Felyn Rosalie sangat jatuh cinta pada karya sastra, hampir setiap hari dia akan mampir ke toko buku untuk membeli novel dari penulis favoritnya. Awalnya hari-harinya biasa saja, sampai pada suatu hari Felyn berjumpa dengan seorang pria di toko buku itu. Mereka jadi dekat, namun ternyata itu bukanlah suatu pertemuan yang kebetulan. Selama SMA, Felyn tidak pernah tahu siapa saja teman di dalam kelasnya, karena hanya fokus pada novel yang ia baca. Memasuki ajaran baru kelas 11, Felyn baru menyadari ada teman sekelasnya yang dingin dan cuek seperti Morgan. Kesalahpahaman terus terjadi, tapi itu yang membuat mereka semakin dekat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xi Xin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Si Paling Favoritnya
Felyn terkejut. Karena yang datang adalah ....sahabatnya, Nadin.
"Felynnn!!" sapa Nadin dengan wajah senang, rasanya ingin memeluk Felyn yang termenung.
"Astaga, kenapa anak ini bisa ada di sini sih? Gawat, dunia ketenanganku langsung hancur!" gumam Felyn dalam hati.
Nadin yang tampak senyum sumringah, melirik ke dalam rumah Felyn.
Ia menunjuk ke dalam, "Ah, Fel. Kamu gak lagi sendirian kan?"
Felyn menggeleng dengan wajah datar. "Ya, ada Ibuku."
"Langsung ke intinya saja, kamu ngapain ke sini?!" Ia mencurigai kedatangan sahabatnya itu.
"Hehe, apaan sih, Fel. Kamu tuh jangan sensian terus deh, aku kan cuman mau ke rumah sahabatku aja." Nadin berbicara sambil tersenyum.
Felyn menggeleng sambil menatap Nadin dengan wajah curiga. Sedangkan Nadin seperti percaya diri dengan senyum di wajahnya sejak tadi.
"Fel, siapa? Temen kamu?" tanya ibunya dari dalam rumah.
"Nah, itu ... Ibu kamu kan?" Nadin penasaran.
Felyn mendorong kening Nadin dengan jari telunjuknya, "Sok akrab banget dah ini anak?!"
"Hehe, iya." Nadin diam sambil memberikan paperbag yang berisi makanan. "Nih, ambil! Buat kamu sama Ibu," lanjutnya sambil menggenggam erat tangan Felyn.
Seketika, Felyn terdiam. Ia tak bisa mengucapkan sepatah katapun dari dalam mulutnya. Nadin pun juga belum melepaskan tangan Felyn, ia menunduk diam. Suasana menjadi hening, saling tertunduk diam tanpa berbicara.
Nadin kembali menegakkan kepala dan tersenyum pada Felyn. "Fel, aku cuman mau kasih itu aja kok tadi. Hehe, maaf ya kamu kira aku bakal ganggu kamu kan?" ucapnya.
Felyn mengangguk pelan, "I-Iya ... Gpp, kok. Aku yang harusnya minta maaf, udah ngomong kasar! Dan terima kasih ya buat cake nya, Nadin."
"Iya. Ya udah, kalau gitu...aku pamit, ya. Sampai jumpa besok di sekolah, Fel!" Nadin langsung masuk ke dalam mobilnya, bergegas pergi meninggalkan rumah Felyn.
Felyn melambaikan tangan. Dia menatap makanan yang di bawakan oleh Nadin untuknya. Tatapan matanya berbinar-binar, ia ingin mengatakan hal yang lebih pada sahabatnya itu, tetapi Nadin terlalu terburu-buru untuk pulang.
Setelah mobil yang Nadin tumpangi sudah tak terlihat lagi, Felyn masuk kembali ke dalam rumah dan lansung menutup pintu.
.......
Keesokan harinya, saat jam istirahat pertama di sekolah Felyn .....
Tidak seperti hari biasanya, Felyn kali ini tampak sangat berbeda loh. Dia berkumpul dengan sahabatnya Nadin untuk memakan bekal bersama-sama di meja Nadin. Terlukis di wajah mereka berdua sangat gembira, saling berbagi makanan, dan juga bercanda gurau bersama.
"Enak gak masakan Ibuku, Nad?" tanya Felyn sambil menyuapi Nadin.
Nadin menguyah makanan yang ada di dalam mulutnya itu, "Emmm, enak kok. Ibumu jago masak sih, jadi gak repot." jawabnya, tampak menikmati makanan.
Walau Felyn sudah sedikit membuka diri dengan sahabatnya, tetap saja teman-teman sekelasnya itu tak bisa berhenti membicarakannya di belakang. Tentang Felyn yang seperti inilah, yang seperti itulah ... Membuat muak jika mendengarnya.
Ehh, liat tuh si Felyn yang kutu buku itu!
Gilak udah dapat temen aja dia.
Wkwkwk, kayaknya 11-12 tuh otaknya kayak dia, makanya nyambung.
Ssttt, jangan keras-keras ngomongnya, entar kedengaran!
Ah, biarin. Gak peduli juga aku!
Iya, mana ada yang peduli.
Felyn lagi-lagi mendengar pembicaraan tentang dirinya oleh anak-anak yang berdiri di depan kelasnya itu. Melihat wajah Felyn yang seperti mulai tidak nyaman, Nadin langsung mengajaknya mengobrol lagi supaya tak mendengar pembicaraan itu.
Liat tuh, liat! Dia kayaknya denger deh kita ngomongin dia.
Ah, bodo amat.
Gak enak ternyata sekelas sama anak aneh kayak gitu, cuy!
Ishhh, sok-sok perhatian. Jijik tahu!!
Nadin menyentuh tangan Felyn dengan jari telunjuknya, "Eh, Fel. Kemarin bukannya kamu ke Gramelove ya?" tanya Nadin, berusaha mengalihkan pembicaraan.
Felyn langsung menanggapinya, "Ah, iya. Aku semalam ke sana."
"Terus, kamu beli buku baru lagi?"
Felyn mengangguk, "Hehe, iya. Season 2 dari novel L&M, makin seru," jawabnya dengan perasaan senang.
"Oh, iya? Boleh liat bukunya gak? Siapa tahu aku juga jadi suka baca." Nadin mengulurkan tangannya.
Felyn mengambilkan novel yang ia maksud, lalu memberikan pada Nadin. "Ini."
Nadin memperhatikan cover buku itu dengan baik, mulai dari depan hingga cover belakang novel tersebut. Matanya bersinar-sinar, " Wahhhh, Fel. This is very beautiful. Covernya glossy, glossy gitu."
Felyn terseyum, "Hehe, baru liat cover nya aja udah bikin jatuh cinta kan?"
Nadin mengangguk, "Iya, bener banget. Wah, kamu dapat buku best seller kayak gini gak bilang-bilang aku!"
"Bukannya gak mau bilang, tapi aku emang gak biasa ngomong." ucap Felyn tersipu malu.
Nadin mengangguk mengerti, lalu mengembalikan buku novel milik Felyn. Mereka pun melanjutkan perbincangan hingga bel masuk berbunyi dan kembali memasuki pelajaran.
BERSAMBUNG .....