NovelToon NovelToon
Me And Mr Mafia

Me And Mr Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Balas Dendam / Roman-Angst Mafia / Gangster
Popularitas:676
Nilai: 5
Nama Author: HaluSi

Apa kamu bisa bertahan jika seorang yang kau kasihi dan kau hormati menorehkan luka begitu dalam.

Penghianat yang di lakukan sang Suami membuat Ellen wajib berlapang dada untuk berbagi segala hal dengan wanita selingkuhan Suaminya.

Ingin rasanya Ellen pergi menjauh namun Davit, Suaminya tidak mau menceraikan. Ellen di tuntut bertahan meski hampir setiap hari dia menerima siksaan batin. Bagaimana hati Ellen tidak sakit melihat lelaki yang di cintai membagi perhatian serta kasih sayang nya di pelupuk mata. Namun tidak ada pilihan lain kecuali bertahan sebab David tak membiarkannya pergi.

Suatu hari tanpa sengaja, Ellen di pertemukan dengan seseorang yang nantinya bisa menolongnya terlepas dari belenggu David.

Langsung baca ya👇

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluSi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 10

Terpaksa Johan mendatangkan pihak toko baju agar Ellen bisa memilih sendiri. Sengaja Johan mencarikan brand baju sesuai dengan dress yang Ellen kenakan. Harganya tentu menguras kantong sebab meski David menyakiti hati Ellen, seluruh keperluan yang di beri merupakan barang branded.

"Apa Nona tidak suka dengan modelnya? Kami bisa menunjukkan model lain.."

"Berhenti. Ingat pada larangan ku?!" Tegur Johan saat pegawai toko hendak mengambil ponsel.

"Oh maaf, saya lupa."

Ellen tersenyum lalu meraih lengan Johan dan menyeretnya menjauh.

"Duh Kak, kenapa malah memanggil mereka." Ellen memutuskan memberi embel-embel Kak untuk menghormati Johan." Kalau mereka lapor bagaimana?" Imbuhnya cemas.

"Kamu mengenal mereka?"

"Aku sering datang ke toko baju bersama... Lelaki itu dan lagi harga bajunya terlalu mahal. Aku jadi tidak enak." Johan menghela nafas panjang, dia melupakan hal itu. Untuk masalah harga baju, Johan tidak memikirkannya." Suruh mereka pulang saja Kak. Beli baju di toko biasa atau emperan." Lanjut Ellen.

"Sebentar." Johan melepaskan pegangan tangan Ellen lalu berjalan ke dua pegawai toko untuk bernegosiasi.

Mereka tidak mempermasalahkan permintaan Johan dan berjanji merahasiakan semua. Johan memanggil Ellen dengan isyarat tangan.

"Pilihlah." Pinta Johan.

"Kamu sadar kalau aku seorang..." Johan memberi isyarat Ellen untuk diam dan tak banyak bicara.

"Hal sederhana ini mengusik pikiran ku. Sebaiknya cepat kamu putuskan karena aku tidak punya banyak waktu." Ujar Johan menjelaskan.

"Hm maaf." Kenapa aku malah mirip seorang Nona bukan pembantu.

"Ambil lebih banyak." Pinta Johan lagi saat Ellen hanya mengambil empat potong baju.

"Bagaimana kalau semuanya." Jawab Ellen asal. Dia berniat menggoda tapi Johan mengabulkan nya.

Duh bagaimana gantinya. Uang Kak Jo banyak sekali. Tapi eh, Mbok Lela bilang kan Kak Jo Tuan muda kedua hehehe tidak apalah, kan dia yang nawarin bukan aku.

Kehidupan mewah yang David berikan tentu mulai menjadi kebiasaan bagi Ellen. Walaupun dia berniat menerima siapapun lelaki, namun untuk hidup susah tidak pernah terbayangkan bagi Ellen.

Meski dulu kedua orang tua Ellen tidak sekaya David, tapi segala kebutuhannya selalu mendapat yang terbaik termasuk perihal pendidikan.

"Mbok tolong cuci baju ini ya." Mbok Lela yang baru selesai menata barang, langsung berjalan mendekat.

"Biar saya saja Mbok."

"Memangnya bisa?" Ujar Johan tidak yakin.

"Belajar dulu."

"Kapan-kapan saja soalnya kamu butuh baju ganti." Johan menyadari ruam merah yang mulai muncul di sekitar tubuh Ellen.

"Mbok cuci dulu El. Nasinya sudah kamu makan?"

"Nasi apa ya Mbok?"

"Astaga, jadi kamu belum makan?" Ellen menggelengkan kepalanya." Pasti sudah dingin, tadi siang sudah Mbok ganti dengan nasi baru soalnya kamu di kamar terus." Johan berjalan menjauh untuk menelfon seseorang. Entah kenapa dia begitu menjaga pantangan yang Ellen benci." Setelah nyuci Mbok belikan lagi ya. Sebentar." Ellen memutuskan untuk membantu Mbok Lela. Dia pikir Johan pergi mengurus perkerjaan nya.

"Maaf ya Mbok, nyusahin terus." Ellen mengatakannya dengan manik berkaca-kaca. Dia teringat kalimat pedas yang sering di dengar dari Bu Sarah.

"Santai saja El. Ini juga bagian dari perintah Johan. Dia bilang kalau ada wanita yang akan tinggal di sini."

"Kak Jo baik sekali sama saya. Tapi lebih baik saya di perlakukan sama seperti yang lain." Ucap Ellen tentu merasa sungkan. Di berikan tempat bersembunyi saja sudah sangat senang. Untuk masalah makan, sudah lama Ellen sering melupakannya.

"Mungkin Johan tidak tega soalnya kamu cantik." Goda Mbok Lela.

"Takutnya Kak Jo tersandung masalah dan membuat Tuan Yu marah."

"Mustahil El. Tenang saja, Johan tidak mungkin asal bertindak. Terima saja bantuannya."

Ellen tersenyum simpul lalu menceritakan kegiatannya saat Mbok Lela pergi. Bukan hanya Johan sebab Mbok Lela pun merasa aneh kenapa kopi manis Ellen tetap di minum padahal Yuan membenci takaran yang salah.

Saat asyik bercerita, Johan datang dan menyodorkan sebuah kotak nasi. Ellen hanya mendongak tanpa menerima karena perhatian Johan sedikit mengusik hatinya.

"Menunya salah?" Tegur Johan entah berapa kali.

"Oh ya eh maksudnya tidak salah." Ellen berdiri lalu menerima nasi kotak tersebut. Kalau ku tolak nanti dia tersinggung.

"Makanlah aku pergi, Mbok Lela, titip ya."

"Siap Jo."

Setelah tersenyum sejenak, Johan berjalan pergi sambil menerima telepon dari seseorang. Dari jendela kamar, Yuan terlihat memperhatikan. Terdengar dengusan nafas sebelum akhirnya Yuan menutup kembali tirai.

.

.

.

.

.

Pukul tujuh malam, Yuan memanggil Johan dan Ellen secara bersamaan. Keduanya duduk tepat di hadapan Yuan yang sejak beberapa menit lalu hanya berjalan mondar-mandir.

Pasti Kak Jo terkena masalah karena aku. Batin Ellen.

Jangan sampai ada perintah gila yang wajib melibatkannya. Batin Johan. Dia merasa payah karena kegagalan menangkap seseorang yang sudah lama di incar Yuan. Nama Ellen sempat Yuan sebut, tapi Johan berusaha membela agar Ellen tidak terdampak masalah.

"Apa saja perkerjaan mu selain merepotkan?!!" Pertanyaan Yuan sontak membuat Johan mengeluarkan dengusan. Sebelumnya dia sudah berjanji akan bertanggung jawab atas kegagalannya tadi.

"Saya memang tidak bisa berkerja tapi saya berjanji..."

"Aku tidak suka dengan orang yang asal berjanji." Sahut Yuan.

"Kegagalan tadi tidak ada sangkut pautnya dengan..."

"Aku tidak memintamu bicara Jo!" Teriak Yuan geram." Aku hanya ingin dia berguna!" Menunjuk Ellen yang sejak tadi tertunduk.

Aku ingin menangis tapi tidak boleh menangis. Ya Tuhan, nasib ku buruk sekali. Kalau bisa, akupun tidak mau merepotkan orang apalagi sampai membuatnya terkena masalah.

"Sejak awal saya tidak berniat memperkerjakan nya. Saya sudah bilang kalau dia akan jadi tanggung jawab saya." Untuk pertama kali Johan menolak titah Yuan.

"Kau paham kegunaan dari kontrak perjanjian itu Jo?! Perkerjaan mu berantakan karena dia." Kembali menunjuk Ellen.

"Saya terlalu menyepelekan..."

"Aku paham bagaimana teliti nya dirimu!" Sahut Yuan kembali.

Johan menarik nafas dalam-dalam. Meski dia tahu kenyataannya, tapi tetap saja Johan berusaha membela Ellen.

"Huft ya sudah. Jangan bertengkar dan menyalahkan orang yang tidak bersalah. Sejak awal keputusan saya memang salah." Ucap Ellen seraya berdiri.

Tanpa keduanya sadari, terlihat Yuan menunjukkan senyum tipis sebentar. Di dalam hati, Yuan memuji keberanian Ellen angkat bicara meski ekspresi wajah nya tampak datar.

"Biar saya yang pergi daripada kehadiran saya memicu perdebatan dua saudara." Yuan dan Jogan saling melihat satu sama lain." Terima kasih Kak Jo, Tuan Yu, yang sudah mau menampung saya sebentar. Mungkin takdir saya memang berada di tempat buruk itu." Lanjutnya sambil bersiap pergi.

Tiba-tiba Yuan menodongkan senjata yang sontak membuat Johan panik. Namun saat Yuan memberitahu dengan bahasa isyarat, perlahan kepanikan Jogan hilang. Anehnya, Ellen malah tersenyum simpul bahkan melanjutkan langkahnya.

"Bunuh agar semuanya berakhir." Ucap Ellen yang sudah berada di puncak keputusasaan. Dia memilih mati daripada harus kembali ke rumah David. Rupanya Ellen ingat isi surat perjanjian yang paling mencolok.

Jika pihak terkait mengingkari apa yang tertera di atas, pihak pembuat perjanjian wajib membunuhnya.

"Sialan! Kenapa berhenti hah!" Ellen memutar tubuh saat akan mencapai pintu. Otaknya kembali terganggu hanya karena membayangkan bertemu David." Kau pikir aku takut ancaman mu!" Memelototi Yuan sambil menunjuk kasar.

"Tapi kau takut kembali ke sana kan." Ekspresi Ellen langsung berubah. Sorot matanya memperlihatkan tekanan batin yang sangat berat.

"Hum." Jawab Ellen pelan." Kalian tidak akan pernah paham apa yang ku rasakan." Di tuduh, di paksa, di sudutkan adalah cara membunuh rasa dan merusak mental.

"Bantu Johan agar kau punya tempat di sini." Johan menoleh ke arah Yuan.

"Apa ini? Aku tidak setuju Kak." Tolak Johan." Dia tidak punya keahlian di bidang itu. Kehadirannya akan menyulitkan." Protes nya lagi.

"Syaratnya hanya itu."

"Sesekali jalin lah hubungan dengan wanita agar pikiran mu tidak terlalu kaku. Apa kamu lupa bagaimana Mama! Apa kamu rela dia ikut berperang dengan kita?" Kini hubungan persaudaraan terlihat dari cara Johan berbicara. Meski saudara angkat, nyatanya keakraban mereka lebih dari saudara kandung.

"Dia bukan Mama." Menunjuk ke Ellen.

"Mereka sama-sama wanita!"

"Saya mau asal ada jaminan." Sahut Ellen membuat Johan dan Yuan menatapnya secara bersamaan.

"Aku tidak akan setuju." Jawab Johan.

"Jaminan apa?"

"Asal tidak ada lelaki itu." Yuan tersenyum simpul.

"Berlari bukan penyelesaian masalah."

"Terserah. Aku tidak mau bertemu dengan nya lagi." Ujar Ellen.

"Keluarlah, tidak ada tempat bagi pecundang. Kau harus tahu jika menjadi anggota ku wajib bermental baja." Jawab Yuan sambil mengetuk-ngetuk pelipisnya dengan jari telunjuk.

"Kak ku mohon. Aku berjanji tidak akan gagal lagi."

"Tapi jangan serahkan saya pada lelaki itu." Ujar Ellen seraya menatap Johan. Aku tidak mengerti maksudnya tapi ini kesempatan emas. Aku yakin Kak Jo tidak akan menyerahkan ku pada lelaki itu.

"Keselamatan mu jadi tanggung jawab Johan." Menepuk bahu Johan yang langsung menghindar.

"Ini hal tergila yang pernah ku dengar dari mulut mu!" Umpat Johan sambil menatap tajam Yuan.

"Lakukan sesuai keinginan ku, nanti kau akan paham maksud ku." Yuan menyimpan senjatanya lagi. Keselamatan mu juga jadi tanggung jawab ku. Tidak biasanya aku mencium aroma pembunuh dari seorang wanita. Timbal balik nya, kau akan bebas karena lelaki itu pasti menceraikan mu. Batin Yuan.

Harusnya Johan paham jika apa yang Yuan perintahkan selalu punya maksud dan tujuannya meskipun untuk menuruti nya harus mempertaruhkan nyawa.

🌹🌹🌹🌹

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!