AFFAIR WITH UNCLE

Happy Reading

.

.

Ada yang berbeda dengan suasana makan malam kali ini. Kedatangan tuan besar Biantara dan istrinya nyonya Laras serta empat orang yang ikut juga ke Indonesia. Membuat meja makan menjadi ramai, Ravindra yang biasanya sifatnya sudah dari dulu dingin dan datar jarang sekali tertawa sekarang tertawa dengan lebarnya akibat ulah lucu keponakannya. Leanna yang melihat itu semua terpana.

beberapa detik kemudian, Nathaniel malah menjadi rewel dan akhirnya dibawa ke kamar oleh Melinda.

‘Sungguh om Ravin jika tertawa seperti itu ketampannya makin bertambah.’ batin Leanna.

“Apa kamu yang bernama Leanna?" tanya nyonya Laras yang duduk disebelah suaminya dan menunjuk seseorang yang berada di tengah-tengah Bi Surti dan Hellena.

Sebelum mulai makan malam Laras ingin bertanya-tanya terlebih dahulu, anggota keluarga juga belum lengkap karena Melinda masih berada didalam kamar mengurus Nathaniel yang rewel.

Jadi makan malam tunda sebentar menunggu satu orang yang belum hadir, tuan Biantara tidak suka jika dimeja makan anggotanya tidak lengkap. Terkecuali orang itu memang tidak berada dikediaman atau sedang sakit tidak bisa untuk keluar kamar.

“Iya nyonya saya Leanna," jawab Leanna dengan sopannya.

“Kamu masih muda ternyata sudah pintar masak ya," puji Laras.

“Nyonya bisa aja, saya juga masih belajar dalam memasak nyonya masih dibantu sama Bi Surti dan bu Elle,” ujar Leanna.

“Kamu cepat sekali akrab dengan Hellena, padahal yang saya tahu Hellena tidak suka dipanggil Elle dan ini kamu memanggilnya dengan nama panggilan Elle.”

Leanna menoleh menatap Hellena karna ia baru tahu jika yang sering ia panggil dengan sebutan bu Elle tidak suka dengan panggilan itu.’tapi kenapa bu Elle tidak bilang padanya, kan ia bisa mengubah panggilan itu.’ ucapnya dalam hati.

“Saya sama sekali tidak tahu nyonya kalo bu Elle tidak suka dengan panggilan itu. Bu Elle sangat baik sama saya nyonya dan saya juga sudah menganggap bu Elle seperti ibu saya sendiri," jujur Leanna, ia juga sangat menyayangi wanita itu dengan ketulusannya.

Laras mengut-mangut.”Tapi disini saya liat Hellena tidak marah dengan mu yang memanggilnya itu. Oh, iya apa kamu masih SMP?" tanya lagi.

“Tidak nyonya saya sudah kelas 12 SMA." jawab Leanna.

Kembali Laras mangut-mangut dan tersenyum pada Leanna lalu membalas itu. Yang lain hanya mendengarkan obrolan sang nyonya besar Adams dengan Leanna. Tuan besar Biantara tidak ingin bertanya karna sudah diwakili oleh nyonya Laras istrinya. Ravindra yang melihat keduanya saling mengbrol seperti sudah sangat akrab saja. Tidak dengan Sheilla yang malah menatap sinis kearah Leanna, hatinya tambah semakin memanas sedari pagi tadi, mertuanya yang terus-menerus memuji Leanna, apalagi mereka yang berbicara seperti sudah sangat akrab sekali.

Melinda yang tadi ditunggu sudah keluar dari dalam lift dengan Nathaniel digendongannya, lalu duduk didekat James suaminya. Leanna yang melihat Melinda kerepotan saat makan sambil memangku Nathaniel, ia pun berbicara.

“Emm, maaf mba. Lea liat mba Melinda susah makannya sambil memangku tuan muda Nathaniel. Bolehkah tuan muda Nathaniel biar bersama saja dulu, biar saya ajak main dulu.” ujarku menawarkan untuk mengasuh tuan muda Nathaniel selama ia makan.

Sebelum Melinda memberikan Nathaniel pada Leanna, ia menatap suaminya James dan Laras tantenya. Kedua orang itu memberikan anggukan, akhirnya Melinda menyerahkan Nathaniel ke dalam gendongan Leanna.

Nathaniel yang berada didalam gendongan Leanna, asik tertawa dan memainkan rambutnya. Leanna pun membawa Nathaniel ke salah satu ruangan yang sudah dijadikan tempat bermain dan sudah tersedia banyaknya mainan anak-anak.

Setelah Leanna pergi dengan membawa Nathaniel, semua orang berada dimeja makan memulai makan malam tanpa suara dan dalam keheningan. Tuan Biantara tidak ingin terjadi pembicaraan saat makan berlangsung, karna itu akan membuat tersedak saat mengunyah makanan. Soal yang tadi pagi ia banyak bicara saat makan karna dia sangatlah memuji masakan yang dimakannya benar-benar sangat enak.

...****...

Setelah selesai dengan makan malam keluarga lengkap, sekarang semua keluarga berkumpul di ruang khusus untuk perkumpulan keluarga bukan ruang tamu yang biasa dijadikan untuk berkumpul juga. Mansion Adams memang sangat lengkap ruangan apa saja sudah tersendiri.

“Vindra, Sheilla. Kapan kalian kasih mami sama papi cucu, ingat loh pernikahan kalian sudah dua tahun,” ujar Laras mengawali obrolan keluarga.

Sebelum menjawab Sheilla melirik suaminya.”Mungkin aku sama Ravindra belum dikasih kepercayaan mi, buat punya anak dan mengurusnya.”

“Iya mi, kami berdua juga selalu berusaha," timpal Ravindra.

“Mami paham itu, tapi apa kalian sudah periksa kedokter agar tahu kesuburan kalian untuk punya anak," ujar Laras membuat keduanya sama-sama menggeleng.

“Kenapa belum periksa?” ditanya Laras seperti itu mereka berdua terdiam.

“Tidak usah dijawab pun mami tahu, kalo Vindra pasti sibuk dikantor dan kamu juga sibuk di butik. Iyakan?"

“Sabar mi…” kata tuan Biantara menenangkan istrinya.

“Engga pi, mami pengen cepat-cepat gendong cucu. Apalagi umur mereka sudah tidak muda lagi, Sheilla yang lebih tua dari Vindra, mami takut kalau Sheilla tidak bisa untuk mengandung lagi.” tutur Laras.

Mendengar ucapan mami mertuanya, Sheilla tersinggung dan berdiri dari duduknya lalu berlari menuju keatas. Ia tidak kuat mendengar ucapan mami mertuannya, memang tidak tajam tapi sangat menyayat hatinya. Tuan Biantara yang melihat menantunya pergi pun menyuruh Ravindra menyusulnya.

“Vind susul istri mu ke atas," tintah tuan Biantara. Ravindra menurut saja dan pergi menyusul istrinya.

“Pi, apa perkataan mami tadi sangat jahat.” tanya Laras pada suaminya, saat melihat kepergian menantunya.

Tuan Biantara yang ditanya oleh istrinya hanya terdiam tidak menjawabnya, Melinda tahu kalo uncle nya yang diam saja pun bermaksud mendekat duduk disamping Laras tantenya.

“Engga tante, mungkin kakak ipar hanya sedikit sensitif dengan pembahasan anak," tukas Melinda menjawabnya.

Laras mendengar ucapan keponakan tersenyum.”Nanti mami bakal minta maaf saja, dan membicarakannya berdua dengan Sheilla.”

“Itu lebih bagus tante.” ujar Melinda.

Setelah pembahasan itu, mereka mengobrol topik lainnya. Sampai tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 21:00, mereka yang tinggal berlima saja diruang keluarga menyudahi pembicaraan malam ini. bertepatan saat ingin keatas Leanna datang dari arah ruang khusus bermain membawa Nathaniel yang sudah tertidur dalam gendongannya.

Leanna pov.

Di dalam ruang khusus bermain, aku sebenarnya mendengar pembicaraan mereka, ruang keluarga dan bermain hanya berhadapan saja, ruang khusus keluarga dibuat tanpa pintu sedang khusus bermain dibuat dengan pintu.

Kalau pintu ruang bermain ditutup rapat, otomatis aku yang didalam pastinya tidak akan bisa mendengar pembicaraan mereka yang diluar, tetapi karna pintunya tidak sengaja tidak tertutup rapat dan masih ada celahnya. Jadi aku bisa mendengarkan pembicaraan mereka.

Walaupun sebenarnya aku tadi ingin mengantar tuan muda Nathaniel yang sudah tertidur pada ibunya, tetapi tidak jadi saat mendengar suara nyonya Laras bertanya tentang anak pada tante Sheilla dan om Ravin. Membuatku berhenti dan kembali pada tempatku untuk mendengarkannya.

Memang tidak sopan tapi karna kekepoan yang sangat ingin tahu. Setelah itu aku mendengar tuan besar Biantara menyuruh om Ravin menyusul tante Sheilla. Sehabis itu aku langsung menutup pintu ruang khusus bermain dengan rapat, karna tidak ingin mendengarkan lagi.

“Ternyata tante sudah dua tahun menikah dengan om Ravin dan mereka masih belum punya anak.” kataku dengan sedikit keras karna ruang ini juga kedap suara.

Tapi aku malah membuat tuan muda Nathaniel gelisah dalam gendonganku, aku pun mencoba menimangnya dan tuan muda Nathaniel kembali tidak nyaman dalam tidurnya. Aku yang merasa kasian dengan tuan muda Nathaniel yang sepertinya tidak nyaman terlelap dalam gendonganku pun membawa keluar dan memberikan pada mba Melinda. Kebetulan saat itu betepatan dengan mereka semua yang ingin naik keatas kekamar masing-masing dan aku juga pamit untuk pergi ke pavilium.

Akupun juga sudah lelah, karna besok aku akan memulai rutinitas ku kembali sebelum berangkat ke sekolah yaitu membantu Bi Surti dan bu Elle di dapur. Apalagi besok adalah hari senin dimana upacara dan itu panas-panasan dilapangan.

“Pengen tidak sekolah, tapi aku harus melanjutkan cita-cita ku yang ingin menjadi desainer. Karna itu juga impian ibu,” keluhku sendiri sambil berbaring, sebelahku Bi Surti sudah tertidur pulas duluan saat aku sampai di pavilium tadi.

“Semangat Leanna kamu pasti bisa melewati ini semua.” kataku memberi semangat pada diriku sendiri.

Mataku pun mulai mengantuk dan aku memejamkan mataku lalu tertidur.

****

Bersambung. . .

Follow juga ya!!

Like, comennt, rate 5. jangan lupa gifts+vote nya.