Leticia Nathania yang sering di panggil Cia adalah gadis yang sangat cantik dan selalu ceria. Cia selalu di kelilingi oleh orang-orang baik yang sangat menyayanginya. Namun semuanya berubah ketika Cia terpaksa menikahi Carlo karena di jodohkan oleh almarhum kakeknya.
Awalnya Cia ragu menikah dengan Carlo karena melihat sikap pria itu yang terlihat sombong. Tapi akhirnya Cia bersedia juga menikah dengan pria itu karena orang tuanya berusaha dengan keras meyakinkannya. Orang tuanya mengatakan kalau cinta itu akan tumbuh setelah menikah.
Setelah menikah, Cia tinggal satu atap dengan mertuanya. Dan itu bukanlah hal yang mudah, terlebih mertuanya tidak menyukai kehadiaran Cia sebagai menantu.
"Cia, kamu bersenang-senang seharian di kamar dan membiarkan Ibu dan adik bekerja, maksud kamu apa?" tegas Carlo membuat Cia sangat kaget.
Pasalnya Cia yang mengerjakan semua pekerjaan rumah seharian.
Tiba-tiba saja air mata Cia menetes tanpa di minta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MartiniKeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Demam lagi
Linda langsung melangkah keluar rumah meninggalkan bi Imah yang hanya mengelus dada. Berusaha untuk sabar menghadapi majikannya itu. Bahkan perkataan semalam dari suami anaknya pun tidak di dengar sama sekali.
Di sisi Linda sendiri sedang sampai di pusat perbelanjaan, dia bergegas turun dari taksi yang di tumpanginya dan langsung masuk ke dalam menuju salah satu toko pakaian merek terkenal.
Dia bosan terus-terusan terkurung di rumah. Linda bahkan mengabaikan peringatan anaknya yang tidak mengizinkan berkeliaran di siang hari, dan itu sangat membuatnya muak. Lagi pula untuk apa dia takut? Dia sudah punya seseorang yang siap melindunginya kalau nanti terjadi sesuatu.
Sedang asik memilih beberapa gaun yang menurutnya cantik dan cocok untuknya, tiba-tiba ada tiga wanita seusianya yang berpakaian mewah dengan make up tebal dan tangan ketiganya sudah menenteng tas brand terkenal. Dilihat dari caranya berdiri saja sudah di pastikan mereka sedang mengejek Linda, apalagi matanya terlihat menatapnya dari atas sampai ke bawah.
"Oh nggak nyangka banget yah di tempat berkelas seperti ini kita bisa bertemu. Saya dengar-dengar perusahan kalian bangkrut dan suamimu sampai terkena serangan jantung terus meninggal. Sungguh kasihan sekali! Oh iya, memangnya kamu mampu membayar barang-barang yang ada di sini? Tapi saya rasa kamu tidak akan cukup mampu untuk membayar semua barang mahal yang ada di sini, jadi lebih baik kamu pergi dari sini. Kamu itu cuma mengganggu pemandangan saja." Si paling mencolok dari mereka memulai berbicara, lebih ke mengejek Linda sebetulnya.
"Kamu pikir saya tidak mampu? Saya bahkan sangat mampu membeli harga diri kalian bertiga," ucapnya sombong, bahkan Linda mengangkat dagunya menantang mantan teman sosialitanya ini.
Ketiganya tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Linda. "Astaga Linda, saya nggak nyangka selain penipu kamu itu ternyata pelawak juga yah?"
"Tau nih, miskin aja belagu."
"Heh denger yah Linda, dulu mungkin kamu bisa bebas karena kekasih anakmu yang bernama Carlo itu, tapi sekarang yang aku dengar Carlo sudah menikah dan istrinya sangat cantik. Anak kamu yang rendahan itu tidak akan ada yang melindungi lagi. Dan jangan harap kamu bisa bebas setelah menipu kita semua."
Degh
Kedua mata Linda terbelalak lebar mendengarnya, mereka memang tidak tahu kalau putrinya sudah menikah dengan Carlo dan bahkan sudah memiliki anak karena Carlo dan Tania merahasiakan hubungan mereka, tapi dia sungguh kaget mendengar kalau ternyata Carlo menikah lagi. Apakah putrinya tahu akan hal ini?
"Eh jeng, yang aku dengar si Farhan masih punya anak yang belum menikah. Nggak pernah ada yang tahu bagaimana wajah anaknya itu, tapi dia pernah datang ke kantor nyari Farhan, terus Farhan marah-marah pada anaknya itu. Tapi anaknya itu cacat, sepertinya dia malu punya anak cacat. Bisa jadi kan si Tania putar haluan buat deketin dia cuma nyari hartanya aja."
"Nah benar, wanita murahan kan emang nggak ribet buat nyari mangsa. Asal dompet tebel, sikat aja. Mau itu aki aki atau cacat sekalipun."
PLAK
Dugh
Linda melayangkan tamparan dan pukulan pada orang terakhir yang menghina anaknya.
"SIALAN, BERANI SEKALI TANGAN KOTOR KAMU ITU MENYENTUH SAYA!"
"Hajar aja, biar tahu rasa!"
Tidak menunggu lama, aksi saling jambak dan saling cakar pun tidak bisa terelakan. Kegaduhan dari empat wanita itu langsung menjadi pusat perhatian para pengunjung, bahkan pemilik toko tersebut turun tangan langsung dibantu pihak keamanan mencoba memisahkan mereka. Meskipun sempat kesulitan tapi akhirnya mereka bisa menghentikan keempatnya yang sudah berpenampilan jauh dari kata rapi, dan beberapa luka juga mereka dapatkan.
Di antara mereka, Linda lah yang cukup mengenaskan, karena posisinya dialah yang menjadi korban pengeroyokan.
Setelah semuanya selesai, ke empat wanita itu keluar dari ruang keamanan dan memilih menyelesaikannya dengan jalur damai, dan tentu saja harus melakukan beberapa ganti rugi. Daripada harus berurusan dengan polisi , akhirnya mereka menyetujui semua syarat dari pihak mall dan pemilik toko tersebut. Berdamai, meskipun sangat terpaksa.
Di sisi Linda sendiri, dia yang sudah berada di dalam taksi masih mengumpati ketiga mantan temannya itu. Sedangkan si sopir hanya bisa diam, namun matanya masih sesekali melirik penumpangnya yang mulutnya terus-terusan menyumpahi entah siapa. Namun tangannya dengan lihai memoles wajahnya dengan make up dan memperbaiki tatanan rambutnya yang sebelumnya mengembang seperti singa.
"Sudah sampai, Bu." Linda mendengus mendengar panggilan supir untuknya. Dengan kasar dia membayar dan langsung keluar dengan membanting pintu mobil taksi tersebut, si sopir hanya bisa mengelus dada, berusaha sabar melihatnya dan bergegas meninggalkan perumahan elit tersebut.
Linda saat ini sedang berdiri di depan rumah mewah bercat putih. Masih dengan sikap angkuhnya dia berjalan masuk ke dalam kediaman keluarga Santoso.
**********
Di sisi Damian, saat ini dia dan Cia duduk di belakang dengan posisi Cia yang berbaring dengan kepalanya berada di pangkuan Damian.
Pak Udin hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tuannya yang dari tadi hanya menatap wajah cantik Cia. Wajah itu bertambah lucu dengan mata, hidung dan bibir yang kemerahan efek menangis.
Pantas saja tuannya tidak berhenti menatapnya, karena memang wajahnya terlihat sangat menggemaskan. Pak Udin sudah menemani Damian cukup lama, dia menjadi sopir Damian saat umur Damian lima belas tahun, jadi Damian sangat percaya sekali padanya. Begitu juga dengan pak Udin, dia sangat tahu betul bagaimana sifat tuannya itu.
"Tuan, nona Cia tidur apa pingsan? Saya takut dia pingsan." Kata Pak Udin. Karena dari tadi tangan Damian tidak mau diam tapi Cia sama sekali tidak terganggu. Karena biasanya senyenyak apapun pasti bakal terusik dengan tindakan tuannya yang mengelus-elus rambut dan wajah Cia.
"Nggak tau pak. Dia demam lagi, tapi tadi dia nggak pingsan." Bahkan saat masih di taman rumah sakit pun Damian sudah merasakan hawa panas dari Cia yang lebih tinggi dari sebelumnya.
"Pak, nanti tolong berhenti sebentar di depan minimarket itu." Ujar Damian sambil menunjuk minimarket yang dia maksud.
Ketika mobilnya telah sampai di depan minimarket yang di maksud tadi, tampak Dion berdiri di depan minimarket dan pak Udin langsung membuka pintu.
"Dam, Cia kenapa?" tanya Dian terlihat terkejut melihat Cia.
"Tidur,"sahut Damian.
"Tidur apa pingsan Dam? Kok bisa-bisanya dia nggak terganggu saat gue masuk mobil?" tanya Dion lagi.
"Dia hanya demam lagi." Sahut Damian yang terus menatap Cia.
"Lagi? Emang sebelumnya dia lagi sakit?"
"Kemarin dia sakit gara-gara si Carlo sialan itu." Damian masih ingat saat bagaimana Carlo mencium kasar bibir Cia dan semakin murka saat melihat leher putih mulusnya terdapat cekikan dari tangan pria sialan itu.
"Emang si Carlo ngapain Cia, kok sampai demam begitu?" tanya Dion semakin penasaran.
Damian pun menceritakan semuanya dari awal kejadian itu pada Dion.
Damian malam itu memang tidak tidur, dia mengawasi setiap pergerakan Cia lewat kamera CCTV tersembunyi dan tersambung khusus ke layar TV yang sengaja dia siapkan.
Awalnya memang terlihat baik-baik saja, bahkan Cia terlihat akan pergi meninggalkan Carlo sendiri, yang bisa ditebak kalau dia dalam keadaan mabuk. Tapi saat Carlo mulai mencengkam tangan Cia, tanpa pikir panjang Damian langsung keluar dari sana, dia bisa memperkirakan kalau sesuatu akan terjadi setelah itu.
Tapi mau secepat apapun dia mencoba, keadaannya yang hanya mengandalkan kursi roda menghambatnya untuk tiba lebih cepat ke tempat gadisnya berada.
Itu juga yang membuatnya kesal setengah mati, bahkan mengumpati dirinya sendiri selama perjalanan.
Terima kasih ya krn sudah mampir, jangan lupa like dan komentarnya ya kakak2, biar author tambah semangat nulisnya😊