NovelToon NovelToon
Di Jual Untuk Sang CEO

Di Jual Untuk Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: RaHida

Aliza terpaksa harus menikah dengan seorang Tuan Muda yang terkenal kejam dan dingin demi melunasi hutang-hutang ibunya. Dapatkah Aliza bertahan dan merebut hati Tuan Muda, atau sebaliknya Aliza akan hidup menderita di bawah kurungan Tuan Muda belum lagi dengan ibu mertua dan ipar yang toxic. Saksikan ceritanya hanya di Novelton

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RaHida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18 # Viral

Di depan kantor Buenavista Company suasana mendadak ricuh. Kamera-kamera wartawan dan paparazi saling berlomba memotret gedung megah itu, sementara suara bisik-bisik bercampur teriakan pertanyaan memenuhi udara.

“Apakah benar itu istri muda Tuan Nadeo?”

“Bagaimana mungkin dia bisa bersama Pak Adrian?”

“Apakah ini skandal baru di keluarga Buenavista?”

Foto Aliza dan Pak Adrian yang beredar di sosial media sudah menjadi konsumsi publik. Pose yang diambil dari sudut tertentu seolah-olah mereka sedang berciuman, membuat isu semakin liar. Beberapa portal gosip online menuliskan judul-judul sensasional:

✨ “Skandal Baru: Istri Tuan Muda Bersama Sahabat Ayahnya?”

✨ “Aliza Buenavista Bermain Api?”

✨ “Buenavista Company Diguncang Isu Perselingkuhan.”

Di dalam gedung, karyawan Buenavista mulai resah. Beberapa menatap layar ponsel dengan wajah khawatir, sebagian lain berbisik takut-takut. Nama besar keluarga Buenavista sedang dipertaruhkan, dan kehadiran para paparazi di luar hanya menambah tekanan.

Tuan muda Nadeo yang sedang duduk di ruang kerjanya, menandatangani beberapa dokumen penting, tiba-tiba terusik oleh suara riuh yang terdengar hingga ke lantai atas. Suara teriakan, kilatan kamera, dan keributan massa begitu jelas. Alisnya berkerut, lalu ia menoleh ke arah sekretaris setianya, Mark, yang baru saja masuk dengan wajah tegang.

Dengan nada dingin namun penuh wibawa, Nadeo bertanya:

“Apa yang terjadi di luar, Mark? Kenapa kantor ini seperti dikepung?”

Mark menunduk sejenak, menarik napas panjang, lalu dengan hati-hati menjawab,

“Maaf, Tuan Muda… sepertinya ada skandal besar yang beredar di sosial media sejak pagi. Foto Nyonya Aliza bersama Pak Adrian… sudah tersebar luas. Paparazi dan media kini berkerumun di depan kantor kita. Mereka ingin konfirmasi langsung dari pihak keluarga Buenavista.”

Mata Nadeo langsung menajam, rahangnya mengeras. Jemarinya mengepal di atas meja. Suasana ruangan berubah menegang. Ia menatap Mark tajam, seakan ingin memastikan bahwa telinganya tidak salah mendengar.

“Foto… Aliza dengan Pak Adrian?” suaranya terdengar berat, menahan amarah.

Mark mengangguk pelan. “Ya, Tuan Muda. Dari sudut pandang foto itu… terlihat seolah mereka sedang berciuman.”

Ruangan mendadak hening. Hanya terdengar detak jam dinding yang berputar lambat. Nadeo bersandar di kursinya, mencoba menahan gejolak dalam dadanya, namun matanya memancarkan bara api.

Mark dengan ragu mengulurkan ponselnya. Layar itu menampilkan foto yang kini sudah menjadi bahan utama di berbagai portal berita gosip. Nadeo menatapnya lama—matanya memicing, rahangnya mengeras. Dari sudut pengambilan gambar, terlihat jelas Aliza dan Pak Adrian seolah sedang berciuman.

Tangan Tuan Muda Nadeo mengepal begitu kuat hingga buku-bukunya memutih. Suara napasnya terdengar berat, seperti menahan amarah yang siap meledak kapan saja. Urat di pelipisnya menonjol, menandakan betapa dalam luka harga dirinya.

“Wanita itu…” gumamnya dengan nada rendah, namun penuh bisa.

“Wanita yang aku lindungi, yang aku jadikan istriku, yang aku perjuangkan di hadapan mama dan adik-adik ku… justru mencabik kehormatanku seperti ini.”

Ia berdiri dari kursinya dengan gerakan kasar, kursi mahal di belakangnya bergeser menimbulkan suara berderit. Tatapan matanya tajam, seperti pisau yang siap menusuk siapa pun yang berani menghadapinya saat itu.

“Reputasi yang selama ini ku bangun, yang ku jaga… hancur di tangan seorang wanita yang bahkan tak tahu diri.”

Mark menunduk dalam-dalam, tidak berani menatap langsung wajah tuannya. Ia tahu, badai besar sedang berkecamuk di dada Nadeo. Kantor yang biasanya dipenuhi ketenangan kini terasa sesak oleh aura amarahnya.

Nadeo menatap layar ponsel Mark seperti menatap cermin yang memantulkan kehancuran dirinya. Suara napasnya pelan, tapi setiap kata yang keluar tajam seperti pecahan kaca.

“Hukuman…,” gumamnya. “Kalau dia berani menginjak harga diriku setelah aku yang membelanya, maka dia harus merasakan konsekuensinya.”

Ia melangkah menuju jendela, menatap kerumunan paparazi yang masih berkumpul di luar gedung. Kilatan kamera terasa seperti jarum yang terus menusuk. Dalam benaknya, wajah Aliza—senyum manisnya, cara ia meminta dibela—berganti menjadi pengkhianatan yang menggerogoti segala yang telah dibangunnya.

Dengan suara dingin tanpa getar emosi, Nadeo memberi perintah singkat kepada Mark, “Lakukan sesuai instruksi saya. Pertama, buat aturan baru bahwa Nona Aliza tidak boleh keluar rumah tanpa seijin saya. Kedua, blokir black card yang sudah di berikan kepadanya agar dia tahu apa konsekuensinya atas perbuatannya. Ketiga, pastikan dia dibawah pengawasan yang ketat hingga tidak ada cela untuk mengulanginya .”

Mark terkejut oleh ketegasan itu, namun mencoba menahan diri. “Tuan Muda, maaf—” ia menyela, “Bagaimana jika foto itu memang hasil manipulasi atau jebakan, Kita harus cek CCTV dulu, memeriksa bukti—”

Nadeo memutar tubuhnya, matanya menyala. “Kamu memikirkan reputasi perusahaan, Mark. Aku memikirkan harga diriku. Reputasi bisa pulih, tapi rasa malu—karena wanita yang kupilih—itu tak bisa kuabaikan begitu saja. Aku yang membela dia di depan Mama Jean dan Jenny. Sekarang dia berani mempermalukan aku. Itu bukan sekadar kesalahan — itu pengkhianatan.”

Ia menepuk meja dengan telapak tangan hingga bunyi dentingnya menggema. “Jalankan perintahku. Segera. "

Mark mengangguk, wajahnya pucat, dan bergegas melaksanakan perintah. Saat pintu ruang kerja Nadeo menutup, suasana di koridor seperti tertahan—semua staf merasakan badai yang mendekat. Di balik pintu, Nadeo menarik napas panjang, menahan gelombang emosi yang hampir membuatnya runtuh, lalu menatap bayangan dirinya di cermin kaca ruangannya—seorang lelaki yang tak akan dibiarkan dipermalukan lagi.

Hatinya bergemuruh, bercampur antara marah, penasaran, dan rasa tidak percaya.

"Siapa sebenarnya perempuan itu… kenapa dia bisa kenal dengan Pak Adrian? Tidak mungkin hubungan mereka hanya kebetulan. Apa mungkin ini hanya soal kontrak kerja sama? Atau… jangan-jangan mereka sudah memiliki hubungan sejak dulu…" gumamnya dalam hati, napasnya terasa berat.

Nadeo mengepalkan tangan, rahangnya mengeras. Ia benci di pemasukan seperti ini. Baru kali ini dirinya merasakan malu yang luar bisa apalagi di buat oleh orang yang hanya dia bawa masuk ke permainannya.

Mungkin, pikirnya, sudah saatnya ia mencari tahu kebenaran yang disembunyikan Aliza.

1
partini
baca jadi ingat novel tahun 2019 daniah sama tuan saga ,, good story Thor 👍👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!