NovelToon NovelToon
Bossku Ayah Anakku

Bossku Ayah Anakku

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Hamil di luar nikah / Anak Kembar / Kehidupan di Kantor / Crazy Rich/Konglomerat / Romansa
Popularitas:42.2k
Nilai: 5
Nama Author: Melon Milk

Dasha Graves, seorang ibu tunggal yang tinggal di Italia, berjuang membesarkan dua anak kembarnya, Leo dan Lea. Setelah hidup sederhana bekerja di kafe sahabatnya, Levi, Dasha memutuskan kembali ke Roma untuk mencari pekerjaan demi masa depan anak-anaknya. Tanpa disangka, ia diterima di perusahaan besar dan atasannya adalah Issa Sheffield, ayah biologis dari anak-anaknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

30

Pagi-pagi sekali Dasha sudah terjaga. Hari ini ia dan anak-anak akan berangkat ke Roma.

Sebelum berangkat, ia berniat mengunjungi Levi. Ia butuh seseorang untuk menampung segala emosi yang bercampur aduk dalam dirinya, dan hanya Levi yang bisa ia ajak berbagi.

“Ciao!” sapanya sambil tersenyum ketika masuk ke dalam kafe milik Levi.

“Dasha!” seru Levi, kaget dan langsung berdiri dari kursinya. Wajar saja, Dasha tidak memberitahu sebelumnya kalau ia akan datang.

“Kau sibuk?” tanyanya.

“Untukmu? Tidak pernah,” jawab Levi sambil tersenyum.

“Ah, kau memang suka bercanda. Tapi, bisa kah kita pergi ke tempat favorit kita dulu? Aku ingin menumpahkan isi kepalaku, dan kupikir hanya kau yang bisa kudatangi untuk itu.”

“Tentu saja, selalu bisa.” Levi menyerahkan kunci mobilnya pada Dasha. “Kau duluan saja ke mobil, aku menyusul.”

Beberapa menit kemudian, ia keluar membawa dua gelas kopi panas.

“Ayo,” katanya sambil membukakan pintu untuk Dasha.

“Wah, ini sih enak. Aku yang curhat, tapi malah dapat kopi gratis,” goda Dasha.

“Untukmu, semuanya gratis,” jawab Levi ringan.

Tak lama kemudian, mereka tiba di jalan setapak menuju tempat yang dulu sering mereka datangi, sebuah tepi sungai yang tersembunyi di balik pepohonan.

“Kita parkir saja di tempat pak Brown, menjaga mobil, biar aman,” ujar Dasha.

“Selamat pagi, Pak Brown,” sapa Dasha ramah pada lelaki tua yang sudah beruban.

“Ah, Dasha? Levi? Kalian berdua?” katanya sambil tersenyum.

“Iya, kami, Pak,” jawab Levi.

“Wah, dari dulu aku tahu kalian cocok sekali! Kupikir kalian sudah menikah!”

Dasha tertawa. “Aduh, Pak Brown, tidak ah. Kami hanya teman.”

“Ah, ya sudah. Parkir saja di sini, biar aku yang jaga mobil kalian.”

Mereka pun berjalan bersama menelusuri jalan berkerikil yang menuju sungai.

“Banyak hal berubah, ya?” ucap Dasha tiba-tiba.

“Hm?”

“Dulu, jalan ke sini dipenuhi semak dan hewan liar. Sekarang rasanya mudah sekali berjalan. Aku jadi penasaran, apakah sungainya juga berubah?”

Levi menatapnya sekilas dan berbisik, “Tidak semua hal bisa berubah… seperti perasaan yang semakin dalam.”

“Hah?” Dasha menghentikan langkah.

“Ah, maksudku… itu dia sungainya. Kau nilai sendiri, berubah atau tidak,” katanya cepat, sambil menunjuk ke arah aliran air jernih di depan mereka.

Dasha tersenyum, matanya berbinar. “Hampir tidak ada yang berubah.”

“Ya, ada hal-hal yang memang tetap sama,” balas Levi sambil duduk di bawah pohon.

Dasha duduk di sebelahnya. Levi menyerahkan kopi yang tadi ia bawa.

“Bagaimana hidupmu?” tanya Levi.

“Leo dan Lea sudah tahu siapa papa mereka,” jawab Dasha pelan.

“Dia bosmu, bukan? Si… Issa Sheffield?”

“Iya. Aku tidak menyangka saat diterima di Sheffield Corporation, orang pertama yang kutemui justru dia. Saat itu aku tidak peduli siapa atasanku, yang kupikir hanya pekerjaan yang bagus.”

“Kau tahu aku pernah bilang, kau bisa bekerja di perusahaanku,” ujar Levi pelan.

“Aku tahu, tapi aku tidak ingin terus bergantung padamu. Kau sudah banyak membantuku, Levi. Waktu itu aku hanya ingin berdiri dengan kakiku sendiri.”

Mereka terdiam sejenak, menatap riak air yang berkilau di bawah matahari.

“Tak mudah bekerja bersamanya. Selalu ada sesuatu di udara, hal-hal pribadi yang belum selesai di masa lalu. Dan lucunya, meskipun sudah bertahun-tahun berlalu, aku tetap pengecut. Aku masih takut mengakui semuanya,” kata Dasha getir.

“Aku takut kalau Issa tak bisa menerima anak-anak kami… atau lebih buruk lagi, dia akan mengambil mereka dariku. Kau tahu aku tidak bisa jauh dari mereka.”

Levi mendengarkan tanpa menyela.

“Tapi entah bagaimana, hubungan kami mulai membaik. Aku sempat berpikir… mungkin inilah saat yang tepat untuk jujur. Tapi aku menunda lagi, sampai akhirnya waktu yang lelah membuat semuanya terbuka sendiri. Lea sakit dan Issa datang ke sini. Di sanalah dia melihat anak-anak. Aku tidak punya pilihan selain mengatakan yang sebenarnya.”

“Dia marah, tentu saja. Tapi akhirnya amarah itu hilang ketika ia mengenal Leo dan Lea. Meski begitu, aku tetap menyesal. Aku rasa penyesalan itu tidak akan pernah hilang.”

Levi menghela napas pelan. “Kau harus belajar memaafkan dirimu, Dasha. Semua orang bisa salah. Tapi kesalahan itu tidak menentukan siapa kita.”

Mereka terdiam lama, hanya mendengarkan aliran air dan desiran angin.

***

Beberapa jam kemudian, mereka tiba kembali di depan rumah.

“Jadi, sampai jumpa lagi?” tanya Levi.

“Tentu. Kalau kau ke Roma, kabari aku. Aku ingin menebus persahabatan ini. Kau sudah terlalu banyak berbuat, dan aku ingin gantian.”

“Baiklah, asal kau yang traktir,” gurau Levi.

Dasha tertawa. “Deal. Hati-hati, ya.”

Levi melambaikan tangan sebelum masuk ke mobilnya. Dasha berdiri sampai mobil itu menghilang dari pandangan, lalu berbalik hendak masuk ke dalam rumah. Tapi..

“Ya Tuhan, Issa! Kau mau membuatku jantungan?” katanya kaget. Pria itu bersandar di gerbang, entah sejak kapan.

“Sudah lama di situ?”

Issa menatapnya tajam. “Kenapa? Takut aku mendengar apa yang kalian bicarakan? Kau khawatir?”

“Apa maksudmu? Kenapa aku harus khawatir?”

“Atau seharusnya aku yang khawatir, Dasha? Dia itu kekasihmu, kan? Makanya kau meninggalkanku waktu itu? Karena dia?” suaranya meninggi, penuh kecemburuan.

“Dia sahabatku! Jangan bawa-bawa Levi ke sini, Issa! Kau tidak tahu apa-apa!” Dasha menahan amarah. “Kau pikir aku masih punya waktu untuk bermain hati setelah semua yang terjadi? Aku tidak seperti itu!”

Issa hanya diam, wajahnya menegang.

“Yang tidak adil di sini bukan aku, tapi kau,” kata Dasha lirih namun tajam, lalu melangkah masuk ke rumah dengan dada berat.

Ia mendengar Issa memanggil namanya, tapi tak peduli. Air matanya sudah hampir jatuh. Ia berlari ke kamar mandi dan menangis sepuasnya, diam-diam.

Kenapa hubungan ini seperti air panas yang berganti dingin lalu panas lagi? Melelahkan. Sangat melelahkan.

1
Lisa
Yeayy..akhirnya Dasha & Issa bersatu lg nih 😊
Mike Shrye❀∂я
mampir akak
Lisa
Ternyata ortu Issa menerima Dasha & si kembar dgn tangan terbuka
Oma Gavin
knp ngga ditanyain kebenarannya issa tidur dgn sahabat dasha kalau itu benar berarti memang issa yg pecundang wajib ditinggalkan
Lisa: ya koq Dasha g tny y ttg cewe itu
total 1 replies
Rohana Omar
mima daddy dtg.....
Lisa
Cepat sembuh y Lea..
Lisa
Issa tidak tau ya klo Dasha itu wanita di masa lalunya
Lisa
Ceritanya bagus Kak 👍
Lisa
Aku mampir Kak
zhelfa_alfira
itu si kembar anak issa kan tapi kok dia ngak tau sih...gimana cerita nya ini apa ada cerita sebelum ini..atau emang belum ada cerita flashback nya bingung aku.🤔🤔🤔
zhelfa_alfira
belum terlalu paham alur nya tapi masih menikmati cerita nya
RaniBaca
kerenn
zhelfa_alfira
keren
zhelfa_alfira
semangat up
Oma Gavin
apakah issa juga sudah tau kalau dasha punya anak kembar hasil ngadon dulu
mbohkarmpu
Masih awal tapi udah dapet feel-nya banget 😍 suka sama cara nulisnya
Anisa Adzkiyah
ceritanya bener-bener bikin baper 😭❤️ karakter utamanya kuat tapi tetap punya sisi lembut yang bikin jatuh cinta.
Rafidahalmr
seru jugaa
Anonymous
🩷
Anonymous
oke
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!