“Aku tak menyukainya. Dia sangat dingin.”
Kikan adalah wanita pendiam dan sangat tidak mudah beradaptasi terhadap laki-laki.
Namun, ibunya yang sakit-sakitan ingin sekali melihat putri semata wayangnya itu agar segera menikah.
lalu kikan mendengar kabar bahwa ia akan dijodohkan dengan teman masa kecilnya yang bernama Alka yang kini menjadi pembisnis sukses.
sudah 15 tahun mereka sama sekali tidak pernah bertemu.
Kikan dan Alka saling menyetujuhi perjodohan itu
Namun, waktu akan melakukan pertemuan antar keluarga, Alka justru malah kabur dari rumah hingga kakak kandung Alka yang sangat dingin terpaksa menggantikan pernikahan tersebut.
bagaimanakah kisah pernikahan yang akan Kikan lalui dengan laki-laki yang tak seharusnya ia nikahi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona lancaster, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali
Sepulang dari pasar, Kikan terlihat membawa beberapa kantung belanjaan yang berisi bahan makanan. ia berjalan kembali menuju rumah, berjalan selangkah demi selangkah . ia nampak lelah dan kegerahan, terlihat sekali, keringat nya tercucur setetes demi setetes dari dahinya.
***
2 bulan berlalu, kini pernikah Rey dan Kikan sudah berjalan 4 bulan lamanya. Mereka berdua masih menjalankan keseharian mereka seperti biasa. Reina juga sering mendatangi rumah Rey, memberi perhatian kecil berharap untuk bisa mendapatkan hati mantan kekasihnya kembali.
Begitu juga dengan Alka, setelah hari itu, dirinya sudah tidak pernah lagi bertemu dengan wanita yang ia cari. Ia masih tetap ingin mencari tau identitas wanita yang telah membuatnya jatuh hati tersebut. wanita yang sebenarnya ia kenal. wanita yang pernah menjadi teman kecilnya, wanita yang ia tolak untuk dinikahinya, dan wanita yang kini telah menjadi istri dari kakaknya. Alka seringkali mendatangi rumah Cathrine, sahabat Kikan. Berharap ia bisa berbelas kasih memberi tau tentang identitas dan keberada'an wanita yang ia cari tersebut. namun, setiap kali Alka datang kerumah Cathrine, untuk menanyakan Kikan, dirinya selalu saja diusir oleh wanita itu. Cathrine selalu memaki - makinya.
Pagi itu, di depan pintu rumah Cathrine, terlihat Alka sedang berdiri dan mengetuk pintu rumah itu berkalu - kali. Sebenarnya, Cathrine tau akan hal itu. namun, dengan sengaja ia tidak membukakan pintu rumahnya.
“Hei, Nona. cepat keluarlah ... aku tau kau berada di dalam" teriak Alka dengan mengintip dari kaca jendela.
"Dasar sial, laki - laki itu selalu menggangguku. rasanya ingin sekali aku keluar, dan menyumbat mulutnya itu dengan tanaman kaktus," gumam Cathrine dengan geram.
“Hei, Nona cantik. cepat keluarlah aku hanya ingin tau di mana sahabatmu itu." Alka semakin memgeraskan suaranya.
“Nona, ayolah.“ Alka masih saja tak gentar. Ia terus semakin mengeraskan ketukan pintu rumah Cathrine, hingga membuat telinga wanita itu kepanasan, rasanya Cathrine begitu tak tahan dan merasa sangat terganggu akan kedatangan Alka di rumahnya.
"Nona, tolong bu--"
Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, pintu rumah itu terbuka dan Cathrine menyiramkan air dari dalam ember kepada Alka. Hingga membuat seluruh tubuh laki - laki yang ia anggap asing itu basah kuyup.
“Hei, Nona cantik. berani nya kamu menyiram ku,“ seru Alka dengan mengipat - ngipatkan bajunya yang basah kuyup.
“Kalau kau berani datang kemari lagi, dan teriak - teriak di depan rumahku. bukan
hanya air yang akan aku siram kepadamu,“ seru Cathrine dengan geram sembari melemparkan ember yang ia pegang ke sembarang arah.
“Apa kau tidak tau caranya sopan santun jika bertamu di rumah orang?“ imbuh Cathrine. Mulutnya yang mungil itu tak henti memaki - maki Alka, hingga membuat laki - laki itu sulit untuk menyelanya.
“Nona, aku di sini tidak berniat buruk. aku hanya ingin tau sahabatmu. itu saja,“ kata Alka.
“Aku sudah beberapa kali bilang kepadamu. dia sudah menikah! Dan jangan datang untuk mencari dia, apalagi mengganggunya. mengerti!“ ketus Cathrine dengan melototkan kedua matanya kepada Alka. Rasanya ia ingin sekali melahapnya dengan hidup - hidup.
“Iya, tapi, setidaknya kau kasih tau sedikit saja dimana dia berada. biar aku pastikan kebenarannya,“ kata Alka dengan nada memaksa.
"Kebenarannya, dia sudah menikah! Jangan pernah kemari lagi untuk menanyakannya!" seru Cathrine sembari menutup pintu rumahnya dengan begitu keras, hingga membuat telinga Alka sakit saat mendengarnya.
"Sialan, cantik - cantik galak. Lihat, bajuku jadi basah kuyup semua. Tidak mungkin, kan. Aku pergi ke kantor dengan pakaian basah seperti ini? dan tidak mungkin juga kalau balik ke apartemen. sebaiknya, aku ke tempat kakak untuk meminjam bajunya," gumam Alka seraya berjalan menuju ke mobil dan meninggalkan rumah Cathrine.
***
Kikan terlihat sedang merapikan tempat tidur. sementara, Rey, sedang membersihkan tubuhnya di kamar mandi yang letaknya ada di dalam kamar. Saat di tengah sibuknya Kikan membersihkan tempat tidur. Tiba - tiba terdengar suara dering ponsel yang berasal dari ponsel milik suaminya. lalu, Kikan meraih ponsel itu, dan ia melihat ada satu panggilan masuk dari Alka yang tertera di layar ponsel tersebut.
"Alka." Kikan berucap pelan. Kikan berjalan mendekat ke pintu kamar mandi dan mencoba mengetuknya dari luar.
"Kak Rey, ada panggilan masuk dari Alka " teriak Kikan dari luar kamar mandi.
"Angkat saja, bilang aku sedang mandi," saut Rey. Suaranya terdengar begitu nyaring dari dalam kamar mandi.
"Baiklah." Kikan sesegera mungkin menekan tombol berwarna hijau yang ada di ponsel tersebut untuk mengangkat panggilan masuk itu.
"Hallo, Kak. apakah kau sekarang ada di rumah? " tanya Alka, suaranya terdengar begitu jelas dari balik ponsel yang saat ini Kikan genggam. Namun, Kikan hanya diam saja.
"Hallo, Kak. apa Kakak mendengarku?" tanya Alka.
"Kak Rey, sedang mandi jadi saya yang mengangkat ponselnya," saut Kikan dengan suaranya yang terdengar begitu malas. Alka terdiam sejenak saat mendengar suara Kikan.
"Apa kau Kikan?" tanya Alka.
"Iya, ada perlu apa? biar saya sampaikan kepada, Kak Rey."
"Ohh iya, aku sekarang sedang menuju ke tempat Kak Rey, ingin meminjam baju. karna bajuku basah kuyup," kata Alka. Dan saat Alka hendak berbicara lagi, namun, Kikan terlebih dahulu sudah mengakhiri panggilan telponnya.
Kikan meletakan ponsel milik suaminya tersebit di atas meja. Dan tak lama kemudian Rey keluar dari kamar mandi dengan telanjang dada, menghampiri Kikan. Kini sudah menjadi hal yang biasa bagi Kikan saat melihat suaminya telanjang dada keluar dari kamar mandi.
"Ada apa Alka menelpon? " tanya Rey sembari mengeringkan rambut tipisnya yang masih basah.
"Dia mau kesini, meminjam baju," kata Kikan dengan menundukan pandangannya.
"Kalau sedang bicara itu lihat orangnya!" seru Rey dengan kesal. Kikan menunduk bukan karna tak mau melihat Rey. Hanya saja, dirinya malu saat melihat suaminya telanjang dada seperti itu. Kikan tak menggubris ucapan suaminya.
"Kak Rey, aku sudah siapkan sarapan. segeralah ke dapur untuk makan," kata Kikan dengan sedikit perhatian.
"Nanti saja, aku masih belum lapar," saut Rey seraya mengenakan baju yang sudah di siapkan oleh Kikan.
"Makanlah, kau dari semalam belum makan. sarapan itu sangat penting biar perutmu tidak sakit," ketus Kikan
"Kenapa kau jadi cerewet sekarang?" tanya Rey dengan menatap Kikan dengan tajam.
"Karna kau menyebalkan. Atau kau mau aku suapi?" tanya Kikan menggoda Rey sembari melebarkan senyumnya.
"Boleh juga, tawaran yang bagus," saut Rey menggoda balik Kikan.
"Ehm, ti-tidak, aku hanya bercanda kok, Kak Rey." Kikan menggigit bibir bawahnya dan berlalu meninggalkan Rey, dengan guratan wajah yang bersemu merah. karna menahan malu.
"Dasar wanita liar," gumam rey dalam hati, ia menahan senyumnya saat melihat tingkah konyol istrinya tersebut.