Jennaira adalah putri kandung dari keluarga bangsawan Bakari. Ia terlahir dari rahim istri kedua Aston Bakari yang bernama Jenny. Ibu kandung Jennaira tersebut adalah cinta pertama Aston. Jenny terlahir dari trah rakyat jelata, bukan berdarah bangsawan.
Kebahagiaan Aston hancur setelah kematian Jenny secara mendadak.
Suatu malam, Jennaira (21 tahun) sedang berjalan kaki menuju ke sebuah klub malam terbaru di kotanya. Ia punya pekerjaan gelap yakni mencuri dompet-dompet orang kaya.
Jennaira terkejut melihat sebuah sedan mewah mengalami kecelakaan tunggal di depan kedua matanya. Ia berlari ke TKP untuk menolong.
Akan tetapi, Jennaira begitu terkejut melihat wajah seorang wanita muda yang ditolongnya itu ternyata mirip sekali dengan wajahnya.
"Kenapa wajahnya mirip sekali dengan wajahku? Apa aku punya saudara kembar?" batin Jenna.
Bagaimana bisa Jennaira, putri kandung dari putra mahkota Keluarga Bakari bisa tinggal berjauhan dari keluarga aslinya yang kaya raya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 - Kotak Peninggalan Mommy
Waktu berkunjung Jenna di ICU tak bisa berlama-lama. Awalnya Jenna menolak pergi. Namun Bik Emma mengatakan ingin sendirian dan beristirahat. Akhirnya mau tak mau Jenna pun pergi dari rumah sakit.
Ia memutuskan pulang ke gubuk perkebunan, tempat tinggalnya selama ini. Setibanya di sana, Jenna teringat akan pesan Bik Emma.
Perlahan ia mengangkat pot bunga mawar yang ada di sebelah ranjang yang biasa dirinya tidur bersama Bik Emma.
"Jadi, ini kuncinya." Gumamnya pelan setelah melihat ada sebuah kunci warna emas dengan ciri khas kuno seperti yang diceritakan Bik Emma tadi di rumah sakit.
Bergegas Jenna membuka lemari baju. Hanya ada satu lemari baju di sana. Jenna membuka pintu lemari tersebut dan segera beralih pada tumpukan-tumpukan baju milik Bik Emma.
"Ahaaa, ketemu juga akhirnya kotak dari mommy." Jenna tersenyum bahagia bagaikan menemukan sebuah harta karun. Walaupun tak dapat dipungkiri hatinya bersedih karena ia hanya bisa memeluk kotak peninggalan dari mendiang ibunya saja.
Ukuran kotak tersebut cukup sedang yakni seperti ukuran buku tulis anak sekolah TK.
Jenna duduk di tepian ranjang. Lalu, ia segera membuka kotak yang walaupun usianya sudah puluhan tahun silam tapi masih terlihat bagus dan bersih. Menandakan begitu mahalnya harga kotak tersebut yang sepertinya benda itu bukan barang yang mudah dijumpai di toko umum di luar sana.
Ceklek...
Akhirnya Jenna berhasil membuka kotak peninggalan mendiang Jenny. Dengan tangan sedikit gemetar dan hati yang tak karuan, Jenna tetap mencoba membukanya sampai selesai.
Tatapan Jenna mendadak tercenung kala melihat isi di dalam kotak tersebut. Ada sebuah buku mirip buku harian, sepucuk surat, beberapa lembar foto dan ponsel jadul yang diperkirakan Jenna bahwa merek ponsel itu ada puluhan tahun silam serta chargernya.
Lalu, ekor mata Jenna menangkap sebuah kotak kecil di dalamnya. Mirip kotak perhiasan.
"Kotak apa ini?" batin Jenna.
Tangannya pun lebih memilih untuk mengambil kotak kecil itu terlebih dahulu, kemudian membukanya. Ternyata di dalamnya terdapat sebuah kancing baju yang cukup unik.
"Kancing baju siapa ini? Kenapa bisa di kotak mommy?" batin Jenna.
Setelah Jenna mengamati kancing baju tersebut, ia baru tersadar benda itu seakan bersifat langka di dunia ini. Dikarenakan kancing baju pada umumnya tak akan seperti itu.
"Apa ini emas asli?" gumam Jenna yang merasa kancing baju tersebut terbuat dari emas 24 karat.
☘️☘️
Jenna kemudian membuka sepucuk surat di sana. Walaupun kertas tersebut sudah menguning, namun goresan tintanya masih sangat jelas. Lagi-lagi Jenna terpukau melihatnya.
Ia menduga pasti pena yang digunakan oleh ibu kandungnya itu untuk menulis surat tersebut tak sembarangan dan bisa jadi harganya mahal. Sampai-sampai puluhan tahun masih terpampang jelas huruf per hurufnya.
"Amazing syekali. Apa orang tuaku termasuk orang yang kaya?" gumam Jenna seraya bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
Faktanya bukan hanya sekedar kaya tapi kaya raya. Bahkan digadang-gadang sampai tujuh turunan lebih hartanya tidak akan habis-habis.
Kini mata Jenna fokus menatap kata per kata yang tertera pada lembar surat sang mommy.
Halo, Jennaira - putriku yang cantik jelita.
Apa kabar, Sayang?
Mommy berharap kamu dalam keadaan sehat dan baik-baik saja.
Apa kamu sekarang sudah remaja atau dewasa, putriku? Umurmu saat ini berapa, Sayang? Apa sudah 17 tahun atau lebih dari itu?
Maafkan mommy yang tak bisa ikut membesarkanmu hingga dewasa. Bahkan mommy belum sempat memberikan A S I untukmu, karena kita harus terpisah oleh takdir yang kejam ini. Jika kamu membaca surat ini, itu artinya mommy telah tiada di dunia ini Nak.
Jangan pernah bersedih atas kondisi keluarga kita yang terpisah seperti ini, Sayang. Kamu harus jauh lebih kuat dari mommy. Yakinlah bahwa Tuhan tidak akan pernah tidur untuk selamanya.
Mommy yang memberikan namamu Jennaira. Percayalah bahwa daddymu sangat mencintai mommy dan juga kamu, Sayang. Di dalam hidup ini pastinya ada yang suka dan tidak. Itu sudah hukum alam.
Mommy ingin kamu bisa hidup bersama daddymu. Saat ini kamu sudah dewasa, pasti bisa menjaga diri dengan baik. Pergilah ke mansion Keluarga Bakari. Biasanya kami menyebutnya Mansion Tropical. Di sana bukan hanya daddymu yang tinggal melainkan ada keluarga yang lain. Masuklah ke sana tanpa membuka identitasmu yang asli. Kelak jika memang waktunya sudah tepat, barulah kamu buka identitasmu yang sebenarnya Nak.
Sebelum melakukannya, bacalah buku harian mommy. Semoga Tuhan selalu menyertaimu, Jenna.
Suatu hari jika kamu sudah berbahagia dengan daddymu, sampaikan maaf dan cinta mommy untuknya.
With love,
Jenny.
☘️☘️
Jenna menghela nafas beratnya usai membaca surat dari Mommy Jenny. Air matanya pun tak mampu ia bendung.
Jenna bukan wanita yang cengeng. Ia jarang sekali menangis. Namun jika hal itu menyangkut ibu kandungnya yang telah tiada, hati Jenna ikut hanyut terbawa arus pilu.
Sejak kecil ia harus menahan hatinya menjadi tegar dalam menapaki hidup tanpa pelukan hangat dari ayah dan ibunya.
Wajah Jenna sangat cantik dan begitu memikat siapapun yang melihatnya. Namun nasib selalu mempermainkan dan tak berpihak padanya.
Bahkan ketika datang ke klub malam untuk mencopet, ia harus menahan emosinya karena sering ditawar oleh beberapa pria hidung be_lang. Ada yang menawar dengan harga murah. Ada juga yang memberikan harga tinggi hanya untuk sekadar menikmati rasa tubuhnya. Sungguh menjijikkan, pikir Jenna.
Lalu, ia melanjutkan untuk mengetahui seluk-beluk Keluarga Bakari di dalam buku harian ibunya. Jenna membaca dengan seksama lembar demi lembarnya.
"Jadi nama daddyku-Aston Bakari," ucap Jenna.
Tiba-tiba otak Jenna dengan cepat mengingat sebuah tayangan di televisi tepatnya di coffee shop beberapa waktu yang lalu. Kala itu Jenna yang sedang menikmati segelas kopi. Tanpa sengaja ia ikut menonton wawancara eksklusif Keluarga Bakari yang sedang tayang secara live di semua stasiun televisi dan media sosial ternama.
"Jadi, mereka semua itu keluargaku?" batin Jenna.
Jenna nyaris tak percaya. Dikarenakan dari wawancara tersebut, ia masih mengingat jelas jika Keluarga Bakari adalah keluarga bangsawan tersohor di negara tetangga. Keluarga Bakari punya beberapa bisnis. Salah satunya yang paling sukses adalah bisnis di bidang perminyakan.
"Keluargaku begitu kaya raya, tapi aku hidup miskin di sini. Kalian sungguh tega!" geram Jenna.
Lalu, ia mengingat adegan live dalam wawancara tersebut. Aston Bakari yang notabene ayah kandungnya, pria itu menggandeng mesra lengan seorang wanita selama wawancara berlangsung. Jenna memperkirakan usia wanita itu tak jauh beda dengan ayahnya.
"Siapa wanita jelek tak tau malu yang berani menggandeng lengan Daddyku? Apa Daddy menikah lagi setelah kematian Mommy?" batin Jenna bersungut-sungut.
Bersambung...
🍁🍁🍁
kelakuan busuk keluarga sunggu menyakitkan pasti kecewa banget kalau terbongkar siap siap lah jena tuk menopang dedy mu.......