Masa depan yang bahagia telah tiada, Yuki dengan alat sihir yang diberikan oleh ayahnya kembali ke masa lalu untuk memperbaiki masa depan yang rusak.
Yuki terlempar ke tahun 2099 dimana dia dijual sebagai seorang budak dan dibeli oleh wanita dari keluarga bangsawan bernama Theresa Clorish dan diangkat menjadi penjaga keluarga Clorish.
Selain menjadi penjaga keluarga Clorish, Yuki juga harus menghentikan sesuatu yang akan menghancurkan masa depan dengan kekuatan mutan miliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aidiel Batagor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maaf
Di dalam mansion keluarga Clorish, Yuki melihat banyak sekali barang mewah. Tak heran Theresa dapat mengeluarkan uang sebanyak itu untuk membelinya, hampir seluruh tembok dilapisi oleh emas, Yuki berpikir apa pekerjaan keluarga Clorish hingga dapat memiliki kekayaan sebanyak ini.
"Anu maaf kalau tidak sopan, apakah keluarga Clorish menjalankan suatu perusahaan atau apa?."
Theresa tersenyum kepada Yuki kemudian menjelaskan darimana datangnya kekayaan keluarga Clorish.
"Keluarga Clorish memiliki perusahaan yang berjalan di bidang teknologi, salah satunya Nexus Gate yang bisa kamu lihat di seluruh penjuru kota Nexus."
Yuki tercengang mendengar pernyataan Theresa, bagaimana mungkin dia tidak tahu bahwa salah satu keluarga bangsawan yang ikut terlibat dalam pembangunan Nexus Gate adalah keluarga yang membelinya, Yuki tersenyum malu mendengar hal itu, Theresa pun ikut tersenyum melihat tingkah laku Yuki yang benar-benar polos.
Theresa dan Yuki berhenti di depan sebuah pintu dan membuka ruangan tersebut, sebuah kamar yang cukup luas lengkap dengan kasur dan toilet pribadi tersedia dalam kamar itu.
"Kamu bisa memakai kamar ini sesuka mu, Yuki."
"Nona Theresa, apa ini serius untukku?."
"Apa wajahku terlihat seperti seorang pembohong?."
Yuki bersujud syukur di hadapan Theresa dan berterimakasih sangat banyak atas kebaikan yang telah diberikan kepadanya.
"Terimakasih banyak atas kebaikan anda dan keluarga Clorish nona Theresa, dengan ini aku bersumpah bertarung sampai mati demi keluarga Clorish."
"Hei Yuki jangan seperti itu, ayo berdiri."
Yuki bangun dari sujud nya kemudian memberikan hormat padanya, Theresa menggelengkan kepalanya pada sifat Yuki yang benar-benar membuatnya heran, disisi lain sifat dari Yuki ini juga mungkin akan membantu menghadapi sifat Noelle yang keras kepala itu.
"Baiklah Yuki, kamu istirahat saja dulu. Nanti saat makan siang sudah siap aku akan memanggilmu lagi."
Theresa pergi meninggalkan Yuki di kamarnya kemudian menutup pintu, Yuki yang terasa sangat lelah langsung membaringkan tubuhnya ke kasur yang lembut dan hangat.
"Jadi ini rasanya tidur di kasur yang empuk, selama ini aku dan pak tua itu selalu tidur di pinggir jalan."
Saat Yuki sedang asik menggelinding di kasurnya, ada sesuatu yang mengganjal di saku celana. Dia meraih saku celananya dan mendapati benda bulat yang diberikan oleh ayahnya itu.
"Angka apa ini? Saat aku menggunakan nya aku tidak sempat memperhatikan benda ini."
Yuki membolak-balikkan benda bulat itu dan mengamatinya dengan seksama, dia melihat kembali angka tersebut yang menunjukkan angka dua persen. Sepertinya benda itu menggunakan sebuah daya untuk menggunakan nya namun Yuki tidak tahu tenaga apa yang digunakan oleh benda ini.
Disaat Yuki sedang asik memainkan alat itu, seseorang mengetuk pintu kamarnya, Yuki dengan sigap menyembunyikannya kemudian membuka kan pintu. Tak disangka orang yang mengetuk pintu kamar Yuki adalah Noelle.
"Anu, apa boleh aku masuk?."
Ucapan Noelle membuat hati Yuki berdegup kencang, Yuki mempersilahkan Noelle untuk masuk. Noelle duduk di atas kasur sedangkan Yuki menarik sebuah kursi kemudian duduk.
"Ada perlu apa nona Noelle?."
"Cukup panggil aku Noelle saja, tidak usah pakai nona."
"Tapi itu terdengar tidak sopan untukku."
"Aghh ya ampun kau ini kenapa formal sekali!?!."
Yuki hanya bisa terdiam, setelah Noelle merasa tenang. Dia dengan ragu berbicara pada Yuki, ingin berkata satu patah kata pun terasa berat baginya seperti ada sesuatu yang menghalanginya mengatakan hal itu. Setelah berusaha keras akhirnya kalimat itupun keluar dari mulut Noelle dengan nada sendu.
"Maaf."