Bossku Ayah Anakku
Tanpa disadari, Dasha Graves kini sudah berada di Sebuah pantai di Sisilia. Suara ombak yang berkejaran dengan pasir putih terdengar menenangkan, menyingkirkan sedikit beban dari dadanya. Tiba-tiba, seseorang duduk di sampingnya Levi Harriman, sang pemilik kafe tempatnya bekerja.
“Terima kasih,” ucap Dasha lirih.
“Kaum perempuan ini, selalu bilang terima kasih,” balas Levi dengan senyum kecil. “Sudah kubilang, tak apa. Kau menolong dirimu sendiri, Sha.”
Dasha menghela napas. “Aku tetap berterima kasih untuk semuanya. Aku tidak akan lupa kebaikanmu pada aku dan anak-anakku. Masih ingat waktu aku melamar kerja? Kafemu adalah tempat kesepuluh yang kudatangi hari itu, padahal hujan deras dan aku sedang hamil besar.” Ia terkekeh kecil, mengingat betapa konyol dirinya waktu itu. “Ibuku marah besar hari itu. Aku tahu itu, tapi salahkah aku kalau tak menyesal telah memiliki anak-anakku? Mereka adalah penyelamatku."
“Tak ada satu pun yang mau menerimaku bekerja,” lanjut Dasha lirih. “Katanya, mereka tidak mau mempekerjakan perempuan hamil. Tapi kau... kau menerimaku. Aku akan selamanya berterima kasih, Levi. Kau membuatku merasa tidak sendirian. Kau tak menilainya seperti keluargaku.”
Ia menatap laut biru dan langit putih yang menyatu di garis cakrawala.
“Kau tahu, adikku juga seperti dirimu,” ucap Levi pelan. “Dia juga hamil ditinggal oleh bajingan yang menipunya. Aku benar-benar benci laki-laki seperti itu. Apa kontribusi mereka di dunia selain menyebar benih lalu kabur?”
Dasha tertawa, meski hatinya sedikit pedih.
“Kau cantik, Sha. Jadi teruslah tersenyum. Senyum yang tulus, ya,” ucap Levi lembut.
Mereka duduk cukup lama di sana sebelum kembali ke kafe. Levi sempat menenangkannya, mengatakan bahwa tak perlu khawatir karena ia sendiri yang mengajaknya keluar, jadi tidak akan memotong gajinya. Ia menambahkan dengan tawa ringan, “Keuntungan punya teman si pemilik kafe, tapi jangan sering-sering ya. Nanti orang lain salah sangka.” Levi hanya mengangguk, enggan terlihat seperti seseorang yang memanfaatkan keadaan.
Levi bersikeras mengantarnya ke Daycare, sekaligus ingin melihat si kembar sebelum kembali ke Roma untuk urusan bisnis. Dasha tidak menanyakan lebih jauh; sejak lama, ia bertekad menjauh dari dunia bisnis yang penuh intrik. Ia sudah cukup bahagia dengan kehidupan sederhana yang dijalaninya.
**
“Ciao, pangeran dan putri kecil!” sapaan penuh semangat Levi membuat dua anak kembar Dasha, Leo dan Lea, menoleh lalu berlari menghampiri mereka.
“Paman!” seru keduanya serempak.
“Sudah lama kami tidak melihatmu, paman!” Lea mengangkat sembilan jarinya sambil tertawa. Levi ikut tertawa.
“Maaf, aku sibuk di Roma beberapa hari ini,” jawabnya. Mendengar kata “Roma”, mata Lea berkilau penuh rasa ingin tahu.
“Roma?! Benarkah?” tanyanya penuh semangat.
Mereka semua kemudian naik ke mobil Levi. Ia beralasan ingin sekalian mengantar mereka pulang, tapi Dasha sudah bisa menebak kalau Lea akan merengek agar mampir dulu.
Benar saja, mereka berhenti di Mall, dan kedua anak itu sibuk menunjuk berbagai mainan di rak. Dasha menatap mereka dengan wajah serius.
“Lea, Leo.” Ia memberi tatapan peringatan. Keduanya segera mengembalikan mainan yang mereka ambil.
“Tapi Dasha..” sela Levi lembut, “lihatlah, mereka bahagia sekali. Itu wajar di usia mereka.”
“Aku tak mau memanjakan mereka, Levi. Kau tahu aku tidak mampu,” jawab Dasha.
“Aku mengerti. Tapi biarkan mereka pilih satu saja, sebagai hadiah kecil. Tak apa sesekali.” Levi tersenyum, lalu menghampiri anak-anak. Wajah mereka berseri-seri, dan saat menoleh ke ibunya, Dasha hanya bisa tersenyum balik.
Namun begitu, rasa haru menyeruak. Ia menunduk dan menahan air mata. Tak kuat lagi, ia berbisik pada Levi bahwa ia ke toilet sebentar. Begitu berada di dalam bilik kecil, air matanya pecah. “Apa salahku, Tuhan?” bisiknya di antara isak. “Kenapa hidup kami harus begini? Aku hanya ingin hidup tenang. Kukira aku sudah melakukan yang benar… tapi ternyata belum.”
Setelah beberapa menit, ia menghapus air mata dan menatap wajahnya di cermin. Dalam hati, ia sudah memutuskan: ia akan kembali ke Roma. Meski itu berarti harus menghadapi dunia yang selama ini ia hindari. Ia akan bekerja keras demi masa depan anak-anaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Mike Shrye❀∂я
mampir akak
2025-11-08
0
Lisa
Aku mampir Kak
2025-11-01
0