"A-apa ini?" lirih An Yue menatap sendu sosok pria di depannya.
Demi membuat kekasihnya menjadi seorang Kaisar An Yue, Ratu lblis di Dunia bawah dengan suka rela turun dari tahtanya lalu memberikannya pada kekasihnya.
Namun, apa yang dia dapatkan setelah
melakukan banyaknya pengorbanan untuk pria itu?Hanya sebuah pengkhianatan yang tak pernah An Yue duga dan tak akan pernah An Yue lupa.
Di hari pernikahannya bukannya mendapatkan sebuah kehidupan yang indah An Yue harus merenggang nyawa di tangan calon suaminya sendiri.
"Di kehidupan ini aku kalah tapi di kehidupan
selanjutnya aku akan menjadi Dewi Kehancuran untuk kalian semua!"
************
"Aku kembali, tunggu akan kedatanganku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CancerGirls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. 7 Tahun Kemudian
Seorang gadis kecil tengah mengayunkan sebuah pedangnya kesana kemari dengan sorot mata yang tajam, gadis kecil itu tak lain dan tak bukan adalah An Yue yang sudah
berusia 7 tahun.
An Yue menjadi seorang gadis kecil yang jenius yang di jauhkan dari istana utama, di
usia yang baru menginjak 10 bulan ia sudah bisa berdiri dan berjalan leluasa.
di usia satu setengah tahun ia sudah bisa berbicara dengan lancar bahkan sudah bisa membaca dengan begitu lancar dan fasih walau menggunakan bahasa lain.
di usia 3 tahun dia sudah bisa mengangkat pedangnya dan berlatih pedang menggunakan pedang sungguhan bukan lagi
pedang kayu, ia menjelma menjadi gadis kecil yang aktif namun hanya pada pelayan dan sang kakak saja jika itu orang lain maka ia akan menjadi sosok yang sangat dingin dan tak tersentuh.
semenjak usia tiga tahun ia mulai melatih dirinya dengan kuat hingga sesekali ia akan keluar dari istana untuk berburu.
An Yue kecil menjadi kesayangan semua orang yang berada di kediaman tulip itu, ia
sangat aktif dan menggemaskan membuat semua pelayan dan penjaganya harus extra menjaga dan mengawasinya.
di usia yang kelima tahun ia sudah bisa memanggil akan senjata spiritualnnya yang
bernama Red Moon, Red Moon adalah senjata yang merupakan senjata turun temurun bangsa iblis yang akan mewarisi tahta.
pedang Red Moon tidak akan bisa di angkat atau di gunakan mereka yang tidak memiliki
akan ikatan darah dari keturunan bangsa iblis oleh karena itu An Yue tidak memberikan pedang itu dulu pada kekasihnya.
ternyata keputusan yang dia lakukan itu
adalah sangat berperan penting baginya, andaikan ia memberikan pedang Red Moon ini pada kekasihnya yang ternyata mengkhianatinya maka dapat di pastikan dunia ini akan hancur karena pedang Red Moon bukanlah pedang sembarang.
BOOMMM....
Wussshhhh...
serangan dari An Yue membuat pohon di halaman kediamannya sampai tumbang
karenanya membuat semua pelayan dan penjaga berlari ke arah asal suara.
" Astaga Yue Kecil Apa Lagi Yang Kau Perbuat?" Tang San yang tiba pertama kali hanya bisa geleng geleng kepala melihat akan kelakukan dari gadis kecil yang sudah dia
anggap seperti anak sendiri.
" Astaga Tuan Putri!" teriakan seseorang yang baru masuk membuat atensi An Yue kecil menoleh ke arah asal suara dan melihat wanita tua yang mengasuhnya selama ini tengah berlari tergopoh-gopoh ke arahnya.
" Bibi Jangan Berlari Nanti Jatuh," teriak An Yue kecil yang langsung berlari cepat melesat
ke arah wanita tua yang sudah membesarkannya itu.
Greepppp...
wanita tua itu langsung memeluk An Yue kecil memeriksa dan memastikan jika sang putri tidak terluka sama sekali.
" He Aku Baik-baik Saja Bibi Chan, Tidak Perlu Sekhawatir Itu Lihat Aku Baik-baik Saja Tidak Ada Luka Sedikitpun." ucap An Yue kecil dengan tegas.
mendengar akan hal itu semua orang langsung bernapas lega, mereka semua terlalu takut putri kecil itu sampai terluka
karena bagii mereka An Yue adalah sebuah permata yang harganya tiada taranya dan tak
bisa di bandingkan dengan apapun itu.
" Putri, Kenapa Anda Sangat Nakal? Tidak Bisakah Anda Berdiam Diri Saja Di Kamar Dengan Membaca Buku Seperti Beberapa Tahun Lalu?" tanya bibi Chan sang pengasuh An Yue.
beberapa tahun lalu memang AN Yue hanya bisa membaca karena saat itu usianya baru 3 tahun dan tidak bisa berlatih pedang dengan
leluasa alhasil ia hanya bisa membaca buku memperbanyak pengetahuannya.
namun, sekarang dia sudah bisa menggunakan pedang mana mungkin dia berdiam diri saja, di tambah dia hidup saat ini
memiliki beberapa tujuan salah satunya adalah membalaskan dendamnya di kehidupan sebelumnya pada kekasih dan
orang-orang yang sudah mengkhianatinya.
An Yue bersumpah akan menjadi Dewi
Kehancuran untuk orang-orang itu.
" Maaf Bibi Chan, Tapi Aku Tak Bisa Melakukan Hal Seperti Itu Lagi, Aku Harus Kuat Karena Dunia Ini Juga Kejam, Aku Hanya
Memiliki Kalian Di Sisiku Aku Tidak Mau Jika Kehilangan Kalian, Di Istana Ini Aku Memang Seorang Putri Tapi Di Mata Semua Orang Aku Tak Ayal Hanya Sebuah Sampah Yang Sangat Menjijikan, Aku Seorang Putri Tapi Kekuasaan Pelayan Bahkan Lebih Tinggi Di Bandingkan Aku. Aku Tidak Memiliki Kekuasaan Di Istana Ini Bibi, Bagaimana Jika Suatu Saat Nanti Ada Yang Menyakitiku Atau Menyakiti Kalian? Aku Tidak Akan Bisa Menerima Semua itu. Aku Juga Tidak Bisa Bergantung Pada Gege Hui Terus Menerus Karena Suatu Saat Dia Akan
Meninggalkanku, Aku Hanya Mencoba Kuat Untuk Menjadi Perisai Dan Melindungi Orang Yang Aku Sayang," kata An Yue kecil dnegan panjang kali lebar.
mendengar akan apa yang dikatakan oleh An Yue membuat semua orang yang ada disana
menjadi sangat terharu, tak di sangka anak sekecil itu sudah bisa mengambil akan banyak pelajaran dalam hidupnya.
mereka tak menyangka jika alasan di balik An Yue berlatih keras salah satunya karena dia
ingin melindungi mereka semua.
" Tuan Putri Kita Rupanya Sudah Besar Ya," kata Bibi Chan dengan senyum tulusnya menatap sendu ke arah An Yue.
tak di sangka anak kecil yang tak tahu apapun justru harus memaksakan diri untuk menghadapi kejamnya dunia ini.
" Yang Mulia Permaisuri Pasti Sangat Bangga Di Atas Sana Melihat Tuan Putri Tumbuh
Menjadi Gadis Kecil Yang Jenius, Hebat, Tangguh Dan Penyayang. Sifat Tuan Putri Sama Persis Dengan Yang Mulia Permaisuri,"
kata Bibi Chan dan pelayan lainnya.
" Baiklah Tuan Putri Kecil, Karena Tuan Putri Kita Ini Berlatih Dengan Keras Hari Ini Maka ... Katakan Tuan Putri Ingin Makan Apa? Kami Akan Memasakan Tuan Putri Makanan Yang Enak," kata salah satu pelayan yang berjongkok di depan An Yue.
" Benarkah?" An Yue berbinar terang matanya saat mendengar kata makanan enak dari mulut pelayannya.
" Yah Tentu Saja," jawab mereka serentak.
ingin sekali rasanya mereka mencubit pipi tembem dari An Yue kecil.
" Ah Aku Mau Makan Kelinci Panggang Pedas Manis, Jangan Lupa Bebek Panggangnya Dan
Juga Bakpao Isi Daging, Minumannya Aku Mau Air Kelapa Muda," kata An Yue dengan semangat empat lima.
mereka yang melihat akan binar dari wajah sang putri ikut merasa senang melihat senyum manis dari gadis kecil yang mereka rawat sejak bayi membuat mereka sangat
menyukai gadis kecil itu.
An yue ibaratkan sudah menjadi hujan di saat mereka kedinginan dan kehausan, walau begitu An Yue juga bisa menjadi matahari
mereka kala mereka merasa kedinginan.
" Baiklah, Berlatihlah Dengan Paman Tang San, Bibi Dan Pelayan Lainnya Akan
Menyiapkan Makanan Kesukaan Tuan Putri," kata Bibi Chan dengan senyum tulusnya.
" Bibi Jangan Lupa Dengan Kue Bulannya Ya," kata An Yue dengan senyum polosnya.
" Iya Iya, Kami Akan Membuatnya Banyak-banyak Untuk Tuan Putri Yang Cantik
Jelita Ini, Sekarang Berlatih Lagi," kata Bibi Chan.
An Yue langsung menganggukan kepalanya
dengan senyum tulus di bibirnya, ia memang akan berlatih dengan keras karena walau sekarang dia sudah kuat namun tetap saja dia masih harus memperkuat dirinya.
" Aku Harus Berlatih Dengan Keras Karena Sekuat Apapun Aku Sekarang Aku Belum Bisa
Mengalahkan Pria Sialan Itu, Apalagi Sekarang Sudah Puluhan Tahun Aku Takut Kekuatannya Semakin Tinggi," kata An Yue
kecil dengan sorot mata yang tajam dan tangan yang mengepal sempurna.
An Yue terlahir kembali di saat sudah 100 tahun kematiannya sebagai Ratu Iblis, hal itu tentu saja membuatnya kaget saat menyadari jika sebenarnya terdapat akan jarak yang jauh dari kematiannya dan kelahirannya kembali.
" Kekuatanku Akan Bangkit Saat Aku Berusia 17 Tahun, Aku Harus Bisa Memastikan Sebelum Waktu Itu Tiba Aku Sudah Menjadi Lebih Kuat Dengan Sumber Daya Yang Sekarang," kata An Yue dalam hati.
" Paman, Ayo Kita Bertarung!" seru An Yue yang sudah mengangkat pedangnya.
Gleekkkk....
Tang San yang mendengar akan apa yang dikatakan oleh An Yue kecil langsung menelan ludah dengan susah payah.
jelas saja, walau gadis itu baru berusia 7 tahun tapi kemampuan berpedang dan bertarungnya bahkan sudah sangat luar biasa.
beberapa bulan lalu pertama kalinya mereka berduel dan kemenangan ada di tangan gadis
itu, awalnya Tang San pikir itu hanyalah sebuah keberuntungan dari An Yue namun setelah mereka bertarung beberapa kali dan hasilnya tetap sama maka saat itu pula Tang San sadar jika kemampuan An Yue sangat
hebat.
" Tuan Pu-Putri Paman Harusnya Masih Ada Pekerjaan Yang..."
" Paman Tidak Perlu Berbohong Padaku, Apa Lagi Yang Paman Akan Kerjakan, Ayunanku Di Taman Sudah Di Perbaiki Begitu Juga Dengan
Dapur Istana Yang Bolong Sudah Paman Perbaiki, Sekarang Apa Lagi Yang Akan Paman Kerjakan? Tidak Ada Bukan? Jadi, Temani Aku Berlatih" kata An Yue kecil dengan tegas.
" Astaga Dewa, Sebenarnya Aku Setiap Kali Bertarung Dengan Tuan Putri Aku Merasa Harga Diriku Seperti Tidak Ada, Bagaimana Bisa Aku Kalah Dengan Anak Kecil Seusia Seperti Ini," kata Tang San dalam hati.
walau begitu ia tetap mengikuti kemana An Yue pergi karena ini memang sudah tugas mereka untuk berlatih.
" Selesai Paman Tang San Giliran Kalian, Jangan Harap Kalian Hanya Akan Duduk Manis Dan Menonton Ya," kata An Yue kecil dengan sinis.
Glekkkk...
sontak saja mereka yang tadinya menertawakan Tang San dalam hati kini sudah berwajah pucat pasi.
tentu saja mereka juga akan sangat takut jika
sudah berhadapan dengan An Yue karena gadis kecil itu tidak ada kata ampun untuk mereka walau mereka memohon sekali pun.
ia akan berhenti ketika mereka sudah sekarat atau tidak bisa bangun lagi.
" Ya Dewa, Kali Ini Berapa Hari Kami Tidak Akan Bangun, Sebenarnya Merawat Gadis Kecil Seperti Tuan Putri Ini Sebuah Anugrah Atau Sebuah Malapetaka?," batin mereka
semua yang menatap An Yue kecil yang sedang tersenyum manis namun mereka
merasakan hal lain di balik senyuman itu.
kini An Yue sudah berhadapan langsung dengan seorang pria dewasa dengan pedang panjang dan besar di tangannya sedangkan An Yue hanya menggunakan pedang Red Moon yang memiliki goresan warna merah di sekitar mata pedang.
pedang Red Moon selain memiliki ciri khas yang memiliki ukiran garis merah di mata pedang maka pedang itu juga memiliki dua mata pedang alias sisi kanan dan sisi kiri
adalah mata pedang.
" MULAI!" ucap pria yang menjadi wasit dari An Yue dan Tang San.
mendengar akan hal itu An Yue langsung memutar pedangnya melesat cepat ke arah
Tang San dengan tubuh mungilnya An Yue bergerak leluasa kesana kemari dengan menyerang dan menangkis serangan dari Tang San.
jika di lihat oleh orang lain mereka akan menganggap bahwa Tang San akan membunuh An Yue karena memang pada dasarnya mereka bertarung dengan sengit
layaknya sebagai musuh.
Trraaanggg...
Wuussshhhh....
Bugghhh...
suara dentingan pedang dan pukulan terdengar saling menyahut membuat orang yang sedang menonton ikut bergidik ngeri karenanya.
setelah beberapa saat bertarung dengan
Tang San akhirnya pertarungan selesai dengan An Yue sebagai pemenang setelah menendang Tang San sampai terlempar
beberapa langkah dari dirinya.
Prokk...
Prokkk...
Prokkkk...
" Tuan Putri Sangat Hebat," bisik penjaga satu.
" Kau Benar, Tuan Putri Sangat Hebat Karena Bisa Mengalahkan Tang San, Padahal Selama Ini Tang San Adalah Yang Terkuat Dari Kita,"
" Aku Yakin Jika Tang San Mau Dan Mendaftarkan Diri Di Pasukan Khusus Istana Utama Aku Yakin Ia Akan Mampu Menjadi Salah Jendral Perang Atau Bisa Juga Panglima Perang," kata penjaga lainnya.
" Kau Benar, Kekuatan Tang San Bukan Main-main Aku Setuju Jika Saja Ia Mau Maka
Pasti Pangkatnya Akan Lebih Tinggi Bukan Hanya Menjadi Seorang Pengawal Pribadi," kata lainnya.
" Hei Sekarang Giliran Kalian, Ayo Maju!" seru An Yue yang menunjuk kerumunan penjaga yang sedang duduk manis.
" Habislah Kita," gumam semuanya yang dengan terpaksa berdiri.
" MAJU!" An Yue telah berdiri di tengah tengah semua orang kini mereka mengepung
An Yue.
satu persatu mulai maju menyerang An Yue di ikuti lainnya hingga mereka mengeroyok An Yue tapi tidak ada gunanya karena hanya
beberapa kali serangan kini mereka semua telah terkapar di atas tanah.
melihat akan hal itu An Yue tersenyum puas, puas bukan hanya karena dirinya sendiri tapi puas juga dengan kekuatan semua penjaga dan orang-orangnya itu.
orang-orangnya memang hanya sekelas
penjaga namun jika mereka bertarung maka An Yue akan berani menjamin orang-orangnya sekelas dengan jendral atau petarung hebat.
" Kalian Semua Hebat! Bangunlah," An Yue tanpa rasa jijik membantu mereka untuk bangun satu per satu.
" Terima Kasih Tuan Putri," ucap mereka semua dengan serentak.
" Pergilah Ke Dapur Dan Minta Makanan Kalian Semua," kata An Yue yang di balas
dengan senyuman hangat oleh semuanya.
inilah yang mereka sukai dari An Yue, gadis kecil itu tidak memandang mereka seperti
orang rendahan, gadis itu memperlakukan mereka layaknya manusia yang bebas bukan seorang budak.
alasan ini pula yang membuat mereka tidak pergi dari sisi An Yue walau mereka bisa dikatakan hebat menurut mereka, mereka berkembang bersama An Yue maka mereka hanya akan melayani An Yue bukan oranglain.
" Paman, Telan Ini." An Yue memberikan sebuah pil di tangan Tang San yang langsung
di ambil oleh pria itu lalu memasukannya ke dalam mulutnya.
tak berapa lama Tang San merasakan tubuhnya kembali sehat bugar dan itu karena pil pemberian An Yue.
" Permainan Berpedang Tuan Putri Semakin Hari Semakin Bagus, Apa Perlu Hamba Mencarikan Tuan Putri Seorang Guru Berpedang?" tanya Tang San kepada An Yue.
mendengar akan hal itu An Yue terdiam karena ia jelas tahu semua orang di luar sana tahu tentang dirinya, lebih tepatnya rumor tentang dirinya yang anak buangan Kaisar, anak pembawa sial, anak bodoh dan putri buruk rupa.
semua itu tersebar luas di luar istana bahkan di luar kekaisaran Zhu sekali pun.
" Mencarikan Aku Guru? Hehehe Siapa Yang Akan Sudi Menjadi Guru Putri Buangan
Sepertiku Paman?" tanya An Yue dengan nada dingin namun Tang San tahu gadis kecil itu tengah bersedih.
" Tak Apa Tuan Putri Tidak Memiliki Guru, Hamba Berjanji Akan Membelikannya Banyak
Buku Di Luar Untuk Tuan Putri Pelajari Nanti. Tuan putri Jangan Bersedih Yah," Tang San
mengelus kepala gadis kecil itu dengan sayang.
An Yue yang merasakan elusan di kepalanya langsung mendongak dan melihat senyum
hangat Tang San yang menyejukan hatinya.
" Terima Kasih Karena Sudah Berada Di Sampingku Paman," bisik An Yue dengan tatapan polosnya.