NovelToon NovelToon
Perfect Life System

Perfect Life System

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sistem / Anak Genius / Crazy Rich/Konglomerat / Teen School/College / Mengubah Takdir
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: BlueFlame

Christian Edward, seorang yatim piatu yang baru saja menginjak usia 18 tahun, dia harus keluar dari panti asuhan tempat ia di besarkan dengan bekal Rp 10 juta. Dia bukan anak biasa; di balik sikapnya yang pendiam, tersimpan kejeniusan, kemandirian, dan hati yang tulus. Saat harapannya mulai tampak menipis, sebuah sistem misterius bernama 'Hidup Sempurna' terbangun, dan menawarkannya kekuatan untuk melipatgandakan setiap uang yang dibelanjakan.

‎Namun, Edward tidak terbuai oleh kekayaan instan. Baginya, sistem adalah alat, bukan tujuan. Dengan integritas yang tinggi dan kecerdasan di atas rata-rata, dia menggunakan kemampuan barunya secara strategis untuk membangun fondasi hidup yang kokoh, bukan hanya pamer kekayaan. Di tengah kehidupan barunya di SMA elit, dia harus menavigasi persahabatan dan persaingan.sambil tetap setia pada prinsipnya bahwa kehidupan sempurna bukanlah tentang seberapa banyak yang kamu miliki, tetapi tentang siapa kamu di balik semua itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BlueFlame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27. Serangan balik

Minggu-minggu berikutnya, kantor Catalyst AI berubah menjadi sarang lebah yang produktif. Rencana yang dirancang di atas kertas kini mulai di jalankan.

Sarah, Dina, dan Rizki membentuk tim Pioneer. Mereka tidak mengirim email massal, tapi Mereka melakukan pendekatan secara personal. Mereka mengunjungi pasar-pasar tradisional, berbicara dengan para pedagang kaki lima, dan mendengarkan keluhan mereka satu per satu. Mereka menggunakan data ini untuk menyesuaikan narasi pemasaran mereka.

"Bapak ini, Pak Haji, punya 5 warung makan. Masalahnya, stok ayamnya sering habis di hari Jumat, tapi selalu sisa di hari Selasa. Jadi Kami bilang, 'Pak, dengan Catalyst AI, kami bisa prediksi itu. Bapak bisa beli ayam lebih sedikit hari Selasa, dan lebih banyak hari Jumat. Uang Bapak tidak terbuang'," cerita Sarah dengan antusiasme saat rapat mingguan.

Dan hasilnya, 100 UKM yang mereka targetkan setuju untuk menjadi beta tester. Ini adalah kemenangan kecil, tapi sangat signifikan. Mereka punya basis pengguna pertama.

***

Sementara itu, di sisi teknisi, Hendra dan Bima bekerja siang dan malam. Mereka membangun fondasi platform yang kokoh, serta Reza yang terus melatih model AI dengan data-data anonim yang mereka beli. Dan Edward, sebagai CEO, mengkoordinasikan semuanya, menghubungkan tim teknis dengan tim lapangan, dan memastikan visi perusahaan tidak goyah.

Krisis pertama datang bukan dari Setiawan Group, tapi dari dalam.

"Kita punya masalah," kata Bima suatu hari, wajahnya pucat. "Data yang kita dapat dari UKM... terlalu kotor. Ada yang salah ketik, ada yang tidak konsisten. sehingga membuat model AI kita bingung."

"Di sinilah letak tantangannya," kata Edward dengan tenang. "Kita tidak bisa meminta data yang bersih. Kita harus membersihkannya sendiri. Reza, aku mau kau membuat modul pre-processing otomatis. Gunakan machine learning untuk mendeteksi dan memperbaiki kesalahan umum."

Tantangan terbesar datang ketika mereka menyadari mereka butuh lebih dari data penjualan. Mereka butuh data eksternal: mulai dari cuaca, harga komoditas, jadwal libur lokal.

Mencari dan mengumpulkan semua data itu dari berbagai sumber akan memakan waktu berbulan-bulan.

"Ada satu perusahaan kecil," kata Sarah setelah melakukan riset mendalam. "Namanya 'DataKita'. Mereka adalah aggregator data. Mereka sudah mengumpulkan semua data yang kita butuhkan dari berbagai sumber pemerintah dan swasta. Mereka menjualnya lewat API. Ini akan mempercepat pengembangan kita setidaknya enam bulan!"

Tim itu langsung bersemangat. Edward segera menghubungi pemilik DataKita, seorang pria bernama Pak Bobi Sutrisno , seorang programmer senior yang membangun perusahaannya sendiri. Setelah beberapa negosiasi, Pak Bobi setuju untuk memberikan akses API kepada Catalyst AI dengan harga khusus untuk startup.

Kemenangan itu dirayakan dengan pizza di kantor. Untuk pertama kalinya, mereka merasa seperti sebuah perusahaan sungguhan yang sedang menuju sesuatu yang besar.

Tepat saat euforia mencapai puncaknya, Hendra, yang sedang memantau berita teknologi, tiba-tiba bersumpah keras.

"SIALAN!"

"Ada apa?" tanya Edward.

Hendra memutar layar laptopnya ke arah mereka.

**"Setiawan Group dalam Langkah Mengejutkan, Ajukan Penawaran Akuisisi Hostil Terhadap DataKita."**

Suasana di ruangan itu langsung membeku. Pizza terasa hambar di mulut mereka.

"Mereka... mereka ingin mengakuisisi datakita?" kata Dina dengan suara bergetar.

"Ini serangan langsung," kata Reza, matanya tajam. "Mereka tahu kita butuh DataKita. Mereka mencoba memutuskan jalur suplai kita sebelum kita sempat meluncurkan produk."

Panik mulai merayap.

Jika Setiawan Group berhasil mengakuisisi DataKita, mereka bisa menaikkan harga API hingga tidak terjangkau, atau bahkan memutus akses sama sekali. Catalyst AI akan lumpuh sebelum benar-benar jalan.

Tepat saat itu, layar holografik sistem Edward menyala dengan cahaya merah yang intens.

 

**Misi Akuisisi Strategis: Membentengi Jalur Suplai**

**Deskripsi:** Ancaman kompetitif langsung telah teridentifikasi. Musuh mencoba mengambil aset krusial untuk pengembangan Anda. Pertahanan pasif tidak lagi cukup. Saatnya untuk bermain ofensif.

**Tugas:** Lakukan akuisisi terhadap perusahaan DataKita sebelum Setiawan Group berhasil melakukannya.

**Waktu:** 14 Hari

**Hadiah:**

- **Aset:** Kepemilikan penuh perusahaan DataKita (termasuk semua teknologi dan data).

- **Modal:** Rp 200.000.000.000

- **Skill:** [Due Diligence Instinct (Level 1)] - Kemampuan untuk secara instan merasakan nilai sebenarnya, kekuatan, dan kelemahan tersembunyi dari sebuah perusahaan atau aset.

- **Bakat:** [Negosiasi Tingkat Master] (Upgrade ke Level 2)

**Gagal:** Jalur suplai data akan jatuh ke tangan musuh. Pengembangan produk akan tertunda signifikan.

 

Edward menatap misi itu. Ini bukan lagi tentang bertahan. Ini adalah perang pengambilalihan. Rp 200 miliar. Itu adalah uang yang sangat besar.

Tapi ini bukan masalah uang. Pak Bobi Sutrisno, pemilik DataKita, adalah seorang idealis. Dia tidak akan menjual perusahaan yang dibangunnya dari nol kepada raksasa seperti Setiawan Group yang hanya melihatnya sebagai aset. Tapi... bisakah dia menjualnya kepada seorang anak SMA?

"Tenang," kata Edward, suaranya memotong kepanikan yang mulai menyebar. Semua mata langsung tertuju padanya. "Ini bukan akhir. Tapi bisa dibilang Ini adalah kesempatan."

Dia berdiri, menatap timnya. "Mereka mengira kita anak-anak yang akan ketakutan dan menyerah. Mereka salah. Mereka baru saja memberi kita target yang jelas."

Edward mengambil ponselnya. Sebuah pesan dari Aurora masuk, seolah-olah dia tahu ada sesuatu yang sedang terjadi.

`Berita tentang DataKita sudah sampai ke Ayah. Dia bilang, ini adalah tes pertamamu sebagai CEO. Jangan gagal.`

Edward membaca pesan itu, lalu menatap timnya. "Hendra, Bima, aku mau kalian menganalisis semua aset teknis DataKita. Cari tahu apa yang membuat mereka berharga di luar data yang mereka jual. Sarah, cari tahu semua yang bisa kau pelajari tentang Pak Bobi Sutrisno. Apa motivasinya? Apa mimpinya?"

Dia lalu menekan nomor telepon yang sudah disimpannya.

"Pak Bobi? Saya Edward, CEO Catalyst AI," katanya dengan suara yang tenang namun penuh otoritas. "Saya mendengar berita tentang tawaran dari Setiawan Group. Saya tidak menelepon untuk menawar yang lebih tinggi."

Ada jeda di seberang sana.

"Saya menelepon untuk menawarkan sesuatu yang berbeda," lanjut Edward. "Saya tidak mau membeli perusahaan Bapak. Saya mau Bapak bergabung dengan kami. Menjadi Chief Data Officer di Catalyst AI. Terus kembangkan DataKita di bawah naungan kami, dengan sumber daya yang jauh lebih besar. Kita tidak membeli mimpi Bapak, Pak. Kita menanam modal untuk membuatnya tumbuh lebih besar."

Dia memberikan proposal yang gila: bukan akuisisi, tapi merger dan integrasi. Ini adalah langkah yang sangat berani.

"Saya akan mengirimkan proposal resmi saya besok pagi. Tolong pertimbangkan, Pak."

Setelah menutup telepon, Edward menatap timnya yang terpana. "Mereka bermain dengan uang. Kita akan bermain dengan visi. Mari kita buat proposal yang tidak bisa Bapak Bobi tolak."

Perang sudah dimulai. Dan Edward baru saja melepaskan serangan balik pertamanya.

1
Aisyah Suyuti
menarik
TUAN AMIR
teruskan thor
aratanihanan
Wow, nggak nyangka sehebat ini!
Emitt Chan
Seru banget thor! Gk sabar mau baca kelanjutannya!
Edward M: iya, semoga suka yah... kalau ada saran atau kritik mohon di sampaikan yah/Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!