Cinta pada pandangan pertama
Michael Hermawan murid kelas X bertemu dengan
Mutiara Putri Anjani kelas XII saat ujian semester yang duduk bersebelahan dengannya selama ujian berlangsung.
selama 1 minggu itu, bibit cinta tumbuh dalam hati Michael.
Apa saja yang dilakukan oleh Michael untuk menarik perhatian Tia yang notabene 2 tahun berada diatasnya?
Bagaimana Michel berusaha mengatasi berbagai rintangan untuk mendapatkan Tia
saat Tia hanya menganggap Michel sebagai adik kelasnya?
Apalagi ternyata Tia sudah dijodohkan dengan Indra, mahasiswa tahun akhir cucu dari teman kakeknya.
Dan Daniel, seorang pengusaha entertainment yang mengorbitkan sekaligus mencintai Tia.
terima kasih sudah membaca.
semoga kalian suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EnderGamer 1256, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aster dan Danny
"yah..aku tidak ingin bekerja dibawah boss yang arogant.
Kurasa aku akan kerja di Indonesia saja. " sahut Aster cemberut.
Semua mata menatapnya.
"Apa ? " tanyanya.
"Ter, loe baru aja menyebut Danny arogant." bisik Tia.
"owh.." Aster menutup mulut.
Danny tersenyum tipis.
" Apa kau takut padaku ?" tanyanya.
"Tidak !! Kenapa aku harus takut padamu ?!" tantang Aster.
Seisi ruangan kembali menatap mereka bolak balik.
"Sebetulnya apa yang terjadi pada kalian?" tanya David.
Aster tersadar.
"Tidak ada apa-apa."
"Mrs Smith...masakan anda enak sekali."
katanya mengalihkan pembicaraan.
"Terima kasih Aster."
"Memangnya kau sedang makan apa ?" suara Danny kembali terdengar.
"kentang." jawab Aster asal.
"Kau sedang menyuap daging." kembali Danny mengejar.
Aster menunduk.
Garpunya sedang menusuk daging.
"Tadi aku makan kentang." jawab Aster
"sebelum ini kau menyuap daging." balas Danny.
"dan memang apa pedulimu aku menyuap daging atau kentang. " Aster menjawab ketus.
"kau menyebutku arogant.
Kau.
Yang tidak tau apakah sedang makan daging atau kentang. " tunjuk Danny
Aster sudah membuka mulut untuk membalas
"Hei..hei...calm down." David menyela.
"Maaf." Aster menunduk.
"Danny...tidak bisakah kau mengalah pada tamuku?" Mrs Smith menegur.
"Sorry Mom.
Maaf Aster.
Aku juga minta maaf membentakmu tadi di halaman "
Aster mengangkat wajah. Terperangah.
Si arogant ini minta maaf.
"Kau membentak Aster ?" tanya Dave.
" iya tadi.." Danny memerah.
"Apa yang kau pikirkan. Dia tamu kita.! " kata Dave.
"Aku tidak tau dia tamu kita.
Dia menumpahkan cat di halaman kita
Kupikir dia trespassing" balas Danny membela diri.
"Aku tidak sengaja !
Aku kan sudah minta maaf tadi." Aster juga membela diri.
"Ooh..astaga kalian ! " keluh Mrs Smith.
"Apa kalian sudah selesai ? ayo kita pindah ke ruang tamu. "
Mereka lalu pindah ke ruang tamu.
Aster mengambil sofa terjauh dari Danny.
Dia menarik Tia dan Davina berkumpul di dekatnya.
Tapi ketenangannya tidak berlangsung lama.
"Aku tidak ingin kalian terus bertengkar. Apalagi kita bertetangga.
Danny... Aster...ayo..kalian berjabat tangan." Mrs Smith berkata.
Danny menghampiri Aster.
"Aku minta maaf " katanya menyodorkan tangan.
"Sama-sama." jawab Aster pendek, tidak ingin memperpanjang masalah.
"Apa kau mau makan malam denganku?
anggap sebagai permintaan maaf.
"aku tidak mau."
"kenapa tidak mau."
"yaah...seperti yang kau bilang tadi, bahwa aku takut padamu."
"hahaha.." Danny terbahak.
Aster menyipit.
"Tadi kan kau bilang tidak takut padaku." kata Danny.
Aster membuka mulut.
"Aku berubah pikiran."
"Kalian berdua ini sebaiknya dimasukkan ke dalam kamar. " cetus David.
Wajah Aster memerah.
"Danny..kau ini wakil direktur perusahaan media kedua terbesar.
mengalahlah pada seorang mahasiswa baru yang bahkan belum mulai kuliah.
Berapa umurmu Aster? " tanya David.
"18 "
"Nah...kau berdebat dengan bocah berumur 11 tahun dibawahmu.
Malu lah sedikit. " kata David lagi.
"18 ? Astaga..aku sudah gila rupanya." gerutu Danny. Dia keluar dari ruangan.
Aster menarik nafas lega saat Danny keluar ruangan.
"Maafkan anakku Aster.."
"Saya pun minta maaf Mrs Smith.
saya sudah merusak acara makan siang anda. " jawab Aster malu.
"Kakakku sepertinya sedang stres. Tidak biasanya dia begitu. " kata Dave.
"Betul...
kau tenang saja Aster...
kalau dia mulai mengajak berdebat lagi, panggil saja kami " David berkata sambil nyengir.
"yaah...aku sih berharap kesempatan itu sudah tidak ada lagi. " Aster ikut nyengir.
"Tapi loe juga gak biasanya begini Ter. " kata Davina.
Tia mengangguk.
"Loe gak pernah ngajak debat orang asing di depan orang banyak seperti tadi.
apalagi dia kakak Dave yang udah banyak nolong kita." katanya.
Aster memerah.
"gue minta maaf. Tapi tadi gue kesel banget liat dia. Sampe lupa kalo ini rumah ibunya. " cengirnya.
Mereka bertiga memakai bahasa Indonesia.
Mrs Smith menggamit tangan Indra.
"bisa terjemahkan mereka bicara apa ?"
"Anda mau menguping Mrs Smith?" tanya Indra iseng
"aku ingin tau saja." kata Mrs Smith.
Maka Indra menerjemahkan percakapan ketiga gadis itu.
Mrs Smith menatap Aster semakin tertarik.
Dia ingat perkataan Danny tentang pertunangan yang tidak lagi ada.
Ini menarik.
Danny biasanya juga tidak gampang terpancing perdebatan dengan wanita. Apalagi gadis belasan tahun.
Mahasiswa baru yang bahkan belum masuk kuliah seperti kata David tadi.
Aku akan sering mengundang ketiga gadis itu kemari. - putusnya.
--------------------?---???
Setelah berpamitan, mereka lalu pulang.
Tia mengatakan pada Indra bahwa dirinya ingin main di rumah Davina dan Aster.
"Telpon aja aku kalo kau sudah mau pulang. " kata Indra.
Tia mengacungkan jempolnya.
Mereka lalu berpisah.
Tia, Aster dan Davina berjalan kaki menuju rumah mereka.
Dari sudut halaman, Danny memperhatikan mereka berjalan pulang.
Dia lalu memutuskan untuk mengikuti mereka dari jauh.
Dirinya dipenuhi rasa ingin tau dimana mereka tinggal.
Lagipula dia tau kalau dia tetap di rumah, ibunya akan menginterogasinya tentang pertunangan itu.
Dia sedang malas membicarakannya.
Saat ini dia sedang mengambil cuti untuk menenangkan diri setelah mengambil keputusan untuk tidak melanjutkan hubungan dengan Julie.
Sambil berjalan santai, Danny menghela nafas.
hmm...bukankah itu Indra? - batinnya.
Indra tampak mengikuti 3 gadis itu perlahan dibelakang. Berusaha untuk tidak ketahuan.
Danny mempercepat langkahnya.
sampai di mobil Indra, dia mengetuk kaca.
Indra yang kaget segera membuka kaca.
"Danny!" sapanya. Lalu membuka kunci pintu mobil.
Danny menyelip masuk.
"Kau mengikuti mereka ?" tanya Danny
"Iya. "
"Kenapa?"
"Tidak ada apa-apa. Cuma mereka bertiga baru di daerah sini. Aku takut ada apa-apa. " jawab Indra.
"Kau sendiri sedang apa?" tanyanya.
Danny tidak menjawab.
Dia sendiri juga tidak tau Kenapa dia mengikuti mereka.
"Yaah..aku tadi melihat mereka berjalan sendiri. Jadi aku memutuskan mengikuti mereka.
Mungkin sama seperti kau, mereka baru disini.
"Kenapa tadi kau pergi ?" tanya Indra
"hmm...hmmm entahlah." Danny menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Mereka diam.
"selain Tia, apa kau kenal mereka sebelumnya ?" tanya Danny.
Indra ragu sesaat. Lalu menggeleng.
"aku kenal mereka saat mereka disini.
mereka semua 1 sekolah dulu.
Tadinya hanya Tia yang akan kuliah disini. Lalu entah bagaimana 4 orang temannya ikut."
"4, mereka tadi bertiga."
"ya..yang 2 lagi cowok.
kemarin aku bersama mereka " Indra menganggukkan kepalanya pada ketiga gadis itu "ketemu ibumu belanja. Ibumu lalu mengundang kami hari ini. "
Danny mengangguk.
Dia memperhatikan Aster dan Tia tertawa pada sesuatu yang diceritakan Davina.
"siapa yang mencarikan rumah untuk mereka ?" tanya Danny menganggukkan kepala pada rumah yang dimasuki oleh ketiga gadis itu.
"kami bertiga. Aku, Steve dan Dave. Ada beberapa rumah kosong yang tadinya ditinggali oleh mahasiswa dari Indonesia."
Danny mengangguk.
Dia mengingat-ingat rumah yang ditempati kedua gadis itu.
Mungkin suatu hari dia perlu mendatangi gadis itu.
Gadis yang berani membantah setiap perkataannya.
Tidak banyak gadis menarik seperti itu.
SDIKITPUN TDK SEDIAKN PMGAWAL BUAT TIA, MLH DANIEL YG SDIAKN, HRSNYA SI KEL YG SDIAKN...