Romlah tak menyangka jika dia akan melihat suaminya yang berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, bahkan sahabatnya itu sudah melahirkan anak suaminya.
Di saat dia ingin bertanya kenapa keduanya berselingkuh, dia malah dianiaya oleh keduanya. Bahkan, di saat dia sedang sekarat, keduanya malah menyiramkan minyak tanah ke tubuh Romlah dan membakar tubuh wanita itu.
"Sampai mati pun aku tidak akan rela jika kalian bersatu, aku akan terus mengganggu hidup kalian," ujar Romlah ketika melihat kepergian keduanya.
Napas Romlah sudah tersenggal, dia hampir mati. Di saat wanita itu meregang nyawa, iblis datang dengan segala rayuannya.
"Jangan takut, aku akan membantu kamu membalas dendam. Cukup katakan iya, setelah kamu mati, kamu akan menjadi budakku dan aku akan membantu kamu untuk membalas dendam."
Balasan seperti apa yang dijanjikan oleh iblis?
Yuk baca ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BDN Bab 1
"Dek, kamu liat kotak perhiasan yang ada di lemari Mas, gak?"
Sugeng baru saja pulang dari luar kota, bukannya menyapa istrinya yang sedang sedang tertidur di ranjang dengan kecupan, pria itu malah membangunkan istrinya dengan cukup kasar karena saat dia masuk ke dalam kamar dan mencari perhiasan yang dia simpan di dalam lemari, ternyata tak ada.
Romlah yang sedang tidur merasa kaget, kepalanya bahkan terasa sakit. Namun, dia cepat-cepat bangun karena rindu dengan suaminya itu.
"Mas pulang? Sejak kapan?" tanya Romlah yang langsung turun dari tempat tidur dan memeluk pria itu.
Bukannya membalas pelukan Romlah, Sugeng malah mendorong bahu wanita itu dengan cukup keras dan kembali berkata.
"Aku itu nanya perhiasan yang ada di dalam lemari aku loh, bukannya menjawab kamu malah tanya balik?"
"Ya ampun, Mas. Kamu itu baru pulang dari luar kota, dua minggu loh kamu di sana. Seenggaknya kalau pulang itu kangen-kangenan dulu sama istri, bukan malah nanya perhiasan."
Romlah menatap suaminya dengan penuh kekecewaan, siang malam dia begitu merindukan istrinya. Namun, ketika pria itu pulang malah seperti tidak merindukan dirinya.
"Rom! Perhiasan itu hadiah ulang tahun untuk pemasok terbesar pabrik tekstil kita, makanya aku tanya."
"Iya, maaf. Aku pake, Mas. Abis aku kira itu hadiah untuk aku, sebentar lagi ulang tahun pernikahan kita yang pertama, jadi aku pikir itu hadiah untuk aku. Dua hari lagi loh, jadi aku pikir itu hadiah khusus yang kamu siapkan untuk aku."
Wajah Sugeng menegang, dia seperti ingin menelan Romlah hidup-hidup. Romlah sempat kaget, tetapi dengan cepat dia merubah aura wajahnya.
"Mana kalung dan juga gelangnya? Balikin, nanti Mas beliin yang baru." Sugeng menengadahkan tangannya.
"Kenapa harus dibalikin sih? Kenapa gak beli lagi aja? Aku suka kalungnya, bagus banget modelnya." Romlah menunduk lesu.
"Nggak bisa, itu udah pesenan. Katanya dia suka yang kaya gitu, makanya aku khusus pesankan. Jangan marah, kalau pemasok itu senang, pabrik kita juga yang untung."
"Iya, Mas."
Romlah melepaskan kalung dan juga gelang yang sudah dia pakai, lalu memberikannya kepada Sugeng. Setelah itu, dia kembali memeluk suaminya itu.
"Lepasin, Dek. Mas harus balik lagi malam ini juga, penting soalnya. Mas mau urusin pabrik tekstil yang diserahkan oleh bapak kepada Mas, Mas gak bisa kalau gak balik malam ini."
"Mas baru pulang loh, masa mau balik lagi sekarang sih? Mas gak kangen sama Adek?"
Sugeng menghela napas berat, dia mengelus puncak kepala istrinya lalu menurunkan nada bicaranya.
"Lagi banyak pesenan baju, kamu tahu sendiri 3 bulan lagi lebaran. Jadi pabrik tekstil milik bapak sedang memproduksi banyak baju, kamu paham sedikit ya. Toh juga uangnya kamu yang menikmati," ujar Sugeng.
"Aku tahu, tapi kamu tahu sendiri kalau kita sudah 2 minggu nggak bertemu. Aku itu kangen banget loh sama kamu, memangnya kamu nggak kangen sama aku?"
"Kangen, kangen banget. Cuma, kamu tahu sendiri kalau bapak itu maunya Mas membuat pabrik itu ramai. Jadi, Mas gak bisa santai gitu aja."
"Mas, Adek kangen. Setidaknya sebelum pergi, Adek mau mesra-mesraan dulu sama Mas."
Romlah yang begitu merindukan suaminya langsung membuka kancing kemeja yang dipakai oleh pria itu, tanpa ragu dia bahkan mengecupi leher sampai dada suaminya. Bahkan, Romlah bermain dengan chocochips milik suaminya.
Tangan Romlah bergerak dengan cepat membuka kain yang menutup bagian bawah milik Sugeng, pria itu langsung tidak bisa berkutik dan akhirnya melakukan hal yang diinginkan oleh Romlah.
Malam ini keduanya memadu kasih dengan begitu panas, Sugeng begitu menikmati malam ini. Begitu juga dengan Romlah, hingga satu jam kemudian Sugeng dan juga Romlah sudah selesai melakukannya.
"Kamu, gak lupa untuk meminum pil kontrasepsi, kan?"
Romlah kaget, karena bisa-bisanya pria itu masih saja mengurusi masalah obat pencegah hamil. Padahal, mereka sudah menikah hampir satu tahun, tetapi dirinya masih saja tidak diperbolehkan untuk hamil."
"Kalau misalkan aku lupa dan hamil, memangnya kenapa?"
"Ck! Kamu itu masih muda, belum cocok jadi ibu. Nanti saja kalau kamu udah dewasa, biar gak stres kalau punya anak nanti."
"Kalau misalkan aku hamil, terus aku punya anak, aku udah siap kok."
"Ck! Terserah," ujar Sugeng yang langsung turun dari tempat tidur.
"Mas, nginep ya?"
Romlah memohon agar suaminya itu mau menemani dirinya walaupun hanya satu malam, sayangnya Sugeng langsung menggelengkan kepalanya. Dia bahkan pergi ke luar kota tanpa mandi terlebih dahulu, karena takut telat untuk datang ke sana.
"Maaf," ujar Sugeng ketika pria itu pergi.
Romlah hanya bisa pasrah, keesokan harinya dia merasa sepi. Akhirnya wanita itu pergi ke rumah bapaknya, ke rumah yang paling besar yang ada di kota itu. Karena memang Trisno merupakan orang terkaya di kota itu.
Romlah jarang sekali pulang, paling hanya datang sebulan sekali ke rumah ayahnya walaupun jaraknya tidak terlalu jauh. Dia hanya takut kalau dirinya akan keceplosan dalam berbicara.
Tahun lalu dia mengemis kepada ayahnya untuk dinikahkan dengan Sugeng, karena wanita itu begitu mencintai Sugeng. Pria yang merupakan anak dari pembantu yang bekerja di sana.
Romlah pernah ditolak oleh Sugeng, pria itu berkata sudah memiliki wanita idaman lain. Selain itu, Sugeng juga berkata kalau dia tidak pantas bersanding dengan Romlah.
Karena status mereka yang berbeda. Namun, saat itu Romlah yang bucin tidak mau kehilangan Sugeng, dia bahkan berusaha bunuh diri, akhirnya Sugeng mau menikahi wanita itu.
Ayahnya awalnya tidak setuju, tetapi karena ingin melihat kebahagiaan di wajah anaknya, dia menyetujuinya dengan syarat kalau Sugeng harus mengembangkan pabrik tekstil yang ada di luar kota.
Sugeng menyanggupinya, keduanya langsung keluar dari rumah besar itu dan berumah tangga sendiri di rumah mereka. Rumah yang tentunya dihadiahkan oleh Trisno terhadap putrinya, sebagai bentuk kasih sayangnya.
Ibu dari Sugeng tinggal di luar kota, di sebuah rumah yang dekat dengan pabrik cabang. Setahu Romlah, mertuanya itu yang selalu mengurus suaminya itu kala sedang berada di luar kota.
Sebenarnya Romlah selalu ingin ikut keluar kota, dia berkata tidak apa-apa tinggal di sana saja. Namun, Sugeng selalu beralasan kalau istrinya itu lebih baik tinggal di kota saja. Karena selain menjaga rumah mereka, Romlah juga harus menjaga Trisno. Pria itu sudah tua, takutnya terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan terhadap pria itu.
Bapaknya mengurus pabrik tekstil yang ada di kota itu, mengurus pabrik utama. Sedangkan Romlah, wanita itu hanya asik berdiam diri di rumah. Sesekali dia akan pergi ke pabrik agar tak bosan, membantu karyawan yang sedang bekerja di sana.
"Pak!"
Romlah langsung memeluk ayahnya yang kebetulan sedang ada di rumah, dia hari ini memilih untuk bekerja setengah hari saja, karena ingin pergi ke makam mendiang istrinya.
"Kenapa? Apa Sugeng menyakiti kamu?"
"Nggak kok, Pak. Hanya saja, Romlah kangen Bapak."
"Kamu ini, terus... Sugeng sekarang di mana?"
"Kerja, sesuai dengan keinginan Bapak. Tapi, tadi malam pulang walaupun hanya semalam saja."
"Bagus, Bapak sebenarnya ingin mengontrol pabrik yang ada di luar kota. Bagaimana kalau kita ke sana saja? Sekalian kasih kejutan buat dia, dia itu sudah bekerja keras. Sekalian juga rayain ulang tahun pernikahan kalian yang pertama? Gimana? Mau gak?"