NovelToon NovelToon
Ranjang Kosong Memanggil Istri Kedua

Ranjang Kosong Memanggil Istri Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Kaya Raya / Beda Usia / Selingkuh / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Di balik kemewahan rumah Tiyas, tersembunyi kehampaan pernikahan yang telah lama retak. Rizal menjalani sepuluh tahun tanpa kehangatan, hingga kehadiran Hayu—sahabat lama Tiyas yang bekerja di rumah mereka—memberinya kembali rasa dimengerti. Saat Tiyas, yang sibuk dengan kehidupan sosial dan lelaki lain, menantang Rizal untuk menceraikannya, luka hati yang terabaikan pun pecah. Rizal memilih pergi dan menikahi Hayu, memulai hidup baru yang sederhana namun tulus. Berbulan-bulan kemudian, Tiyas kembali dengan penyesalan, hanya untuk menemukan bahwa kesempatan itu telah hilang; yang menunggunya hanyalah surat perceraian yang pernah ia minta sendiri. Keputusan yang mengubah hidup mereka selamanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Jam menunjukkan pukul tujuh malam dan Hayu mendengar suara mobil Rizal yang masuk ke halaman rumah.

Ia segera masuk ke kamarnya dengan jantungnya yang berdetak kencang.

Ceklek!

Suara pintu yang dibuka oleh Rizal dan ia masuk kedalam sambil menaruh tas kerjanya.

Ia melihat rumah yang sepi dan tidak ada keberadaan Hayu yang biasanya menyambutnya.

"Hayu, kamu dimana?" panggil Riza sambil berjalan kearah ruang makan.

Rizal tersenyum tipis saat mencium aroma masakan yang tidak asing.

Ia melihat di atas meja makan sudah tersaji nasi putih yang mengepul dan semangkuk besar Cumi Asam Manis yang berwarna merah menggoda, lengkap dengan irisan cabai dan bawang bombai.

Rizal langsung tersenyum tipis dan tahu kalau ini jawaban Hayu.

Disaat akan duduk, ia mendengar suara pintu kamar tamu yang dibuka perlahan.

Rizal membalikkan badan, dan ia langsung tertegun saat melihat Hayu yang melangkah keluar dari kamar.

Ia tidak lagi mengenakan pakaian sederhana atau seragam kerjanya.

Malam ini, ia tampil dalam balutan dress selutut berwarna dusty pastel yang lembut.

Rambutnya disanggul sederhana, dan wajahnya dipoles riasan tipis.

Sehingga membuatnya tampak berbeda, anggun dan memancarkan aura seorang wanita, bukan seorang pembantu.

Ia berjalan dua langkah mendekati Hayu, lalu menengadahkan kedua tangannya ke arah Hayu.

Hayu langsung jatuh ke pelukan Rizal dengan air matanya yang mengalir.

Ia membiarkan air matanya membasahi kemeja Rizal, melepaskan semua beban dan keraguan yang ia pikul seharian ini.

Rizal membalas pelukan Hayu dengan erat dan merasakan getaran tubuh Hayu yang menangis haru.

"Aku tahu ini berat untukmu, Yu. Tapi aku janji, aku akan menjadi suami yang baik. Aku akan menghargai ketulusanmu," bisik Rizal.

"I-iya Mas. Aku hanya takut kalau Tiyas akan menganggap ku perebut suami orang." ucap Hayu.

Rizal memegang wajah Hayu dan memintanya untuk tidak berkata seperti itu.

Rizal memegang kedua bahu Hayu dan menjauhkannya sedikit, menatap kedua mata Hayu yang basah.

"Dengarkan aku, Yu. Kamu bukan perebut suami orang. Tiyas yang pergi. Tiyas yang mengkhianati, dan Tiyas yang meminta perpisahan. Kamu ada di sini untuk menyelamatkan sisa hidupku, untuk mengisi kekosongan yang dia ciptakan. Kamu adalah cahaya yang datang setelah badai," ujar Rizal, menyeka air mata Hayu dengan ibu jarinya.

Ia tersenyum lembut, lalu menghela napas, mencoba mencairkan suasana.

"Dan kamu benar-benar cantik malam ini, Yu. Aku hampir lupa kalau aku melamar seorang pembantu, ternyata aku melamar bidadari," goda Rizal.

Pujian itu membuat pipi Hayu memerah seperti kepiting rebus.

Rizal merogoh saku celana kerjanya dan mengeluarkan kotak beludru merah kecil.

Kotak itu terbuka, menampilkan cincin emas putih sederhana dengan satu permata kecil yang bersinar lembut.

"Ini bukan cincin mewah seperti yang Tiyas suka, tapi ini adalah janji ketulusanku," ucap Rizal.

Ia mengambil tangan kanan Hayu dengan lembut.

Tangan yang biasanya sibuk mencuci piring, kini dipasanginya sebuah cincin. Cincin itu pas melingkari jari manis Hayu.

"Mulai sekarang, kamu bukan lagi Hayu, pembantu di rumah ini. Kamu adalah Hayu, calon istri keduaku, dan Ratu di rumah ini," bisik Rizal.

Hayu hanya bisa menganggukkan kepalanya, terlalu terharu dan bahagia untuk berkata-kata.

Rizal menggenggam tangan Hayu, mencium punggung tangannya yang baru saja berhias cincin.

"Sekarang, mari kita rayakan dengan menikmati makan malam yang sudah kamu masak. Ayo, kita nikmati makan malam pertama kita sebagai calon suami istri," ajak Rizal.

Hayu mengangguk dan mengikuti Rizal menuju meja makan.

Rizal menarik kursi untuk Hayu, memperlakukannya layaknya seorang ratu.

"Silakan, Sayang," ucap Rizal, menggunakan panggilan yang baru dan lembut.

Hayu duduk, jantungnya masih berdebar kencang.

Ia melihat semangkuk Cumi Asam Manis itu bukan lagi sekadar masakan, melainkan simbol penerimaannya.

"Semoga Mas suka dengan masakanku," ujar Hayu.

"Aku yakin akan suka, karena kamu membuatnya dengan cinta," balas Rizal.

Mereka mulai menyantap hidangan malam itu dalam keheningan yang nyaman.

Sesekali Rizal tersenyum sambil menikmati cumi asam manis buatan Hayu.

Saat menikmati cumi asam manis, diam-diam Rizal mencuri pandang ke arah wajah Hayu yang kini tampak malu-malu dan bahagia.

Kekosongan rumah tangga yang Rizal rasakan selama sepuluh tahun bersama Tiyas, kini seolah terisi penuh hanya dalam satu malam, berkat kehadiran dan ketulusan Hayu.

Malam itu, aroma Cumi Asam Manis bukan hanya menggugah selera, tapi juga menjadi saksi bisu bersatunya dua hati yang sama-sama terluka dan mencari kehangatan.

Setelah selesai makan, Hayu bangkit dari duduknya dan akan mengambil piring kotor yang baru saja mereka gunakan.

“Biar aku bawa ke dapur, Mas,” ucap Hayu.

Rizal yang melihatnya langsung menghentikan tangan Hayu

“Sayang, biar aku saja yang cuci piringnya.” pinta Rizal lembut.

Hayu menatap Rizal dengan bingung, karena ia sudah terbiasa melakukan pekerjaan itu.

“Mas Rizal, ini kewajibanku,” ujar Hayu sambil tersenyum tipis.

“Kewajibanmu sudah berganti, Yu. Mulai sekarang, kewajibanmu adalah menjadi ratu di rumah ini dan calon ibu dari anak-anak kita nanti. Piring kotor bukan lagi urusanmu.”

Rizal bangkit dan mengambil piring dari tangan Hayu.

“Tapi, karena ini adalah malam pertama kita merayakan keputusan ini. Mari kita lakukan ini berdua. Untuk yang terakhir kalinya.”

Hayu tidak bisa menolak permintaan Rizal yang sudah membawa piring kotor.

Mereka berdua berjalan ke dapur dan ikut membasuh piring, sementara Hayu membilas.

Suasana di dapur terasa penuh kehangatan, jauh dari kesan tugas, melainkan momen kebersamaan yang intim.

Selesai membersihkan dapur, Rizal mengelap tangannya dan menoleh ke Hayu.

“Nah, sudah selesai. Sekarang kamu harus istirahat total. Wajahmu masih menunjukkan kelelahan karena sudah menjagaku di rumah sakit,” pinta Rizal sambil mengusap lembut pipi Hayu.

“Tidur yang nyenyak, Sayang. Besok akan menjadi hari yang panjang.”

Hayu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum tipis.

“Selamat malam, Mas. Mas juga harus istirahat,"

Setelah mengantarkan Hayu masuk ke kamarnya, Rizal berbalik dan berjalan menuju kamar utamanya.

Ia mengambil ponselnya yang tergeletak di nakas dan langsung menekan nomor Riska, sekretaris pribadinya, meskipun waktu sudah larut malam.

Telepon tersambung.

“Riska, maaf mengganggu malam-malam. Ada dua hal penting yang harus kamu urus lusa,” ucap Rizal dengan nada tegas, tanpa basa-basi.

“Siap, Pak Rizal. Ada yang bisa saya bantu?” jawab Riska.

“Pertama, saya ingin kamu segera menghubungi pengacara saya. Urus perceraian dengan Tiyas secepatnya. Tidak ada negosiasi, berikan saja apa yang dia mau agar prosesnya cepat selesai. Saya akan mengirimkan buktinya sebentar lagi.”

Riska terdiam sejenak, mencerna instruksi yang sangat serius itu.

“Baik, Pak. Saya urus jalur cepat.”

“Bagus. Dan yang kedua, Riska. Saya ingin kamu menyiapkan pernikahanku di rumah ini. Lusa. Pernikahan sederhana, tertutup, tapi semua harus sempurna. Hanya keluarga inti dan kerabat dekat yang diundang. Hubungi tim wedding organizer yang terpercaya. Tidak perlu mewah, yang penting sah dan berkesan. Calon istri saya adalah Hayu Deswita.”

Riska hampir menjatuhkan pulpennya dan terkejut ketika mendengar perkataan dari Rizal.

“Lusa, Pak? Itu sangat mendadak. Tapi, saya akan segera siapkan semuanya, Pak. Selamat atas keputusan Bapak,” ujar Riska dengan suara kagum.

“Terima kasih, Riska. Kirimkan semua detail persiapan ke email saya pagi-pagi. Dan satu lagi, jangan sampai Tiyas tahu soal pernikahan ini sebelum surat cerai itu sampai di tangannya.”

Rizal menutup telepon, menaruhnya kembali di nakas.

Ia menatap ke langit-langit, menarik napas lega.

Tekanan di dada yang ia rasakan selama sepuluh tahun seolah terlepas sepenuhnya.

Malam itu, Rizal bisa tidur nyenyak didampingi oleh aroma Cumi Asam Manis yang menjadi penanda babak baru dalam hidupnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!