Kisah dua anak manusia yang ditemukan karena takdir.
Sekartaji adalah anak ketiga dari empat bersaudara yang semuanya perempuan. Dia adalah satu-satunya yang belum menikah di usianya yang ke 27 sementara kedua kakak dan adiknya sudah punya pasangan masing-masing. Sekar tidak ada keinginan menikah karena baginya pria jaman now red flag semua.
Danapati, seorang pengusaha berusia 34 tahun, belum mau menikah karena menunggu wanita yang membuatnya jatuh cinta.
Bagaimana jika dua orang yang tidak mau menikah tapi dipertemukan oleh takdir?
Disclaimer. Ini bukan cerita rakyat Jawa ya. Hanya cerita komedi unfaedah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Langsung Ke Pusat
Bank Artha Jaya Pusat Gatot Subroto Jakarta
"Jadi saya harus membereskan semua kekacauan disana pak Bagas?" tanya Rama ke Bagas Hadiyanto, direktur utama Bank Artha Jaya.
"Iya pak Rama. Kacau tuh si Benny bin Benjol! Kepincut model Hongkong, jadi korupsi! Yakin tuh model juga main sana sini!" sungut Bagas kesal. Bagas tahu dari putranya, Dewananda yang sidak ke Hongkong.
Rama tersenyum kecil. "Cewek Hongkong dan China memang cantik-cantik."
"Dih, cantik wanita Indonesia meskipun istriku blasteran Jawa - Amerika yang jadi bule."
Rama mengenal istri Bagas, dokter Safira Pratomo Hadiyanto. Dia dan Agni beberapa kali bertemu di acara perusahaan. Wanita bule cantik dan ramah meskipun agak ceroboh. Putra mereka, Dewananda Hadiyanto, sudah menikah dengan seorang guru TK bernama Alina. Rama dan Agni selalu suka jika keluarga Hadiyanto datang bersama karena mereka sangat humble dan perhatian pada karyawannya.
"Tapi menantu pak Bagas khas Indonesia lho," senyum Rama.
"Iya ... Alina memang khas gadis Jawa ningrat ... Aku dan Safira bersyukur Dewa mendapatkan istri yang pas buatnya. Jadi lebih kalem." Bagas teringat saat Dewa ngereog minta dirinya melamar Alina diam-diam yang endingnya malah pesta rakyat. ( Baca My Kindergarten Teacher ).
"Iya pak Bagas. Mbak Alina memang cantik luar dalam." Rama pun mengakuinya. Meskipun Alina sudah punya putra satu, tapi dia tetap tampak kinyis-kinyis. Mungkin karena uang suaminya tapi kata Agni, Alina memang tidak suka aneh-aneh.
"Aku titip Hongkong ya pak Rama. Aku percaya padamu." Bagas menatap Rama serius.
"Njih Pak Bagas."
"Putri-putri kamu gimana kabarnya?" tanya Bagas.
"Alhamdulillah Karim, suaminya Zafira, mendapatkan beasiswa S3 ke Melbourne Australia dari Depkeu dan Zafira pun resign dari pekerjaannya karena harus ikut Karim sambil kuliah ambil S2 di kampus yang sama."
Bagas menatap kagum ke Rama. "Lalu? Putrimu yang di manufaktur pesawat? Belum mau menikah?"
"Sekartaji? Dia masih betah melajang, pak Bagas. Saya dan Agni tidak mempermasalahkan Sekar tidak menikah sebab yang tahu bagaimana nyamannya seseorang adalah diri sendiri bukan?" jawab Rama.
"Betul. Kita sebagai orang tua hanya mendoakan agar anak-anak bahagia dan selamat dunia akhirat." Bagas menerapkan itu pada Dewa dan Alina. Bagas dan Safira tidak mau ikut campur dalam rumah tangga anak-anak mereka.
"Aamiin."
"Kewajiban kita sebagai orang tua sudah selesai sampai mereka menikah tapi saat seorang gadis memutuskan untuk melajang ... Dia tahu bahwa dia butuh pria yang spesial, yang memiliki kematangan emosional. Pria seperti itu memang sudah langka karena banyak pria jaman sekarang yang mokondo, atau merasa terancam jika istrinya lebih darinya. Padahal, dengan saling support meskipun istri kamu lebih cerdas, kodratnya sebagai wanita pun akan muncul. Aku berikan contoh, Safira, istriku. Dia cerdas, dia kaya raya bahkan lebih kaya dari aku ... Tapi aku menghormatinya, meratukannya dan kita saling dukung hingga awet sampai sekarang. Safira pun secara naluriah, menempatkan diri sebagai istri dan ibu yang baik. Poinnya adalah love, compassion, respect and action. Cinta kita hanya untuknya, kita juga harus welas asih ke istri karena wanita itu mau sebar-barnya macam wanita Amazon, pastinya ada sisi lembut di dirinya. Menghargai, mau kamu masak cemplang, jangan langsung dijudge. Bilang enak tapi ada yang kurang sedikit dan aksi. Tunjukkan secara nyata janji kamu. Misal janji ajak makan malam, ya diwujudkan."
Rama tersenyum. "Tips dari pak Bagas itu sangat penting bagi para pria jaman sekarang."
"Aku juga banyak belajar dari para Opa Safira, Oom Safira dan sepupuku yang memang bucin dengan pasangannya. Karakter tidak ada yang sama tapi, selama kita tahu selahnya, insyaallah akan enak jalannya. Soal Sekartaji, jika dia nyaman dengan slogan 'I'm single and I'm happy', jangan dikejar-kejar menikah. Kecuali memang ada jodohnya," senyum Bagas.
"Alhamdulillah pak Bagas. Semua menantu saya seperti pria-pria yang dimaksud pak Bagas."
Bagas tersenyum. "Amalan baik pak Rama diberikan Allah menantu yang baik buat putri-putri bapak. Alhamdulillah."
Rama mengangguk. "Alhamdulillah."
***
Rama pun keluar dari ruang kerja Bagas Hadiyanto dan terkejut ada Dewa Hadiyanto bersama dengan asistennya, Ragil Wibisono sudah menunggu di luar.
"Wah, pak Rama! Jadi bapak yang dikirim bokap ke Hongkong?" senyum Dewa sambil menyalami Rama.
"Iya mas Dewa. Saya yang ditugaskan Pak Bagas ke sana."
Dewa pun tersenyum lebar. "Aku yakin, pak Rama bisa mengurus sana. Oh salam buat Jacky Chan."
Rama tertawa. "Mas Dewa tuh."
"Ok pak Rama. Aku ketemu bokap dulu. Biasa, laporan pandangan mata." Dewa pun mengangguk sopan begitu juga dengan Ragil Wibisono.
"Monggo mas Dewa, mas Ragil." Rama pun berjalan keluar dari ruangan itu. Pria itu pun menuju lift.
Rama pun keluar dari lift dan terkejut saat melihat Danapati berada di kursi tunggu depan ruang kerjanya.
"Nak Dana? Sudah lama?" sapa Rama.
"Oh nggak pak. Baru lima belas menit. Saya diminta tunggu sini sama sekretaris bapak tapi dia lagi ke kamar mandi." Danapati berdiri dan Salim ke Rama membuat ayah Sekartaji itu bingung.
"Kok Salim?" tanya Rama.
"Pak Rama kan ayahnya Sekartaji," jawab Danapati kalem.
Rama menggelengkan kepalanya. "Ada apa Nak Dana kemari?"
"Apakah kita bisa bicara serius, Pak Rama?" tanya Danapati dengan wajah serius.
"Ayo, masuk Nak Dana." Rama pun mengajak Danapati ke dalam ruang kerjanya.
Keduanya pun masuk dan Danapati bisa melihat ruang kerja Rama yang minimalis tapi ada foto-foto Agni dan putri-putrinya.
"Duduk Nak Dana," ucap Rama sambil menunjuk ke sofa yang ada disana.
"Terima kasih ... Oom Rama."
Rama yang sedang mengambilkan botol air mineral, tertegun mendengar cara Danapati memanggilnya.
"Oom ... Rama?" Rama menoleh ke arah Danapati. "Kamu ... bagaimana panggil aku begitu ?"
"Oom Rama, apa Oom ingat bocah berusia 14 tahun yang dulu menemani Sekar di SD nya di Semarang? Yang rumahnya dekat Vina House Rinjani? Yang naik sepeda?"
Rama melongo. "Ka ... Kamu ... Panji?"
Danapati mengangguk. "Iya Oom ... Saya Panji."
"Tapi ... kenapa kamu memakai nama Danapati?" Rama sampai harus duduk karena terkejut mendengar ucapan Danapati.
"Nama saya Panji Danapati Rahadi. Saya memang tidak pernah memakai nama pertama saya karena saya simpan khusus untuk seorang gadis yang sudah saya sukai dari kecil."
Rama semakin bingung. " Jangan bilang ...."
"Iya Oom Rama. Panji hanya untuk Sekartaji. Jadi saya memberanikan diri untuk melamar Sekartaji menjadi istri saya."
Rama melongo. "Seriously?"
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu