"Kamu mau pilih Daniel atau aku?"
"Jangan gila kak, kita ini saudara!"
Arjuna tersenyum tipis, seolah meremehkan apa yang dimaksud Siren.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cayy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Putus
Ternyata benar dugaan Daniel, Samuel langsung menelepon Siren. Siren yang merasa menang pun mengangkat teleponnya.
"Hallo"
"Katanya keluar, kok sama Daniel?"
"Emang keluarnya sama Daniel"
"Kok bisa?"
"Kenapa harus nggak bisa?"
"Kamu serius kayak gini?"
"Aku kenapa emang?"
"Udahlah dimana kamu sekarang? Aku kesitu"
"Gak perlu, besok aja kalo mau ketemu disekolah habis ujian"
"Siren...kamu berubah?"
Siren diam, hatinya ingin memaki-maki Samuel sebenarnya tapi dia masih menahannya karena selain malu dengan Daniel dia juga tidak ingin mengeluarkan banyak tenaga, apalagi mereka bicara hanya lewat telepon, beda lagi kalau bertemu langsung.
"Bukannya kamu sama Dinar sekarang?"
"Siapa bilang? Aku dirumah"
"Udah pulang kali, bukannya selama dua hari ini nggak ada aku kamu masih baik-baik aja, nggak nyariin juga tuh, jadi yang sebenarnya berubah aku apa kamu?"
"Ya nggak gitu, aku sibuk"
"Oh sibuk? Sibuk sama Dinar?"
"Siren, kamu kenapa sih bahas Dinar terus kita udah pernah bahas ini lho dulu"
"Ya karena disekolah pun kamu gak ada niat buat ketemu aku, oh apa disekolah masih sibuk juga?"
"Oke ...ayo kita ketemu dulu"
"Aku nggak bisa, kalo mau besok disekolah kalo nggak yaudah nggak usah ketemu sekalian"
Siren mematikan sepihak teleponnya, tubuhnya gemetar lagi karena merasa sakit hati. Dia ini dianggap apa sebenarnya.
"Gapapa...nangis aja kalo mau nangis"
"Siapa yang mau nangis?"
"Itu udah kayak mau nangis, gak usah ditahan gue ngerti kok"
Dibilangin begitu, membuat Siren jadi tidak kuasa membendung air matanya jadi dia menangis. Siren menutup wajahnya dengan kedua tangannya karena malu dilihat Daniel.
Daniel yang tadinya berdiri diambang pintu kamar jadi mendekat, dia duduk disebelah Siren dan mengelus punggung Siren dengan lembut.
"Gue jadi nggak tega lihat lo nangis, apa lebih baik putus aja sih Ren?"
Siren mengusap air matanya lebih dulu.
"Nggak tau, gue sebenarnya berat tapi gimana dia gak pernah nganggep gue penting"
Daniel menarik pelan bahu Siren lalu dia memeluknya supaya gadis itu merasa lebih tenang, anehnya Siren menurut lagi-lagi karena mencium aroma maskulin dari tubuh Daniel jadi dia menikmatinya.
Dia membiarkan tubuhnya memeluk Daniel sambil masih menangis.
Dering handphone Daniel membuat Daniel mengalihkan perhatiannya, dengan masih memeluk Siren, Daniel mengangkat telepon dari Samuel itu.
"Ya?"
"Siren sama lo?"
Daniel melirik Siren.
"Iya"
"Dimana?"
"Dia nggak bisa diganggu, tunggu besok aja kalo mau ketemu"
"Jangan bercanda, dia lagi ngapain emangnya?"
"Gak perlu tau, nikmati aja dulu sahabat lo dengan santai dan tenang, Siren aman sama gue"
"Brengsek, lo mau ngrebut Siren dari gue?"
"Gak lah ngapain?"
"Yaudah kasih tau gue dimana kalian sekarang?"
Daniel hanya tersenyum tipis lalu mematikan sambungan teleponnya, dia mengambil gambar Siren dari atas, sambil memperlihatkan tangannya yang tengah memeluk Siren lalu foto itu dia kirim lah ke Samuel.
Samuel : Bangsat, lo apain cewek gue?
Daniel tidak berniat membalasnya sama sekali, dia meletakkan handphonenya diatas meja.
"Dia bilang apa?"
"Dia marah-marah, kayaknya dia nggak terima kalo lo deket sama siapapun"
Siren melepaskan diri dari pelukan Daniel, lalu mengusap lagi air matanya.
"Percuma udah terlambat"
"Jadi gimana? Mau putus aja apa lanjut?"
"Nanti gue pikirin lagi deh masih buntu, sekarang gue pulang dulu"
"Gue anterin ya"
"Nggak.. nggak usah"
"Naik apa emangnya?"
"Pesen taxi online lah"
"Ya mending gue anter, gratis ayo!"
Daniel mengambil kunci motornya dari dalam kamar, lalu membuka pintu, Siren pun mengikutinya. Lumayan hemat.
*
Siren mengerutkan dahi ketika melihat ada motor Samuel beserta Samuel nya yang terparkir dipinggir jalan depan gerbang rumahnya.
Siren turun dari motor Daniel.
"Gue pantau dari sini" ucap Daniel, Siren hanya mengangguk.
Dia pun mendekati Samuel yang menatapnya penuh selidik.
"Bener-bener sama dia kamu"
"Kenapa sih?"
"Aku masih pacar kamu lho Ren, bisa-bisa nya kamu main sama dia"
"Dipikir selama ini kamu gimana sama aku ha? Pernah kamu mikirin perasaan aku?"
"Kapan aku nggak mikirin perasaan kamu?"
"Kapan? Tiap hari kamu selalu main sama Dinar dan kamu selalu bilang sibuk itu namanya apa? Selalu aja berlindung dibalik kata sahabat, justru kalo emang kalian beneran sahabatan harusnya tau batasan masing-masing bukannya malah mewajarkan hal kayak gitu, mending dari awal kamu gak usah jalin hubungan sama orang lain kalo ujung-ujungnya tetep sama Dinar kemana-mana! Kamu anggap apa aku sebenarnya? Masalah kita sama lho dari dulu, dan kamu gak pernah berusaha untuk berubah sedikit pun"
"Sorry, tapi bisa nggak kamu nggak usah sama dia? Aku nggak papa kalo kamu main sama Martin atau Kay yang penting jangan sama dia"
"Kenapa? Apa alasannya aku nggak boleh sama Daniel?"
"Siren sayang, maafin aku ya aku bakal berubah demi kamu"
Siren tersenyum sinis, berapa kali dia berjanji seperti itu, tapi akhirnya tetap dilanggar juga.
"Aku udah nggak kuat sama kamu, lebih baik kita putus aja biar kamu bisa leluasa jalan atau main kapanpun dimanapun sama Dinar"
"Jangan gitu lah, aku nggak mau putus Ren"
Samuel ingin memegang tangan Siren, tapi Siren buru-buru menjauh.
"Pulang, kita udah selesai"
"Siren, ayolah kita bisa perbaiki lagi hubungan kita"
"Nggak bisa Sam, 4 tahun lho aku bertahan selama itu juga aku selalu pertahanin hubungan kita tapi apa yang aku dapet?"
"Ren, Dinar sahabat aku dia nggak punya siapa-siapa yang bisa jadi sandarannya jadi please lah mengerti"
"Ohh yaudah, bukannya sekarang malah lebih baik kalo kita putus, kamu bisa full perhatiin dia karna dia nggak punya siapa-siapa"
Siren membuka pintu gerbang, dan masuk dia sama sekali tidak menghiraukan panggilan Samuel.
"Semua gara-gara elo!" Samuel menuding Daniel yang duduk santai diatas motor sambil melipat kedua tangan didepan dada, dia menikmati tontonan gratis barusan.
"Harusnya lo introspeksi diri bro, kenapa Siren bisa kayak gitu ke elo! Kita ini sama-sama punya otak jadi bisa lah mikir, kalo emang dari awal lo sukanya sama sahabat lo itu yaudah pacari dia jangan orang lain"
"Tau apa lo emangnya? Kalo lo gak diposisi gue gak bakal bisa ngerti"
"Bisa kok, andai gue diposisi lo gue gak akan jalin hubungan sama orang lain karena dari sikap lo aja udah jelas kalo lo naksir nya sama Dinar"
Samuel tidak menjawab apa-apa lagi, dia hanya menatap Daniel penuh emosi. Daniel pun karena sudah berhasil mengantar Siren sampai rumah dengan selamat jadi dia memutuskan untuk pergi.