Tidak ada rumah tangga yang berjalan mulus, semua memiliki cerita dan ujiannya masing-masing. Semuanya sedang berjuang, bertahan atau jutsru harus melepaskan.
Seperti perjalanan rumah tangga Melati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Mas Kalingga sudah menekuk kedua kakinya di hadapan anak-anak perempuannya. Dia sangat merasa bersalah sudah ingkar janji kepada mereka sampai-sampai Sakura dan Lili tidak ada yang mau menatap ke arahnya.
"Papa benar-benar minta maaf," ucapnya dengan sangat tulus tapi Lili dan Sakura belum juga tergugah untuk memaafkan.
"Papa salah kepada Kalian karena sudah tidak menepati janji, Papa. Maka dari itu Papa minta maaf dengan tulus dan Papa harap Kak Lili dan Dek Sakura mau memaafkan, Papa. Papa janji ini terakhir kalinya Papa ingkar janji terhadap kalian."
Barulah Lili dan Sakura mau menatap Papa mereka. Begitu mudahnya bagi kedua anak itu untuk memaafkan dan langsung memeluk sang Papa yang masih betah berlutut di depan mereka.
"Papa janji?," tanya Sakura sambil mengajak Papanya berdiri.
"Janji, sebagai ganti Papa yang kemarin ingkar janji. Bagaimana kita ke hotel lagi?."
Lalu keduanya mengangguk.
"Tapi Mama sama Papa tidur sama kita, ya?." Celetuk Sakura.
"Iya," Mas Kalingga sangat bahagia dengan maaf yang diberikan kedua anaknya.
Melati yang memasuki kamar anak-anak langsung disuguhkan pemandangan di mana kedua anak perempuannya sudah duduk manis di atas pangkuan Papa mereka.
Rencana menginap di hotel sudah menjadi rahasia mereka berempat guna menggunakan hal-hal yang tidak diinginkan.
Sore ini, setelah Viola dan Ibu beserta perawat yang menjaga Ibu pergi jalan-jalan. Mas Kalingga segera membawa keluarganya ke tempat yang telah direncanakan. Seharusnya hal yang wajar bila dia pergi bersama keluarga kecilnya. Namun semenjak ada Viola semuanya menjadi terbalik, mereka yang harus sembunyi-sembunyi untuk bisa selalu bersama.
Tapi Mas Kalingga tidak memusingkannya, yang penting dia masih memiliki waktu bersama Melati dan kedua anaknya.
Mas Kalingga langsung mengiyakan keinginan Sakura dan Lili yang meminta berenang di lantai paling atas hotel. Mereka pun berenang walau hanya sebentar kalau hari sudah berganti malam.
Mereka sangat bersenang-senang walau hanya duduk santai di dalam kamar hotel sambil menonton film kesukaan Sakura dan Lili. Terdengar tawa canda yang saling bersahutan tanpa henti. Hanya sesekali saja mereka fokus pada layar televisi.
"Pa..." panggil Lili yang sekarang menatap Papanya.
"Iya, Kak." Mas Kalingga juga mengarahkan tatapannya pada Lili.
"Kalau Papa di suruh milih, Papa akan pilih Mama dan aku dan Adik atau Tante Viola dan anak Papa yang lain?."
Namun Lili merubah suasana bahagia itu menjadi sebuah ketegangan yang tidak bisa dihindari Mas Kalingga.
Melati dan Sakura pun menatap ke arah Lili. Wajah polos itu yang kapan saja bisa ceria dan juga terluka di saat bersamaan. Harus ikut dewasa sebelum waktunya karena kondisi rumah tangga orang tuanya.
"Tentu saja Papa akan memilih kalian bertiga," jawab Mas Kalingga tanpa berpikir karena itu yang memang ada dalam pikirannya.
"Tidak ada orang lain di dalam hati Papa cuma ada Mama, Lili dan Sakura." Lanjutnya menambahkan.
Rupanya jawaban tegas dan penuh kejujuran dari Papanya tidak lantas membuat Lili bahagia. Wajah itu masih terlihat murung.
"Tapi bagaimana kalau Papa harus memilih Tante Viola dan bayinya?," tiba-tiba pertanyaan itu keluar dari mulut Sakura namun tanpa ekspresi.
"Iya, bagaimana, Pa?." Lili ikut menegaskan pertanyaan dari Sakura.
Seketika Mas Kalingga bungkam, dia tidak memiliki jawaban cepat akan pertanyaan itu karena tidak ada dalam pikirannya.
"Sudah...sudah..." kemudian Melati bangkit dan langsung mencuri perhatian ketiganya.
"Ini momen bahagia kita, jadi sudah seharusnya kita bahagia." Melati tersenyum lebar.
"Biar Tuhan yang menentukan takdir terbaiknya untuk kita semua." Walau berat namun dia bisa mengatakannya. Karena selalu hal buruk yang di dapatkannya.
Sakura dan Lili mengangguk lalu memeluk sang Mama dan suasana kembali hangat dan ceria.
Menepati janjinya pada Sakura, Mas Kalingga dan Melati berada satu tempat tidur yang sama dengan kedua anaknya. Tak henti Mas Kalingga mengucap syukur atas hari bahagia mereka, anak-anak yang selalu luar biasa hebat untuknya. Mata Mas Kalingga pun berkaca-kaca.
"Terima kasih, Mel, kamu selalu bisa menyelamatkan wajah Mas di depan anak-anak. Kamu seorang Ibu yang sangat luar biasa baik. Lili dan Sakura sangat beruntung memiliki Ibu hebat sepertimu."
"Aku tahu mereka terluka tapi ada kalanya mereka yang menguatkan dan mereka pun tumbuh menjadi kuat."
"Mas tidak akan seperti sekarang kalau bukan karena kamu dan anak-anak."
Malam pun menjadi hening, mata Melati dan Mas Kalingga sama-sama masih terjaga namun tidak ada lagi yang bicara. Mereka menatap Lili dan Sakura, dua buah hati mereka yang sangat mereka sayangi.
*
Sepulangnya dari menginap di hotel, Melati langsung mendapat pekerjaan dari Ibu. Ibu meminta Melati untuk memijat tubuhnya yang terasa pegal-pegal. Dengan senang hati Melati melakukan perintah dari Ibu. Bahkan Melati membawakan potong buah yang biasa di makan Ibu dan segelas susu vanila.
Tak berselang lama Viola datang dengan pakaian yang sangat seksi.
"Mas Kalingga di mana, Mel?."
"Tadi ada di bawah sama anak-anak."
"Lili dan Sakura sudah di kamar tapi Mas Kalingga tidak ada. Ke mana perginya, ya?."
"Sudah kamu telepon?," tanya Ibu.
"Tidak diangkatnya, Bu."
"Memangnya kenapa kamu mencari suamimu?."
"Aku tidak bisa tidur kalau tidak dipeluk Mas Lingga, Bu." Sambil duduk di sofa dengan memegangi bantal sofa. Matanya bertemu dengan mata Melati, Viola tidak melihat raut cemburu atau marah pada wajah Melati. Terlihat begitu datar.
"Pasti karena anak laki-lakinya mau dekat terus dengan Kalingga."
Viola tersenyum sambil mengelus perutnya yang buncit.
"Mas Lingga sangat senang, Bu, memeluk anaknya."
Ibu pun tersenyum.
Melati pun ikut tersenyum.
Sepertinya video-video yang sudah dikirimkan ke Melati tidak begitu berpengaruh. Buktinya Melati masih santai berada di rumah ini dan hubungannya dengan Mas Kalingga pun tetap baik-baik saja.
Kemudian Viola mendekati Melati sambil mengeluarkan sebuah suntikan dari balik bantal sofa yang tadi dipegangnya.
Melati yang melihat kedatangan Viola langsung bergeser memberikan tempat duduk untuk Viola. Namun bukan itu yang diinginkannya, melainkan melayangkan sebuah gerakan halus untuk memuluskan rencananya.
Menyuntik mati Melati sekarang juga karena dia begitu kesal dengan Melati yang masih bisa tenang di tengah masalah rumah tangga karenanya.
Melati masih bertahan walau sudah disakitinya, anak-anaknya selalu ada dan mendukungnya. Jadi kemarahannya semakin memuncak dan tidak terkontrol lagi. Apalagi sebentar lagi bayinya akan lahir, dia menginginkan Mas Kalingga sepenuhnya.
Namun sayangnya gerakan lambat Viola terlihat dan Melati berpindah ke sisi Ibu yang lain.
"Kamu mau apa, Vi?." tanya Melati ketakutan.
Tanpa disadarinya Ibu memegangi kuat tangannya hingga Melati tidak bisa ke mana-mana.
"Ibu," Melati menatap tak percaya pada wajah Ibu.
"Cepat, Viola!. Lakukan sekarang!." Perintah Ibu.
Bersambung