sudah cukup jelas, stanley?!."
Stanley menoleh dengan alis mengerut bingung.
"Maaf tuan, apa yang anda maksud adalah saya?."
"Ya, kau. Kenapa masih bertanya, karna tidak ada orang lain yang ada di sini selain kau."
"Tapi kenapa? Bukan kah anda biasanya akan pergi di temani saya, lantas apa masalahnya."
"Oh astaga, rey?." Panggilnya pada salah satu pengawal yang tak jauh dari mereka.
"Ia tuan, ada apa?." Rey menunduk, dan bertanya cukup tegas membuat stanley mendengus tak suka melihat pria muda itu yang sepertinya lebih rajin dari pada biasanya.
"Jelas kan padanya kenapa dia tidak usah ikut, aku malas jika harus berdebat dengannya pagi ini." Kata tuan gordon lalu pergi dari sana menyusul rea salah satu pengawal yang menjadi teman rey yang akan menemaninya kali ini ke paris.
"Ekehem begini, tuan meminta anda untuk tidak ikut sebab ada hal lain yang harus anda jaga selain tuan. Dan kali ini tuan juga akan bersantai setelah urusannya selesai, dan tentu saja setelah semua hal yang berhasil tuan lalui. Dan mulai saat ini untuk 2 bulan ke depan, anda yang akan bertanggung jawab untuk masalah nona muda. Anda yang akan menjadi walinya saat tuan tidak ada, dan anda bebas melakukan apa saja agar nona bisa berubah walau pun mungkin itu tidak akan mungkin, mengingat nona yang sudah mulai menunjuk kan kebebasan yang dia ingin kan, permisi."
Rey pergi setelah mengata kan itu, tak memberi kan waktu untuk stanley bertanya atau pun menanggapi ucapannya.
"Pria kecil itu, berani sekali dia meninggalkan ku begitu saja tanpa memberi kan alasan yang tepat." Decaknya, merasa kesal karna sikap rey yang mulai berani.
Namun walau pun begitu, dia tidak bisa menolak. Karna bagaimana bisa menolak, dirinya saja tidak sempat mengeluar kan pendapat akibtan tuan serta rekannya yang sudah pergi dan terkesan menghindar.
Setelah pulang dari bandara, stanley tak langsung kembali ke mansion tuannya.
Ia lebih dulu melipir ke salah satu hotel untuk bertemu sepupunya yang tiba tiba saja mengabari jika saat ini sudah dua hari berada di washington tanpa mengambarinya lebih dulu, sepupu yang sangat jarang bertemu dengannya karna negara tempat mereka bekerja yang berbeda.
"Baik lah, aku sudah dalam perjalanan. Jangan membuat ku menabrak kan diri dengan kata kata mu yang tak masuk akal itu, aku akan ke sana dan jangan gegabah."
Tut...
Panggilan terputus.
"Ada apa dengannya, apa dia akan gila lagi seperti beberapa tahun yang lalu? Ah menyebal kan, ku rasa ini lebih parah." Setelah bergumam mengumpati sepupunya itu, stanley pun melanjut kan perjalanannya.