Devina adalah seorang mahasiswi miskin yang harus bekerja sampingan untuk membiayai kuliahnya dan biaya hidupnya sendiri. Suatu ketika dia di tawari dosennya untuk menjadi guru privat seorang anak yang duduk di bangku SMP kelas 3 untuk persiapan masuk ke SMA. Ternyata anak lelaki yang dia ajar adalah seorang model dan aktor yang terkenal. Dan ternyata anak lelaki itu jatuh cinta pada Devina dan terang-terangan menyatakan rasa sukanya.
Apakah yang akan Devina lakukan? apakah dia akan menerima cinta bocah ingusan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tami chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah paham.
Devi bangun di pagi ini dengan tubuh yang sangat segar bugar. Semalam dia tidur begitu lelap bahkan bermimpi indah. Bagaimana tidak, matanya kan baru saja dapat asupan vitamin kesegaran dari wajah tampan Devano.
Devi nyengir sambil berjalan menuju kelasnya, sesekali dia memejamkan mata sambil menggelengkan kepala masih tak percaya jika dia menjadi guru les seorang Devano Mahendra.
"Ada hal menyenangkan?"
Devi melonjak kaget karena tiba-tiba saja Dimas sudah berjalan di sampingnya.
"Eh, Kak Dimas! bikin jantungan aja!"
Dimas tersenyum, "kamu yang ngelamun kok, aku yang di salahin!"
Lagi-lagi Devi nyengir. "Ada apa ke kampus?"
Dimas mendesah, "biasa," ucapnya sambil menunjukkan skripsinya yang akan di tinjau Pak Sudiro.
"Doakan kali ini di ACC, ya," ucapnya putus asa.
"Pasti di ACC, kak! semangat! eh, ngomong-ngomong siapa yang jaga toko?"
"Ada Sita," jawabnya singkat.
Devi menganggukkan kepalanya, "Aku cuma ada satu kelas doang, nanti kalau udah selesai aku langsung ke toko, deh. Siapa tau Kak Sita repot," sebenarnya sih Devi malas bertemu Sita, tapi dia lebih nggak tenang jika Sita menjaga Toko sendirian. Dia tak percaya pada perempuan itu. Yah, walaupun Kak Dimas nggak mempermasalahkan tapi tetap saja, Devi nggak bisa tinggal diam.
"Terima kasih ya, Dev..." ucap Dimas tulus.
"Kalau kali ini nggak Acc juga, aku menyerah. Sudahlah aku mau jaga toko ku seumur hidup!" keluh Dimas.
Devi tergelak, "paling tidak, Kak Dimas punya toko, lha kalau kayak aku, nggak kelar kuliah, nggak punya ijazah, mau jadi apa! ngga akan bisa ngelamar kerja di perusahaan besar dong!"
"Ya kerja sama aku aja, di toko," ucap Dimas sambil menatap Devi lembut.
Eh? Eh? apa maksud dari tatapan lembut itu? jangan bilang diam-diam Dimas naksir Devi? lalu mau di taruh di mana si galak Sita?
"Hahaha... suka bercanda!" gelak Devi mencoba menutupi rasa gugupnya. Dia bahkan sampai memukul lengan Dimas dengan keras.
"Ya kali, gaji di toko Kak Dimas cukup untuk menafkahi hidupku? nggak kan?"
"Cukup aja, kalau kamu nikah sama yang punya," Dimas tersenyum lagi lalu buru-buru berjalan cepat meninggalkan Devi.
"Aku duluan, ya!"
Devi mengerutkan alis, "apa maksudnya? barusan dia ngomong apa sih?" gumam Devi antara kaget, shok dan ge-er.
Devi melipat bibirnya, "mungkinkah Kak Dimas diam-diam naksir pada ku?" pekik Devi lirih.
"Omaigad! masa sih? masa sih!"
Devi nyengir lagi. Lalu membayangkan jika Dimas benar-benar menyukainya, apa yang akan dia lakukan? apakah Devi akan menerima cintanya? lalu dia menikah dan menjadi ibu rumah tangga sambil menjaga toko milik Dimas?
"Nggak buruk, juga... tapi, Sita mau di kemanain, woy! ngayal mulu! nggak usah ge-er deh, Devi!" ingat Devi pada dirinya sendiri.
Sita memang galak, mukanya jutek, tapi dia juga sangat cantik. Apalagi bodynya juga aduhai. Dimas beruntung juga sih bisa pacaran sama Sita, cuma satu kekurangan cewek itu, sikap jutek dan galaknya nggak ketulungan! Hebat banget Dimas bisa bertahan selama beberapa tahun ini bersama perempuan itu.
"Duh! aku jadi ngelantur nggak jelas! buruan ke kelas!" Devi langsung berlari kecil agar cepat sampai di kelasnya.
***
Setelah selesai dengaan perkuliahan, Devi langsung menuju toko milik Dimas. Dan seperti yang dia duga, Sita sangat tak perduli dengan keadaan toko yang berantakan. Sampah berceceran pun tidak dia hiraukan.
Ck ck ck! dasar cewek pemalas.
"Kak Sita, biar aku yang jaga toko," ucap Devi sambil meletakkan tas ranselnya di laci meja kasir.
Sita hanya melirik nya malas, "gue ambil permen lolipop ini satu! bosen banget soalnya!" ucapnya sambil bangun dan bergegas pergi. Beberapa kali Sita menguap dan menggaruk kepalanya. Tampaknya dia habis lembur semalam.
Devi menarik napas dalam sambil melihat keadaan toko yang berantakan. Sampah berserakan, rak yang berantakan, bahkan ada barang-barang yang acak dan tidak di tempat seharusnya. Dari tadi si Sita itu ngapain sih? tidur?
"Kak Dimas, Kak Dimas. Kalau kalian menikah nanti, pasti kamu lelah jiwa raga ngadepin tuh lampir," gumam Devi sambil mulai mengambil sapu dan pengki.
Setelah selesai dengan pekerjaannya, Devi kembali memeriksa keadaan toko yang sudah bersih dan rapih. Dia pun tersenyum senang.
Devi kembali ke meja kasir dan duduk di sana. Dia memeriksa ponselnya dan melihat ada satu pesan masuk.
Nanti lesnya jam 7.
Devi tersenyum, dia tau siapa yang mengirim pesan ini. Tentu saja sang malaikat tampan, berondong menawan Devano Mahendra.
Siap. Balas Devi, singkat.
"Devi!" pekik Dimas yang tiba-tiba muncul dan menggebrak meja kasir.
"Kak Dimas! bikin kaget aja!" hampir saja HP jadul Devi yang layarnya retak itu, jatuh. Devi bangun dari duduknya dan menatap Dimas, bingung. "Ada apaan?"
"Skripsi ku di ACC!" ucapnya girang, dia bahkan memeluk Devi sambil melompat-lompat persis anak kecil yang di beri mainan baru.
"Se-selamat, kak..."
"Boleh aku mintak tolong?" tanya Dimas sambil menjauhkan tubuhnya dan menatap mata Devi.
Devi mengangguk pelan.
"Jaga toko sampai malam, ya! aku bakal sibuk hari ini! nanti aku bayar tiga kali lipat, deh!" ucapnya sambil tersenyum lebar.
"Tapi jam 7 aku sudah ada rencana, kak. Asalkan nggak lebih dari jam 7, aku sih yes aja..."
Dimas berpikir sejenak, "Ok nggak apa-apa. Kalau aku belum datang, kamu boleh tutup toko lebih awal!"
Devi menarik napas, "baiklah..." padahal Devi berniat untuk pulang dulu dan mandi biar wangi. Masa dia ketemu Devan dengan aromaterapi ketek asem nya.
"Thank you Devina!" Dimas kembali menarik Devi ke dalam pelukannya, memeluknya erat hingga Devi sesak.
"Kak! kak! sesak nih..." Devi menepuk-nepuk punggung Dimas agar dia melepaskannya pelukannya.
"Maaf, aku seneng banget soalnya!" Dimas melepaskannya pelukannya dan kembali menatap Devi.
"Oh iya," Dimas mengeluarkan sebuah kresek warna putih dari dalam ranselnya dan memberikannya pada Devi.
"Buat kamu! habiskan ya, aku pergi dulu!" Dimas langsung kabur, keluar dari toko dan melajukan motor PCX nya dengan cepat.
Devi hanya terdiam bingung dengan kelakuan bosnya yang lagi kegirangan, "yah, mungkin nanti aku pun akan mengalami hal yang sama," ucap Devi sambil tersenyum masam. Skripsi buat mahasiswa semester akhir memang hal yang paling krusial.
Devi melirik kresek putih yang ada di tangannya, "apaan ya? kok wangi banget?" dengan tak sabar Devi membuka kresek itu dan tersenyum lebar melihat kertas pembungkus warna coklat itu.
"Nasi Padang! wuaaahh!" Devi kegirangan dan buru-buru menuju meja kasir untuk menikmati makan siangnya.
...
"Jam setengah tujuh... aku tutup aja kali ya tokonya, trus aku mandi di kamar mandi toko, baru ke rumah Devan. Dari pada pulang dulu kan kejauhan?" ucap Devi bermonolog.
Devi bangun dari duduknya, lalu berjalan ke luar toko dan mulai menarik rolling dor dan menutup tokonya. Setelah itu, Devi kembali masuk dan bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah selesai dengan ritual mandinya, Devi bergegas memakai kembali baju nya yang sedikit bau, tak lupa dia menyemprotkan tester parfum di bajunya untuk menutupi bau keringat.
"Aku akan bertemu Devano!" gumamnya girang dan buru-buru keluar dari toko.
Setelah mengunci toko, dan hendak pergi, tiba-tiba Devi di hadang oleh seseorang.
"Eh, kak Sita? Kak Dimas nggak ada dari siang, toko sudah aku tutup-"
Plak!
Satu tamparan keras mendarat di pipi Devi, dan tentu saja membuat Devi terkejut luar bisa.
"Kak Sita? apa-apaan?!"
"Dasar cewek miskin, murahan! berani-beraninya lu godain Dimas! Dimas itu pacar gue! tau malu dong Lu!" teriak Sita sambil menunjuk-nunjuk kepala Devi dengan keras.
"Siapa yang godain kak Dimas?! aku nggak!" elak Devi. Lha, dia memang nggak pernah godain Dimas, kok. Sinting ni cewek!
"Nih! ada buktinya! Lu mau mengelak!" Sita menunjukkan foto di ponselnya dan tentu saja Devi terkejut melihatnya.
Foto itu menunjukkan dirinya tengah berpelukan dengan Dimas. Tapi tunggu, Dimas yang memeluknya tanpa ba bi bu! bukan Devi yang nyosor duluan!
"Mending kak Sita nanya langsung sama Kak Dimas! aku ngomong pun, Kak Sita pasti nggak percaya! aku masih ada urusan! aku pergi dulu!" Devi bergegas meninggalkan Sita yang masih tampak emosi.
"Enak aja mau kabur! mau ke mana Lu?! ketemu Dimas, ya!" Sita menarik tas ransel Devi, hingga membuat Devi tertahan.
"Kak! aku masih ada pekerjaan lagi! tolong jangan bawa-bawa aku ke urusan percintaan kalian! aku sama sekali nggak tertarik!" bentak Devi sambil menghentakkan tangan Sita agar melepaskan tasnya. Lalu Devi berlari menuju halte bis dan bertepatan sekali ada bis trans yang datang.
Entah bis ini mau ke mana, yang penting Devi naik dan selamat dari si lampir Sita.