Kata siapa skripsi membuat mahasiswa stres? Bagi Aluna justru skripsi membawa banyak pelajaran berharga dalam hidup sebelum menjalani kehidupan yang sesungguhnya. Mengambil tema tentang trend childfree membuat Aluna sadar pentingnya financial sebelum menjalankan sebuah pernikahan, dan pada akhirnya hasil penelitian skripsi Aluna mempengaruhi pola pikirnya dalam menentukan siapa calon suaminya nanti. Ikuti kisah Aluna dalam mengerjakan tugas akhir kuliahnya. Semoga suka 🤩🤩🤩.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KRITERIA
Kalau sejak awal antara pemateri dan warga tidak sefrekuensi, efeknya juga pada output yang dihasilkan, sampai hari kelima progres pengolahan hasil tani tidak memuaskan, para warga datang hanya sekedar datang saja tanpa berniat menyerap teori yang diajarkan Eriska cs. Begitu program kedua berjalan, terkait IT. Afkar sebagai pemateri memberikan pemantik yang sangat keren, yakni mengaitkan teknologi dengan cuan. Dia seorang youtuber, malah sudah ternak akun banyak. Tak disangka ternyata pemuda itu sudah punya penghasilan banyak.
"Tak perlu jauh-jauh menjadi TKI, bapak-ibu. Kita berdayakan teknologi yang ada dan kemampuan yang sangat sederhana ini. Tinggal rekam, upload, dan konsisten saja!" begitu dia mengiming-iming bapak ibu agar memperhatikan penjelasannya. Tak hanya warga, tapi juga para mahasiswa. Selama ini mereka juga tahu bahwa media sosial bisa menghasilkan cuan, tapi mereka lebih suka scrolling saja. Masih berada di zona nyaman biarkan orang tua saja yang bekerja, anak-anak tugasnya belajar saja. Tapi tidak berlaku bagi Afkar sebagai anak IT, dengan perkembangan teknologi skillnya sangat dibutuhkan. Maka ia akan memanfaatkan peluang ini untuk mencari cuan.
Para warga ternyata antusias dengan berbagai metode untuk menghasilkan cuan agar terbebas dari kebiasaan untuk bekerja TKI dalam mendapatkan uang, karena pertanian juga tak tentu hasilnya dengan efek global warming ini. Afkar pun menyinggung, dengan perkembangan teknologi ini semua warga bisa bertani dengan mudah dan efisien. Tidak perlu pekerja lagi, cukup manfaatkan teknologi. Tak perlu takut merusak lingkungan bisa juga menggunakan AI.
Para warga antusias sekali, karena Afkar memberikan contoh real memanfaat teknologi dan terbukti menghasilkan. Saat kegiatan pelatihan berlangsung, para warga seperti terhipnotis oleh Afkar, tak banyak menyudutkan, tapi murni bertanya.
Saat pulang pun, mereka berterimakasih kepada Afkar, dan besok siap praktik. Anggota KKN langsung lega rasanya saat mendapati program mereka disambut dengan baik. "Lo sih kurang pengalaman," ejek Gopi pada Eriska. Aluna, Jihan, dan Ulin langsung menatap Gopi heran, kenapa mengejek Eriska?
Benar saja, Eriska langsung naik pitam pada pemuda itu. "Eh lo tuh ya, kayak lo bisa aja jadi pemateri handal, berdiri sambil ngomong. Enak aja lo bilang kurang pengalaman."
"Udah, gak usah tengkar! Kita semua juga masih belajar," sahut Jihan menengahi Eriska dan juga Gopi, jangan sampai bertengkar. Satu kelompok satu program maka semua bertanggung jawab. Tidak perlu saling menyalahkan, karena ini program bersama.
"Gopi tuh yang mulai!" sewot Eriska.
"Lo nya aja yang baperan," si Gopi cowok tapi mulutnya kayak cewek, clamitan. Sehari saja gak bikin teman lain emosi kayaknya dia gak bisa. "Ntar lo, Lun. Harus seperti Afkar, biar program kita bisa berjalan baik, cukup satu program saja yang gak jalan!" Aluna melongo ditatap serius oleh Gopi, seolah dia menjadi penguasa di KKN ini. Cuma Aluna bukan tipe gadis yang mudah ditindas, ia hanya tersenyum sinis saja menghadapi cowok yang bossy banget.
"Tenang aja!" ucap Aluna tak memperpanjang. Semakin dia bertemu banyak orang, sikap bodo amat sepertinya perlu dipelihara, apalagi seperti Gopi ataupun mama Abi, aish buang-buang tenaga saja kalau ditanggapi.
Selepas maghrib, mereka evaluasi kegiatan hari ini. Setiap mahasiswa menyebutkan kelebihan, atau kekurangan dan memberikan solusi serta tindak lanjut untuk besok. Afkar mengingatkan untuk semua rekannya agar mencatat setiap kegiatan, agar dalam penyusunan laporan tidak terlalu berat. Afkar meminta meskipun kegiatan di lakukan bersama setidaknya saat penyusunan laporan tetap individu, menghindari copy paste berlebihan yang berpengaruh pada nilai akhir KKN. Terlebih Pak Cokro sepertinya sangat detail dan teliti.
Aluna hari ini pulang ke kos saja, orderan sudah banyak. Ia pun nebeng pada Afkar setelah evaluasi dan sholat maghrib. "Hati-hati kepincut, Afkar jomblo!" ledek Jihan saat Aluna naik motor, dibonceng Afkar. Baik Aluna maupun Afkar langsung menyodorkan bogeman pada Jihan. Para teman langsung ngakak, tingkah mereka kompak sekali.
Selama perjalanan, Afkar hanya mengobrol sekedar basi-basi saja, apalagi Aluna bikin emosi hah heh hoh saja kalau diajak ngomong. "Makasih, Afkar."
"Besok bareng gak?" tanya Afkar. Aluna menggeleng, ia berniat berangkat agak siang karena mau urus orderan dulu, toh kegiatan besok masih praktik operasikan kamera ponsel. Afkar hanya mengacungkan jempol saja.
Setelah sampai di kamar, Aluna segera mandi sholat isya dan langsung packing orderan. Untung saja orderan banyak starter kit, jadi tak perlu takut kehabisan stok.
"Di kos, Mbak?" tanya mama Arimbi yang sengaja cek sang putri malam ini.
"Iya, Ma. Tadi selepas maghriban balik ke kos."
"Motoran sendiri?" tanya papa. Aluna menggeleng sembari bungkus paket.
"Nebeng Afkar, ketua kelompok."
"Kalau besok?"
"Naik ojol mungkin, Ma."
"Oke, hati-hati. Jangan lupa makan. Kalau skripsi belum bisa dikerjakan gak pa-pa, fokus pada KKN dulu saja," nasehat mama Arimbi. Meski tegas begitu, ada kasihan juga pada sang putri yang kelewat produktif. Sampai usia 20 tahun gak pernah naksir sama cowok. Sebagai ibu tentu khawatir kalau Aluna money oriented dan mengabaikan ketertarikan pada lawan jenis.
"Afkar ganteng gak, Mbak?" tanya mama tiba-tiba. Aluna berhenti packing, mengerutkan dahi, tumben sang mama notice soal cowok.
"Kenapa tiba-tiba tanya cowok?"
"Ya siapa tahu putri mama sudah ada yang naksir, atau ditaksir. Toh habis ini wisuda juga, siapa tahu langsung buka terop pelaminan."
"Masih kecil," sahut Sabda tanpa masuk frame. Aluna tertawa ngakak, terlihat sekali kalau dirinya masih balita di mata sang papa.
"Tuh kata papa masih kecil loh, Ma."
"Heleh, papa kamu habis ujian skripsi langsung nikah. Sok-sok an lihat kamu masih kecil. Bilang aja cemburu sama cowok yang dekat dengan Aluna, iya kan!" ledek Arimbi pada Sabda. Aluna hanya berdecak sebal, mulai deh tingkah bucin kedua orang tuanya on.
"Apaan sih, Ma!" balas Sabda sok-sok an cuek. Aluna tersenyum saja, membayangkan ekspresi sang papa saat mengajak mamanya menikah. Lucu kali ya, tanpa ekspresi tapi serius.
"Emang mama mau kriteria calon mantu seperti apa?" tanya Aluna sembari membayangkan sosok Mas Ojol. Menurut Aluna, cowok cakep ya Mas Ojol itu, apalagi kesan pertama yang ia tahu seperti papa lewat grafik saham. Otomatis kriteria Aluna sementara ini seperti Mas Ojol.
"Mama sih gak menentukan jodoh kamu harus berprofesi apa, yang penting kamu yakin dengan pilihan kamu. Toh nanti kamu dan suami kamu hidup sendiri, jauh dari mama dan papa. Yang pasti harus disesuaikan dengan kriteria kamu."
"Emang mama sudah rela kalau aku menikah?"
"Kalau ada jodohnya yang baik buat Mbak, mama sih setuju. Tapi kayaknya portal izin tuan Sabda sedikit susah."
"Tenang saja, kriteria calon suamiku syaratnya seperti papa," ujar Aluna yang diberi acungan jempol dari Sabda.
dipertemukan disaat yg tepat...
balas, "calon suami kamu"...😂
kebanyakan yg diliat orang itu, pas enaknya aja...
mereka ngga tau aja pas lagi nyari2 Customer itu kaya apa.
kadang nawarin saudara atau teman, tapi mintanya harga "saudara" 🤭🤦🏻♀️
bener2 labil 🤦🏻♀️😂🤣🤣...