NovelToon NovelToon
KKN Berujung Istri Juragan

KKN Berujung Istri Juragan

Status: tamat
Genre:Romansa Fantasi / Romantis / Gadis nakal / Beda Usia / Tamat
Popularitas:31.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Azzahra rahman

Sarah, si bunga kota yang dikenal cantik, bohay, serta menyimpan sisi nakal dan jahil di balik wajah manisnya, kini menjalani salah satu babak penting dalam hidupnya: Kuliah Kerja Nyata (KKN) di sebuah desa subur di Pinrang.

Takdir mempertemukannya dengan Andi Af Kerrang, seorang pemuda tampan, berwibawa, dan dikenal kaku, namun juga seorang juragan padi sekaligus pemilik bisnis kos yang terpandang di wilayah tersebut.

Awalnya, perbedaan latar belakang dan kepribadian membuat interaksi mereka terasa canggung. Namun, seiring berjalannya waktu, serangkaian peristiwa tak terduga—mulai dari kesalahpahaman yang berujung fatal, hingga situasi mendesak yang menuntut keberanian untuk melindungi—membawa keduanya semakin dekat.

Dari jarak yang semula terbentang, tumbuh benih rasa yang perlahan berubah menjadi candu.

akankah sering berjalan nya waktu Andi mengikuti arus kenakalan Sarah ataukah Sarah yang pasrah ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Azzahra rahman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

hari pertama mengabdi

Pagi itu, matahari bersinar cerah di langit desa. Udara masih segar, embun tipis masih menempel di dedaunan. Sarah bangun lebih pagi dari biasanya karena antusias. Hari ini adalah kegiatan KKN pertama mereka: membantu ibu-ibu PKK dan mengajar anak-anak di balai desa.

“Wah, semangat banget Mbak Sarah. Baru jam enam udah rapi,” goda Rani sambil menguap.

Sarah hanya tertawa kecil. “Aku nggak mau telat di hari pertama. Lagian, aku penasaran banget gimana suasana anak-anak di sini.”

Mereka berangkat bersama kelompok menuju balai desa. Warga sudah berkumpul, sebagian ibu-ibu membawa kerajinan tangan, sebagian lagi menggendong anak kecil. Balai desa yang sederhana mendadak penuh warna dengan tawa dan suara ramai.

Sarah ditugaskan mendampingi anak-anak SD. Dengan papan tulis kecil dan beberapa spidol, ia mulai mengajak anak-anak bernyanyi, menulis huruf, dan bermain tebak kata.

“Siapa yang tahu arti kata ‘cita-cita’?” tanya Sarah.

Seorang bocah laki-laki menjawab lantang, “Cita-cita itu kalau besar pengen jadi juragan kayak Om Andi Kerrang!”

Seluruh anak-anak tertawa, bahkan ibu-ibu yang duduk di belakang ikut terkekeh. Sarah terkejut, tapi tersenyum. Nama Andi Kerrang rupanya memang begitu melekat dalam kehidupan desa.

“Wah, bagus sekali. Jadi juragan itu harus kerja keras dulu ya. Kalau kalian rajin belajar, nanti bisa jadi apa saja yang kalian mau,” balas Sarah sambil menepuk bahu anak itu.

Anak-anak tampak bersemangat. Mereka berebut maju menulis di papan tulis, sementara Sarah dan teman-temannya membantu membimbing dengan sabar.

Sementara itu, di sisi lain balai desa, ibu-ibu PKK sibuk membuat olahan makanan dari hasil tani. Rani dan Mira ikut membantu mengiris sayur, sementara Sarah yang selesai mengajar anak-anak pindah ke meja ibu-ibu.

“Coba, Nak, iris bawangnya tipis-tipis ya,” pinta seorang ibu.

Sarah menuruti dengan hati-hati, walau matanya perih terkena uap bawang. Anak-anak yang tadi belajar malah berdiri mengerubungi Sarah, menyorakinya tiap kali irisannya terlalu tebal.

“Biarin aja, Nak Sarah masih belajar,” ujar seorang ibu sambil tertawa. “Yang penting mau membantu. Mahasiswa kan harus bisa segalanya.”

Sarah tersipu malu tapi merasa hangat. Ada kebersamaan yang ia rasakan di tengah tawa dan canda sederhana itu.

Siang menjelang, tiba-tiba suasana berubah. Dari luar balai desa, terdengar suara gaduh. Beberapa pemuda berlari kecil sambil berteriak, “Pak Kades! Pak Kades! Banjir kecil di sawah sebelah timur! Air dari irigasi meluap!”

Orang-orang spontan berdiri. Beberapa bapak langsung menuju lokasi, sementara ibu-ibu panik memanggil anak mereka.

Sarah terkejut, belum paham sepenuhnya situasi. Ia menoleh pada salah satu ibu, “Kenapa, Bu?”

“Irigasi bocor, Nak. Kalau nggak cepat ditangani, bisa merusak tanaman padi. Itu sawah banyak milik warga sini… juga milik Juragan Andi.”

Nama itu kembali terdengar. Dan benar saja, tak lama kemudian, seorang pria muncul tergesa. Andi Kerrang. Tubuhnya tegap, wajahnya serius, kemeja kerjanya sudah basah oleh keringat meski siang belum terlalu terik.

“Semua pemuda ikut saya! Kita tutup aliran sekarang juga!” suaranya lantang memecah suasana.

Sarah refleks memperhatikan. Ada wibawa dalam cara Andi memimpin. Warga segera bergerak mengikuti perintahnya, tanpa banyak tanya.

Rani berbisik, “Itu lho, Sar… juragan kita. Lihat, karismanya kayak komandan perang!”

Sarah tak menjawab. Matanya fokus menatap Andi yang mengatur warga dengan sigap. Ada sesuatu dalam sosoknya yang membuat Sarah sulit berpaling.

Namun, ia sadar tak bisa hanya berdiri. Bersama teman-temannya, Sarah ikut membantu menenangkan anak-anak dan ibu-ibu yang panik. Ia mengajak mereka kembali duduk, memberi minum, bahkan mencoba menenangkan seorang ibu yang menangis karena takut sawahnya rusak.

“Tenang, Bu. Insya Allah, warga dan Pak Andi bisa mengatasinya,” ucap Sarah lembut.

Tak lama kemudian, kabar datang bahwa aliran air berhasil ditutup sementara. Warga kembali dengan napas terengah-engah, sebagian wajah dan pakaian belepotan lumpur.

Andi berjalan masuk ke balai desa, mengusap keringat di dahinya. Matanya sekilas bertemu dengan Sarah yang sedang menenangkan seorang anak kecil di pangkuannya. Tatapannya kali ini tidak hanya tegas, tapi juga… berbeda.

Ia mendekat, lalu berkata singkat, “Terima kasih sudah membantu menenangkan warga.”

Andi mengangguk sekali, lalu melanjutkan langkahnya menemui Kepala Desa. Tapi bagi Sarah, ucapan sederhana itu membuat jantungnya berdebar lebih cepat.

Rani langsung menyikut lengannya begitu Andi pergi. “Duh, Sar, kalau tatapannya tadi bisa bikin padi langsung tumbuh subur, lho!”

Mira ikut menimpali sambil cekikikan, “Mbak Sarah, siap-siap deh. Kayaknya juragan udah notice kamu.”

Sarah menutup wajah dengan kedua tangannya, menahan malu bercampur rasa tak menentu. Dalam hati, ia tahu satu hal: pertemuannya dengan Andi Kerrang kali ini lebih dari sekadar kebetulan. Ada sesuatu yang mulai tumbuh, meski ia belum berani memberinya nama.

Dan di hari pertama KKN itu, Sarah belajar bahwa pengabdian bukan hanya soal membantu warga, tapi juga membuka hati untuk menerima kejutan-kejutan kehidupan yang datang tanpa diduga.

Sarah terperanjat. “Eh… iya, Pak. Sama-sama.”

1
sunflower
wah......udah tamat aja
sunflower
🥺
sunflower
sangat tiba2
sunflower
waw🤩
sunflower
gercep kali kak thor 👏👏👏
sunflower
thank you update tannya kak thor semangat
Ara25: makasih ya...sdh sering baca cerita ku 😍
total 1 replies
sunflower
wah 🤩
sunflower
kak thor kapan update
sunflower
kak kapan update lagi
sunflower
lanjut kak
Sitti Umrah
lanjut dong Thor 🤭
Sitti Umrah
🤭😍
Nathalie soraya
cerita bagus banget apalagi cerita nya ringan enggak berat tapi kata-kata di novel nya kurang rapi revisi lagi ya kakak 😘🥰
Ara25: makasih kak sarannya 🤭 krna saya gak suka terlalu banyak konflik 😄.
total 1 replies
Sitti Umrah
hot banget sih🤭😍😍
Ara25: haha kalau gak hot agak kurang sih yuuk baca
total 1 replies
Sitti Umrah
Sarah nakal banget ya begini ni kebanyakan pemuda desa malu ² tapi mau jadi Sarah yang doyan 🤭😍
Sitti Umrah
🤣 keingat masa dlu juga gengsi
Sitti Umrah
nyimak dlu 🤭tertarik deskripsinya
Sitti Umrah
bagus banget seru awalnya baik lama kelamaan hot ya cerita nya
Mahrita Sartika
adegan romantis kurang durasi 😍
Ara25: kan awal cerita KK tapi sudah sah nanti itu banyak adengan panas dingin nya 🤣
total 1 replies
Mahrita Sartika
hah KKN ya,,, jadi ingat dengan masa kuliah dulu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!