NovelToon NovelToon
Senandika Renata

Senandika Renata

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Angst / Romansa / Bad Boy / Bullying dan Balas Dendam / Slice of Life
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: YuanYen

Renata tuli, dan itu sudah cukup menjadi alasan mengapa dirinya di jauhi se-antero Amarta.

Tapi pemuda itu, Maleo, tidak berpikiran demikian. Ia justru menganggap Renata...Menarik? Tanpa alasan, seperti itulah Maleo.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YuanYen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

04. Bola Basket

...BUDAYAKAN VOTE KOMEN SEBELUM MEMBACA...

...

...

...Happy Reading!...

Tidak ada yang lebih memuaskan bagi Maleo selain memasukkan bola ke dalam ring.

Pemuda bertubuh atletis itu telah menekuni dunia olahraga semenjak ia masih duduk di bangku sekolah dasar.

Minatnya itu berawal dari melihat seorang gadis yang dengan gemulainya menari di bawah cahaya lampu sorot, lantai dingin sebuah lintasan skating diantara riuhnya penggemar menjadi latar yang indah untuk sebuah pertunjukan. Maleo kecil memandang penuh binar tarian indah yang kelak ia ketahui namanya ialah Ice Skating.

Kata Ayahnya, Ice Skating termasuk dalam olahraga. Sejak saat itulah ia merengek agar dimasukkan dalam sebuah klub.

Alih-alih menggunakan fisiknya untuk mencoba ice skating, Maleo kecil justru memilih untuk bermain bola basket berduyun-duyun bersama temannya. Ia suka sensasi mengoper bola dan mendengar teriakkan memekakkan telinga yang menyerukan namanya.

"Maleo, bola basket ini buat kamu." Maleo kecil mendongak meneliti siapa yang tengah berbicara padanya.

"Maaf ya, memang tidak semewah hadiah dari  Ayahmu, tapi aku beli sendiri pakai uang hasil menyemir  sepatu paman-paman di jalan. Semoga suka ya!" Tutur seorang perempuan riang di bawah bias mentari pagi yang memberi sedikit kehangatan, ia berjongkok di samping pualam putih yang dipenuhi beberapa helai bunga, berniat menghibur Maleo kecil yang seakan kehilangan gairah hidup.

Maleo menoleh tatkala mendapati seorang pemuda sepantarannya menepuk pundaknya. Maleo mengangkat kedua alisnya.

"Michel, bicara," Maleo hampir tertawa mendapati James-- Temannya yang tidak fasih berbicara Indonesia, menggunakan Bahasa untuk mengajaknya berbincang.

"Something funny?'' James menyenggolnya, kerutan bingung ketara jelas di raut wajah teman albino nya itu.

"Pfft-- No, nothing," sargah Maleo ketika mendapati dirinya hampir saja tertawa terpingkal-pingkal.

Jika ia melepaskan gelak tawanya, mungkin saja sang ayah akan bangkit dari kubur dan memergokinya.

Tidak lucu, itu horor baginya.

"Who want meet me?" Tanya Maleo buru-buru, mungkin akibat hasrat ingin tahunya yang mendadak membuncah. James menggulirkan matanya ke kanan, mengisyaratkan orang yang di sana itu ingin bertemu denganmu.

Maleo mengangguk, ia menepuk pundak James yang lebih tinggi darinya satu atau dua sentimeter, Maleo baru sadar bahwa; Faktor genetik sungguh menguntungkan.

"Thanks, bro." Ia berterimakasih kepada James kemudian berlalu meninggalkan lapangan, menuju tempat yang ditunjuk James barusan.

Maleo memasukkan tangan ke saku, ia berjalan perlahan mendekati seorang gadis dengan hoodie yang menutupi tubuhnya. Ia terlihat sibuk akan laptopnya, mata legam terkena pantulan gelombang radiasi dari gawainya, bahkan udara dingin menjelang malam ia abaikan begitu saja.

"Gimana, Chel?" Maleo duduk di bangku batu di samping Michel.

Michel, gadis itu nampak meregangkan otot-ototnya. Ia tersenyum di balik masker hitam bergambar lidah salah satu karakter anime yang ikonik.

"Cewek yang lo minta jauhhh lebih susah dibanding informasi soal cowok Jerman lo itu." Ia menggeser laptop membuat Maleo bebas membaca beberapa artikel dan tulisan yang telah diringkas rapi.

"James kali Chel." Maleo membenarkan, kemudian ia membawa matanya membaca rentetan kata di sana. Maniknya membola kala membaca sebuah kalimat.

"Korupsi Timah?" Maleo berujar spontan. Ia tersenyum lebar ketika jemarinya semakin menggulirkan ke bawah, membaca kata perkata yang tercantum dalam sebuah layar gadget.

Maleo mengernyit. Bibirnya mendecak tidak suka. "Gak di adili, karena perilaku baik? Classic." Cerca Maleo.

Michel menguap, ia meregangkan otot-ototnya sekali lagi. "Gue mending kirim PDF nya ke lo deh Mal," celetuk Michel, Maleo menggelengkan kepalanya.

"Gue lebih nyaman begini, lagian gue takut kalau ada yang tahu apa yang mau gue lakuin," Maleo berdalih sebisa mungkin menolak. Michel mengangguk lantas terlelap, ia terbuai dalam bunga tidurnya.

"Okey, jadi berapa?" Maleo sibuk dengan dompet tebalnya.

Satu detik..

Dua detik...

Tidak ada jawaban...

Maleo merasa ada yang janggal, ia merasa diabaikan. Maleo menatap ke kanan, mendapati Michel yang telah tertidur seraya menyembunyikan wajahnya diantara celah sempit lengannya sendiri.

"Dasar," Secarik senyum terpampang di wajah aristokrat Maleo, ia melirik telepon genggamnya yang terus berdering kemudian menghela napas berat.

"Nah here we go again." Desis Maleo, yang ia laksanakan selanjutnya ialah mematikan telepon genggamnya, dan melenggang pergi.

•••

Semburat jingga menghiasi awan biru langit sore. Renata mengadah, memandangi angkasa ciptaan Tuhan yang begitu luar biasa. Rambut kumalnya telah ia sisir, sedikit rapi dengan pita merah sebagai ikatan. Senandung terdengar lirih, bias oranye dari mentari memantul di zamrudnya yang hijau selayaknya dedaunan. Ketenangan menyibakkan jiwa yang gelisah, maniknya bergulir menatap iba luka-luka yang masih basah diantara perbatasan lengan dan tangan.

BRAK! Byur!

Suara tong sampah yang menghantam kepala nyaring bunyinya.

Entah sejak kapan, tong besar berwarna biru itu berada tepat di atas pintu bilik yang Renata gunakan. Tubuhnya basah, tersiram air berbau busuk yang seakan melimpah ruah. Sampah plastik berjatuhan, pula organik sisa-sisa makanan para siswa. Sinar dari kamera memekakkan mata, Renata menunduk, bibirnya ternganga sementara matanya terpejam rapat. Aroma sampah yang khas menguar dari badannya, Renata berbalik, ia mendapati Hera dan kawan-kawannya terkikik geli seraya menekan tombol potret di layar handphone masing-masing.

"So cute, Nerd," Ejek lelaki berbalut seragam SMA Teladan yang berdiri tak jauh dari Hera.

"Andai gue di sini, kayaknya bakal seru." Lelaki itu terbahak-bahak, Hera menatapnya sinis kemudian memutar bola matanya.

"Well." Hera maju beberapa langkah. Ketika berada tepat di depan Renata, ia memandangi Renata dari atas kebawah.

"Lo bisa ngelakuin apapun ke dia," Hera menunjuk Renata.

"CAN I HAVING SE-" Lelaki itu berujar dengan ceria.

"Except that." Hera menegaskan kalimatnya, sekejap wajah berseri lelaki itu berubah menjadi masam, ia merengut, sekejap setelahnya Renata merasakan sensasi panas menjalar di pipinya diiringi suara gedebuk keras.

"Yah, dia bisa gue jadiin samsak, Her." Ujarnya seraya tertawa sadis.

Tapi Renata tidak bisa mendengar apapun, sebab alat bantu dengar pemberian orang itu terinjak-injak oleh sekelompok pecundang dihadapannya.

Renata meringis, ia memegangi pipi kanannya yang mendapat warna kemerahan. Bibir bawahnya ia gigit, kakinya mengetuk-ngetuk ke lantai semen ruang tertinggi di atas gedung sekolah. Ia menautkan jemarinya kala keringat sebesar biji jagung meluncur. Merasa tidak aman, kakinya membawa raganya menuju jalan keluar satu-satunya.

Namun betapa terkejutnya ia tatkala mendapati bahwa pintu itu tidak bisa dibuka!

Ia menggedor, mendorong, menarik, hingga akhirnya menjerit meminta tolong. Senja yang cerah berangsur menggelap, kelabu di langit terlihat jelas hingga lama kelamaan air menetes berjatuhan silih berganti. Napasnya tersengal-sengal, jantungnya terasa ingin lepas dari tempatnya. Tubuhnya bergetar hebat, kata-kata cemoohan terdengar jelas di telinga.

"DASAR TULI!''

"LO BUTA YA?!''

"OTAK DI PAKE, BODOH!"

"HAHAHA, NERD!''

"ANAK PE**UR!"

Segalanya seakan menjadi satu kesatuan yang menghantam menghancurkan mentalnya perlahan, hingga akhirnya pintu itu terbuka diiringi pandangan yang menggelap.

•••

1023

1
Galint
Ceritanya benar-benar menyenangkan, ada suka dan ada sukanya.. jadi nyaman banget🌹
Galint
plis jangan buru-buru tamat, ini lucu/Smile//Smile/
Galint: kayanya haruss
YenYuanTyan: mungkin aku tambahin extra chap kali yaa/Sly/
total 4 replies
Zhen Yi
saling support🤍🤍
YenYuanTyan: iyaa, semangat buat kamu ya cantikk/Hey/
total 1 replies
Verlit Ivana
'Kain beda rona' wuah aku suka padanan katanya. /Smile/
mamayot
salqm dari RAHASIA PANAS SANG DUDA
YenYuanTyan: okeiii habis tamat insyaallah aku baca ya sayangg /Smile/
total 1 replies
Alfaira
Hihiii semangat yaaa. Semoga rajinnya nular ✌🏻
YenYuanTyan: iya hihi, kamu juga semangat nulisnya yaaa
total 1 replies
YenYuanTyan
Bentar lagi bakal ada yang dapet karma/Sleep/
Neonaaaaa
lanjutt 🔥🔥
YenYuanTyan: udah kakak
total 1 replies
Alfaira
tiba2 bangett hamil 🙈
YenYuanTyan: Overthinking kakkk
total 1 replies
Neonaaaaa
semangat teruss🔥🔥
YenYuanTyan: huwaa makasihhh
total 1 replies
Serenarara
Gue juga seneng.../Tongue/
YenYuanTyan: kwkkwkwk Ashel kaptenn
total 1 replies
Serenarara
Heeii otak anda yah...mikirnya kejauhan...
YenYuanTyan: Renata: Maklum overthinking kak
total 1 replies
Serenarara
Aku takut...

Aku ingin bingar...
Aku mau di pasar...
Pecahkan saja gelasnya biar ramai!
Biar mengaduh sampai gaduh...
YenYuanTyan: plssss no word word
total 1 replies
Serenarara
Kulari ke gunung kemudian menyanyiku
Kulari ke hutan kemudian teriakku....
Serenarara
Ini karya pujangga bukan penulis.
YenYuanTyan: kamu lucu banget sihh kakkk
YenYuanTyan: wkwkkkw
total 2 replies
Serenarara
Benakku kini bagai untaian embun yang memasuki relung jiwa seorang petapa yang dahaga. Saya sendiri tidak mengerti artinya, tapi sungguh ini melenakan pembaca.

Bosan...aku dengan penat...
dan enyah saja kau pekat!
Seperti berjelaga jika ku sendiri...
Serenarara
Masih nggak ngerti yg di otak Maleo. Niat nolong gak sih?
Serenarara
Waduuw.... estetik bener kayaknya nih...
Nyonya Mafia
aku udah mampir
Nyonya Mafia
semangat
YenYuanTyan: makasihhh
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!