Brakk
"Tidak becus! aku bilang teh hangat. Kenapa panas sekali? kamu mau membakar tanganku?"
Alisa tidak mengatakan apapun, hanya menatap ke arah suaminya yang bahkan memalingkan pandangan darinya.
"Tahunya cuma numpang makan dan tidur saja, dasar tidak berguna!"
Alisa menangis dalam hati, dia menikah sudah satu tahun. Dia pikir Mark, suaminya adalah malaikat yang berhati lembut dan sangat baik. Ternyata, pria itu benar-benar dingin dan tak berperasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Ibu Mertua Gagal Menyiksa
Paula melihat ke arah tangan Berta yang ingin memukulnya itu.
"Ibu ini mantan pegulat ya? dikit-dikit pukul, dikit-dikit pukul. Apa terlihat seperti samsak bagi ibu?" tanya Paula dengan ekspresi wajah menuntut jawaban.
Berta yang kesal tidak bisa melampiaskan kekesalannya mencoba menarik tangannya. Tapi, hal itu sia-sia saja. Karena Paula mencengkeram dengan kuat pergelangan tangan ibu mertuanya itu.
"Lepaskan wanita gelandangan!" kata Berta marah.
Paula segera merubah ekspresinya menjadi sangat keheranan.
Tapi keheranan yang polos, dan wajahnya benar-benar tonjokable.
"Aduh ibu, tadi mau pukul. Sekarang minta di lepaskan! jadi aku harus bagaimana?" tanya Paula santai.
"Lepaskan aku!" kata Berta yang berusaha menarik keras tangannya.
Paula menunggu, dia menunggu sampai ibu mertuanya itu menarik dengan keras tangannya sendiri. Saat itu, dia baru lepaskan, dan...
Brukk
Karena terlalu kuat menarik tangannya sendiri, dan langsung dilepaskan oleh Paula. Berta jadi jatuh tersungkur di lantai.
"Aduh!"
"Ya ampun, sekarang ibu ngapain duduk di lantai. Kalau aku berdiri dan ibu duduk, nanti aku di bilang gak sopan?" tanya Paula yang semakin mendongakkan kepalanya dan melirik ke arah Berta.
Berta semakin kesal. Wanita itu berusaha untuk berdiri. Dan tiba-tiba dari arah belakang, si tukang cari muka Maria datang membantu Berta.
"Nyonya, nyonya tidak apa-apa?" tanya Maria sok perduli pada Berta.
"Ambilkan aku tongkat Maria. Aku akan berikan pelajaran pada menantu kurang ajar ini!" kata Berta yang matanya sudah merah.
Dia sebenarnya sudah menahan ini sangat lama. Ketika dia melihat luka cambuk di tubuh, tangan dan kaki Rena. Sebenarnya dia ingin sekali memukul Alisa sampai wanita itu berlutut memohon ampun padanya. Dia merasa sangat marah. Dan ingin segera membalas Alisa.
Maria yang mendengar itu tentu saja sangat senang. Paula juga langsung cosplay jadi Alisa.
"Ibu, kenapa ibu mau pukul aku? salahku apa?" tanyanya ala-ala Alisa yang terlihat sangat kasihan.
Berta menggulung lengan bajunya. Wajahnya terlihat sangat bengis.
"Masih tanya kamu! kamu sudah membuat Rena dan Tasya berada di rumah sakit. Masih tanya salahmu apa? Aku akan membuatmu terluka lebih parah dari mereka!"
Gertakan itu sebenarnya sangat menakutkan, kalau itu Alisa. Pasti sudah berlutut, menangis dan meminta maaf pada Berta agar tidak dipukul. Tapi Paula, di masih bisa tersenyum.
"Baiklah, ibu mau pukul aku silahkan! tapi jika ibu tidak temukan alat yang bisa ibu gunakan untuk memukulku selama satu jam. Aku yang pukul ibu! bagaimana?" tanya Paula dengan santai.
Mata Berta makin membelalak. Bisa-bisanya wanita di depannya itu mencoba tawar menawar dengannya. Keterlaluan sekali.
"Kamu pikir kamu siapa?"
"Aku menantu ibu, istrinya anak ibu!" jawab Paula dengan sangat santai tapi semakin membuat Berta darah tinggi.
"Maria!" pekik Berta karena Maria sudah pergi cukup lama, tapi belum juga kembali.
Dan beberapa saat kemudian. Maria berlari ke arah majikannya itu.
"Nyonya, tongkat yang biasa itu hilang. Saya cari ke gudang. Di gudang juga tidak ada!" jelas Maria dengan nafas terengah-engah.
Paula masih sangat santai di depannya. Berta yang mendengar itu tidak bisa percaya, tongkat yang biasa dia gunakan untuk memberi hukuman pada Alisa hilang.
"Cari sapu, pokoknya cari yang ada gagangnya. Sapu, alat pel, kemoceng. Tidak mungkin semua benda itu tidak ada di rumah ini!" pekik Berta kesal.
Namun semakin Berta berteriak, tentu saja semua itu memudahkan Lusi, Riko, tukang kebun dan pelayan yang merupakan orang Joyce untuk menyimpan barang-barang itu di tempat yang tidak mungkin di temukan oleh Maria.
Paula masih berdiri tenang di depan ibu mertuanya yang sedari tadi mungkin kalau di film anime sudah keluar asap dari hidungnya.
"Lihat saja! aku pasti akan memberikan balasan setimpal padamu!"
Bahkan Paula malah tersenyum.
"Aku sedang menunggunya ibu mertuaku!" katanya dengan nada mengejek, senyuman mengejek, dan ekspresi wajah sangat mengejek pula.
Dan nyaris lebih dari 15 menit. Maria kembali berlari ke arah Berta. Nafasnya tersengal-sengal, karena dia memang sudah mencari di seluruh rumah utama bagian belakang, tapi tidak juga bisa menemukan alat yang bisa di pakai untuk memukul.
"Nyonya, hah... hah... nyonya, semua benda-benda itu mendadak tidak ada di tempatnya. Tidak ada nyonya hah... hah.."
Berta segera melihat ke arah Maria. Wajah pelayan penjilatt nya itu sudah merah kelelahan.
"Tidak ada bagaimana?" tanya Berta.
"Semuanya hilang Nyonya. Tidak ada sama sekali. Bahkan satu kemoceng pun tidak ada nyonya!" kata Maria yang memegang kedua lututnya karena memang sangat lelah.
Mata Berta semakin merah.
"Tidak becus! ambilkan aku gantungan baju di kamarku!" pekik Berta yang segera menatap tegas ke arah Paula.
Berta tidak percaya, tidak ada satu pun alat yang bisa dia gunakan untuk memberi pelajaran pada Paula. Dan Paula masih dengan ekspresi santai.
"Baik nyonya!"
Maria segera berlari ke arah dalam rumah utama lagi. Dia akan menemukannya. Dia yakin kalau gantungan baju, dia pasti menemukannya. Karena benda itu ada di semua lemari, di dalam kamar yang ada di rumah ini.
Maria pergi ke kamar Berta. Dia sangat bersemangat. Dia juga senang kalau Alisa di siksa. Dia memang tidak suka pada orang yang tidak disukai Berta. Dia kan pelayan penjilatt Berta.
Maria membuka lemari pakaian Berta.
Dan rahang wanita itu nyata jatuh, ketika melihat semua pakaian itu sudah terlepas dari gantungan baju. Dan tergeletak begitu saja di dalam lemari.
"Ini mustahil!" ucapnya yang bahkan merasa kalau semua ini mustahil, dan sangat aneh.
Maria pergi dari tempat itu dengan cepat. Dia beranjak ke kamarnya Karina. Karena kamar itu masih ada di lantai satu. Tapi sama saja, ketika dia membuka lemari pakaian, pakaian Karina juga tergeletak begitu saja, gantungan bajunya sudah tidak ada satupun di dalam lemari.
Maria semakin berkeringat dingin. Orang yang asalnya dari kampung seperti dia. Masih suka mengaitkan segala macamnya dengan makhluk tak kasat mata atau semacamnya. Jadi, dia mulai merinding.
Maria yang masih penasaran, berlari ke arah kamar Rena. Hal yang sama dia temukan juga di kamar Rena. Buku kuduknya semua sudah mulai berdiri. Dan tentu saja, orang yang sangat merasa ketakutan. Pasti langsung pingsan pada akhirnya.
Brukk
Sementara itu, Paula masih menatap ibu mertuanya dengan santai. Namun dia melihat ke arah jam dinding di belakangnya. Dan berkata,
"Sudah satu jam! ibu tidak menemukan apapun untuk memukulku. Sebenarnya aku ingin sekali memukul ibu, tapi aku malas. Aku tidur siang dulu ya, jangan ganggu aku!"
Paula berbalik, membuka pintu kamarnya lalu masuk dan mengunci pintu.
Berta mengepalkan tangannya dan mengeraskan rahangnya. Dia tidak percaya ini, bagaimana bisa Maria tidak menemukan satu pun gantungan baju di rumah sebesar ini.
***
Bersambung...
/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/