Edgar dan Louna dituduh membuang bayi hasil hubungan mereka. Enggan berurusan dengan hukum, akhirnya Edgar memutuskan untuk menikahi Louna dan mengatakan bayi itu benar anak mereka.
Selayaknya mantan kekasih, hubungan mereka tidak selalu akur. Selalu diwarnai dengan pertengkaran oleh hal-hal kecil.
Ditambah mereka harus belajar menjadi orang tua yang baik untuk bayi yang baru mereka temukan.
Akankah pernikahan yang hanya sebuah kesepakatan itu berubah menjadi pernikahan yang membahagiakan untuk keduanya ?
Atau mereka akan tetap bertahan hanya untuk Cheri, si bayi yang menggemaskan itu.
Yuk ikuti kisahnya...!!
Setiap komen dan dukungan teman-teman sangat berharga untuk Author. Terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenapa Max ?
Max dan Leo datang sangat jauh dari jam perkiraan. Ada saja yang dilakukan oleh Bos absurd nya itu. Entah apa yang membuat nya bertingkah seperti itu.
Leo menduga jika Max merasa salah tingkah karena akan bertemu dengan Louna. Tidak tau saja Leo sejak tadi Max merasa jantungnya berdebar-debar. Bukan karena jatuh cinta. Tapi ia merasa sesuatu yang tidak nyaman.
Sesampainya di rumah Louna, Edgar sudah menyambut mereka dengan berkacak pinggang di depan pintu. Ubun-ubun nya seperti berasap apalagi saat melihat sebuah mobil box ikut berhenti di depan mobil Max.
"Kau ingin berkunjung atau pindahan ?"Tanya Edgar.
"Jika boleh aku memang ingin tinggal disini". Balas Max. Ia melepaskan jasnya dan meletakkannya di mobil. Rambutnya sedikit acak-acakan.
"Tuan Edgar, ini adalah hadiah untuk Nona kecil Cheri. Mohon diterima". Kata Leo menjelaskan. Ia sudah paham bagaimana sifat kedua pria ini yang sama-sama tidak mau mengalah.
"Kenapa tidak sekalian saja kau bawa mall nya kemari". Sindir Edgar. Ia kemudian menyingkir dari pintu dan membukanya lebar-lebar. Menyuruh dua orang yang membawa hadiah itu untuk meletakkan dikamar yang tidak di ditempati.
"Loh, apa semua ini ?" Tanya Louna keluar sambil menggendong Cheri yang sepertinya rewel dalam gendongannya.
"Ini adalah hadiah dariku, Lou. Semoga kau selalu mengingat bahwa kau pernah memiliki Bos sebaik aku". Sahut Max sebelum Leo menjawabnya.
Leo tiba-tiba merasa muak mendengar ucapan Max. Bos sebaik dia katanya. Padahal Max sering menyuruhnya dan Louna bekerja lembur sampai tengah malam.
Jika sedang tidak ada pekerjaan penting Max juga sering menyuruh keduanya untuk melakukan hal aneh-aneh seperti membeli makanan diluar kota. Atau melakukan pekerjaan yang jauh dari job desk mereka.
Leo ingat betul beberapa bulan yang lalu Max sangat ingin memakan es krim dari salah satu negara. Ia secara sadar menyuruh Leo dan Louna membelinya dan harus dapat mendapatkannya dalam satu hari.
Dengan iming-iming bonus yang sangat besar akhirnya berangkatlah dua orang itu untuk memenuhi keinginan Max yang sudah seperti orang mengidam.
Dan masih banyak hal-hal aneh lainnya yang diminta oleh Max. Tapi walaupun begitu, bagi Leo dan Louna Max adalah Bos yang baik.. Selalu ada harga dalam setiap usaha.
"Ekhem.." Edgar sengaja berdehem untuk mengingatkan Max bahwa disini juga ada dirinya sebagai suami Louna.
Max hanya cengar-cengir saja. Louna hanya tertawa seperti biasanya. Walaupun Louna mengakui kharisma dan ketampanan Max, tapi bagi Louna masih Edgar lah pemenang dihatinya.
"Ayo masuk. Aku sudah siapkan makan malam untuk kita semua". Ajak Louna.
Tadinya hanya ada mereka bertiga di dalam rumah. Kedua pelayan yang dulunya membantu sudah tidak datang lagi setelah Louna berhenti bekerja.
Edgar melihat banyak sekali barang-barang yang dibawa oleh Max ini. Ia jadi tersenyum seperti mendapatkan ide cemerlang. Ini bisa menjadi alasannya membawa Louna dan Cheri tinggal di mansion miliknya.
"Kenapa bayimu sepertinya tidak nyaman, Lou". Tanya Leo mendekat pada Louna dan menoel pipi Cheri. Tapi setelah itu ia mendapat hadiah tarikan telinga dari Edgar sebab posisinya amat sangat dekat dengan Louna.
"Berani sekali kau mendekati istriku di depan mataku". Kata Edgar.
"Hah apa ? Siapa ? Aku ?" Tanya Leo bingung sambil menunjuk dirinya sendiri. Memangnya siapa yang mau mendekati Louna ? Bukankah mereka juga sering seperti ini.
"Sudahlah jangan dekat-dekat dengan Louna. Jika suaminya marah dia bisa berubah menjadi singa. Sangat berbeda dengan Louna yang selembut bulu kucing". Kata Max pelan namun masih bisa didengar oleh Edgar dan Louna. Memang Max sengaja mengatakan itu.
'Bulu kucing katanya. Dia itu singa betina'. Gumam Edgar hampir tertawa. Jadi seperti itu sikap Louna di depan pria lain.
Tapi kenapa di depannya Louna sangat mudah marah karena hal-hal kecil. Dasar wanita sulit dimengerti.
Tidak berapa lama Cheri mulai menangis lagi. Badannya sedikit demam. Wajahnya terlihat memerah.
"Ed.." Kata Louna menatap Edgar.
"Biar aku ambilkan plaster kompres". Edgar menuju kamar dan mengambil sesuatu.
"Dia sakit ya ?" Tanya Max.
"Iya. Dia demam sejak sore. Tapi Edgar sudah memberikan pertolongan pertama untuknya". Jawab Louna. Max ikut mengelus pipi Cheri.
Ini pertama kalinya ia melihat sendiri anak yang diadopsi oleh Louna. Penyebab Louna berhenti bekerja.
Tangan Max terdiam di salah satu pipi Cheri. Ia seperti merasakan perasaan lain. Perasaan nyaman yang tidak bisa dijelaskan. Apa karena ia sangat dekat posisinya dengan Louna ?
"Tidak Asisten, tidak Bos sama saja. Jangan dekat-dekat istriku". Edgar datang dan segera menjauhkan tangan Max dari pipi Cheri.
Max hanya diam merasakan sisa-sisa kenyamanan dalam sentuhannya. Matanya masih fokus pada Cheri. Wajah Cheri seperti tidak asing.
"Dia sudah besar ya ?" Kata Max.
"Iya. Dia sudah hampir tujuh bulan". Jawab Louna.
"Sudah waktunya punya adik itu". Sahut Leo yang kemudian segera menutup rapat mulutnya setelah mendapatkan tatapan dari tiga orang di hadapannya.
"Ayo kita makan. Aku akan meletakkan Cheri di stroller". Edgar mengambil Cheri yang memejamkan matanya dari gendongan Louna dan meletakkannya di dalam stroller nya.
Mereka semua duduk di kursi masing-masing dan Edgar meletakkan Cheri di dekatnya.
Mereka makan sambil sesekali berbincang ringan. Kadang juga membicarakan masa kuliah Edgar dan Max. Kadang juga membicarakan kelakuan aneh Max.
Louna sangat senang dikunjungi oleh Bos dan temannya itu. Walaupun sudah jarang bertemu sejak tidak bekerja, tapi mereka masih mengingatnya.
Max sejak tadi tidak fokus makan. Ia memang ikut bicara. Tapi matanya selalu menatap kearah Cheri yang memejamkan mata sambil mengemut empeng nya.
"Dia sangat lucu". Katanya sambil mengelus pipi Cheri sekali lagi. Edgar membiarkannya sebab Cheri tidak berada dalam gendongan Louna.
"Buatlah yang seperti ini". Kata Edgar spontan.
"Sudah. Tapi wanita itu pergi". Jawab Max tidak sadar. Edgar dan Louna saling bertatapan mendengar jawab Max. Sedangkan Leo hanya menepuk jidatnya.
Bukankah Max menyuruhnya merahasiakan jika ia pernah berhubungan dengan wanita. Tapi kenapa malah ia sendiri yang membocorkan nya. Dasar Tuan Max.
"Ya kau cari saja wanita lain. Asal jangan Louna. Dia sudah jadi istriku". Kata Edgar menimpali.
Max tidak lagi menjawab. Ia juga menarik tangannya dari wajah Cheri.
"Apa aku boleh menggendongnya ?" Tanya Max.
"Boleh. Hati-hati. Kau kan tidak berpengalaman". Kata Edgar memperingatkan.
"Hem". Max menganggukkan kepalanya dan segera bangkit dari kursi. Wajahnya seketika cerah seperti mentari pagi.
Dengan hati-hati Edgar membantunya untuk mendapatkan posisi yang nyaman untuk Cheri.
Max merasakan rasa nyaman yang belum pernah ia rasakan. Jadi seperti ini rasanya menggendong seorang bayi. Ia memang memiliki keponakan tapi ia tidak berani menggendongnya. Tapi entah dengan Cheri tiba-tiba rasa ingin menggendong teramat besar.
..
Baru Up lagi setelah membereskan kehidupan nyata😀🫶
dan asli yaa.. cerita ini isinya santai dan kocak 👍🏻😁😂
please Up terus yaaa.. sukkaaa bangettt 😘❤️❤️