JENNAIRA & KAFINDRA NARAIN DEWANDARU
Gadis bernama Jennaira harus merasakan kecewa terbesar dalam hidupnya karena membiarkan orang asing merampas sesuatu yang amat sangat berharga baginya.
Ia sempat merutuki kebodohannya karena membiarkan kejadian itu terjadi berulang kali dalam waktu semalam . Tak ada penolakan yang benar-benar ia lakukan.
Dalam keadaan mab*k membuatnya hilang setengah kewarasannya saat itu, hingga ia sadar saat hinaan dan tuduhan tak berdasar dilayangkan padanya .
Wanita ****** dari mana kamu berasal?
Berapa kamu dibayar untuk menghancurkan hidup saya?
Bahkan disaat ia menjadi korban di sini, laki-laki itu sibuk memikirkan kekasihnya. Dunia seolah hanya berisi wanita itu . Tidak memikirkan Jenna yang saat ini tengah terpuruk dengan kenyataan yang ada.
Ikuti kisah Jenna yuk ! Baca dan beri komentar mu tentang karya author 😁🤗 ini hanya untuk orang dewasa ya, anak kecil bukan bacaan seperti ini yang dibaca 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Butterfly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30
Jenna yang baru masuk sudah disuguhkan pandangan siluet seorang laki-laki dengan punggung lebar serta tegap. Ototnya tercetak jelas pada kaos yang tampak ketat di tubuh itu.
Siapa pria itu? pikir Jenna.
Merasa ada suara asing di rumahnya, si pria itu menoleh kebelakang mencari sumber suara berasal. Begitu keduanya bersitatap pandang yang ada hanyalah sunyi diatas kebingungan dibenak mereka masing-masing.
Ada keterlibatan apa pria itu dirumah ini, pikir Jenna.
Begitupun Kafindra, ia cukup terkejut saat mantan OB di kantornya datang kerumah Omanya sepagi ini. Bahkan dari gerak geriknya, si wanita tampak akrab dengan Omanya.
Jenna sepontan menunduk kecil saat sadar dari keterkejutan nya, pria didepannya adalah mantan bos nya si pemilik gedung pencakar langit dengan kekayaan yang fantastis. Dalam mimpi pun Jenna rasanya tak pantas memiliki itu semua.
" Pagi Pak, " sapa Jenna, masih dengan aura bawahan di kantor.
" Hem " Kafindra hanya bergumam, suaranya yang serak dan berat apalagi masih di pagi hari membuat Jenna, terpaku sejenak.
Tak berselang lama, Oma Winda nampak menuruni anak tangga dari lantai dua. Penampilannya yang sudah rapi serta lipstik merah merona dibibir tipis itu menambah aura segar di tubuh yang tak lagi muda itu.
" Oma cantik sekali, " puji Jenna begitu matanya tak bisa berpaling dari wanita tua itu.
Sedangkan si pria yang tengah sibuk menggeser layar tab ditangannya terlihat mencebikkan bibirnya. Dalam hati ia merutuk sikap Jenna, yang berubah manis saat bersama Omanya.
Pasti lagi ngerayu Oma, biar bisa diporotin uangnya ____cih.
Kafindra berusaha tak peduli dengan dua wanita itu, entah tujuannya apa, Oma Winda sampai mau menerima Jenna sebagai tamu sepagi ini, bahkan dengan jamuan serepot ini.
" Duduk sayang, Oma masak makanan enak hari ini, " ucap Oma Winda, ia menarik tubuh gadis itu untuk duduk di samping kursi utama meja makan, yang biasanya diduduki oleh Kafindra.
" Terima kasih Oma, " Jenna tersenyum canggung. Di ujung meja sana, Kafindra tampak tenang sekali menikmati kopi dan roti dengan tab yang terlihat mungil ditangan besar nya .
Jenna hanya membatin dalam hati, huh kenapa rasanya nyaman sekali bisa menatap wajah itu. Padahal laki-laki itu lah yang menyebabkan dirinya keluar dari pekerjaan pertamanya dan dipandang rendah oleh keluarga pria itu.
Ditengah heningnya sarapan pagi, Oma Winda tampak menatap cucunya yang masih disibukkan dengan tab ditangannya itu.
" Tumben nggak ke kantor? " tanya Oma Winda.
Kafindra mengangkat wajah nya , ia naikkan sebelah alisnya , " Kenapa memangnya? Ada yang terganggu dengan kehadiran saya? . "
Matanya beralih menatap Jenna, yang hanya diam sejak tadi. Sedangkan Oma Winda tampaknya sadar akan ucapan cucu laki-laki nya, pasti dia kesal sekarang karena sudah mendapat saingan baru.
" Jaga pandanganmu Kaf, jangan sampai garpu ini melayang kesana ya, " ancam nya tak main-main. Ia melihat tatapan permusuhan Kafindra untuk Jenna.
Kafindra berdecih pelan, lihat saja belum apa-apa nenek tua itu sudah berani melakukan pembelaan untuk wanita itu.
" Jangan asal menerima orang asing Oma, siapa yang dapat menjamin kalau dia tidak punya niat jahat untuk keluarga kita? " suara nya tenang, tapi kata-katanya mampu membuat Jenna meradang.
Apa yang ada diotak laki-laki itu? Ibu dan anak nya sama saja, suka merendahkan orang lain. Apa masih kurang dengan dirinya angkat kaki dari perusahaan itu, bahkan ia tak meminta pertanggung jawaban apapun saat itu. Selera makan Jenna, hilang seketika.
" Apa mulutmu itu ku ajari bicara tak sopan begitu, Kaf ? Semakin lama sifatmu itu memang mirip dengan Mama mu. Rasanya sia-sia aku mendidik mu selama ini, " Oma Winda menatap cucu yang selama ini ia besarkan tanpa campur tangan menantu perempuannya yang tak lain Ibu kandung Kafindra.
Sejak lahir, Kafindra, sudah diabaikan oleh Ibunya sendiri. Memilih sibuk dengan segudang pekerjaannya ketimbang mengurus anaknya yang masih kecil saat itu. Bahkan satu minggu setelah melahirkan, Mama Kafindra sudah kembali ke kantor untuk bekerja.
Kafindra kecil diurus oleh Oma Winda, hanya Ayah anak itu yang sering datang menjenguk putranya. Sebagai seorang suami pun, putranya gagal membimbing istrinya .
Kafindra tak menjawab, ia langsung bangkit dengan gerakan kasar sebagai bentuk protesnya kepada sang Oma. Ia kesal jika sifatnya disamakan dengan Mama nya sendiri. Setelah beranjak dewasa, Kafindra sudah paham akan ketidakpedulian seorang Ibu kepada anaknya.
Selama ini ia hanya menghormati wanita itu sebagai seorang wanita yang melahirkannya dengan bertaruh nyawa. Tak ingin berekspektasi lebih dengan berharap disayang layaknya Ibu dengan anaknya. Pikirnya waktu itu sudah ada Oma, kasih sayang wanita tua itu lebih dari cukup untuknya.
" Sudah Oma, " Jenna mengelus pelan lengan Oma Winda . Wanita tua itu masih menatap kepergian Kafindra yang naik kelantai atas.
Dengan menghela napas kasar, Oma Winda mengalihkan pandangannya pada Jenna, " Maaf sayang, kesan pertama mu datang kesini tidak cukup baik. Maafkan cucu Oma ya? " ucap Oma Winda, gurat diwajahnya terlihat sekali nampak kesedihan yang cukup dalam.
Entah kenapa Jenna, jadi ikut sedih melihatnya. Ada apa sebenarnya di keluarga ini? Ternyata hidup orang kaya tidak selalu baik ya, pikirnya.
Jenna, menarik bibirnya tanpa ragu, " Tidak perlu dipikirkan Oma, Jenna baik-baik saja, " jawabnya yang langsung mendapat pelukan dari wanita itu.
" Terimakasih sayang, kamu baik sekali hem. Orang tuamu pasti bangga padamu, " gumamnya.
🦋🦋🦋🦋
Maaf ya baru up 😌