Cewek matre? Itu biasa! Lalu, bagaimana dengan cowok matre? Sangat luar biasa.
Itulah yang Delia rasakan, memiliki kekasih yang menjadikannya seperti ATM berjalan. Hingga pada akhirnya, putus cinta membawa Delia yang tanpa sengaja menghabiskan satu malam bersama dengan pria asing.
Bagaimana cerita Delia selanjutnya? Yuk simak!
So Stay Tune!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 30 ONS
Jenny telah sampai di rumah Aryan, dia langsung menemui Jemima di halaman belakang. Dirinya duduk di sebelah wanita paruh baya itu, terlihat Jemima sedang memberikan makanan pada ikan-ikan di kolam.
"Hal penting apa yang ingin Tante bicarakan?" tanya Jenny merasa penasaran.
"Ada seseorang yang sudah mendahului kita, Jenny." ucap Jemima, masih tetap fokus memberikan makanan pada ikan. Sementara Jenny, dia mengerutkan dahinya.
"Aku tidak paham apa maksud Tante."
Jemi meletakkan mangkuk yang berisi makanan ikan, dia menatap Jenny dengan keseriusan. "Delia sudah menderita. Beberapa hari ini, Aryan mengeluh tentang Delia yang seperti orang depresi. Dia terus berhalusinasi, dan berkata yang tidak masuk akal. Dan kau tau, jika Delia merasa stres, maka itu bisa menjadi bahaya bagi janin yang ada dalam kandungannya. Kalau Delia keguguran, otomatis Aryan akan mencampakkan nya dan menikahimu."
Mata jenny berbinar, dia menggenggam tangan Jemi. "Benarkah itu, Tante? Berarti, kita tidak perlu bertindak. Huh, aku sangat lega. Sebentar lagi kita akan menyaksikan keretakan rumah tangga mereka.'' ucap Jenny tersenyum puas.
"Tapi, yang masih jadi pertanyaan di benak Tante, siapa orang itu? Siapa yang sudah meneror Delia habis-habisan hingga mentalnya terganggu?"
"Siapa pun itu, sepertinya kita harus berterima kasih padanya." ungkap Jenny. Mereka berdua pun tertawa bersama.
Di dalam kamar.
Aryan terus saja menemani Delia, wanita itu tidak mau makan bahkan bicara padanya. Aryan tidak bisa melihat Delia seperti ini.
"Apa perlu kita pergi ke psikiater?'' tanya Aryan dan mendapatkan tatapan tajam dari Delia. "Tidak! Maksudku bukan begitu, mungkin saja kau perlu pemeriksaan yang lebih lanjut."
"Aku tidak gila, Tuan Aryan!" ucap Delia dengan keras. ''Aku mengatakan hal yang jujur dan apa adanya. Tapi kalian semua tidak ada yang mempercayaiku."
Aryan menghela napas panjang, dia menggenggam tangan Delia. "Bukan tidak percaya, hanya saja semua yang kau katakan selalu keliru, Delia. Kau bilang ada batu, kertas, benda tajam, sosok berjubah hitam, dan banyak lagi. Tapi apa semua itu terbukti ada? Bahkan saat kau berteriak aku langsung menghampiri mu dan mencari sesuatu yang kau katakan. Dan tidak ada apa pun."
'Benar juga yang Aryan katakan, aku merasa aneh dengan semua ini. Jika aku terus seperti ini, pasti lama kelamaan mereka menganggapku gila.' batin Delia. Dia pun memikirkan ide untuk mengungkap siapa dalang dibalik peneror an ini.
"Baiklah, maaf, mungkin aku yang terlalu overthinking. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi. Aku rasa, akibat aku terlalu memikirkan kandunganku membuatku jadi seperti ini.''
Aryan tersenyum tipis, dia merasa mulai tertarik dengan Delia. Saat sakit pun, wanita itu yang mengurusnya. Memperhatikan pola makannya, jam tidurnya, dan bahkan Delia juga memijat kepala Aryan. Entah semua itu karena rasa iba, atau memang ketulusan.
"Hari ini aku harus pergi ke kantor karena ada meeting penting dengan klien. Ini proyek yang sangat besar, dan aku tidak bisa melepaskannya."
"Pergilah! Aku akan menjaga diriku dan bayi ini dengan baik." ujar Delia.
Aryan pun keluar dari kamar, meninggalkan Delia sendirian. Wanita itu terdiam untuk sesaat, lalu kemudian dia menjalankan rencananya.
"Hari ini Aryan pergi ke kantor, Tante Jemi juga sudah pergi ke salon. Sedangkan kak Naima, aku harus melihatnya apakah dia ada di rumah atau tidak." Delia berjalan menuju kamar Naima.
Setelah sampai disana, dia mengetuk pintu beberapa kali. Tetapi, tidak ada jawaban. Delia pun memutuskan untuk membuka pintu itu, dan ternyata tidak dikunci.
"Kak! Kak Naima!" panggil Delia sesudah berada di dalam. Keadaan kamar sangat sepi dan sudah rapi, sepertinya Naima tidak ada.
"Mungkin kak Naima juga pergi." Ucap Delia, dia pun keluar dari kamar itu.
Beberapa menit kemudian.
Semuanya terlihat aman, Delia pun memutuskan untuk istirahat, tidur siang karena jam sudah menunjukkan pukul satu. Baru saja memejamkan mata, dia mendengar suara langkah kaki seseorang.
Derap langkah itu semakin dekat, dan pintu kamar Delia pun terbuka. Dari balik lemari, Delia dapat melihat dengan jelas sosok berjubah hitam itu. Trauma yang Delia rasakan kembali muncul, dia takut terjadi sesuatu pada anak yang ada di dalam kandungannya.
Sosok berjubah hitam itu mendekati tempat tidur, kedua tangannya memegangi bantal, seperti hendak membekap seseorang menggunakan bantal itu. Delia keluar dari dalam lemari dan langsung memukul sosok berjubah hitam itu menggunakan tongkat golf yang sudah dia sediakan untuk berjaga-jaga.
Sosok berjubah hitam itu jatuh, tetapi dia masih bisa bangkit dan mendorong Delia yang hendak membuka maskernya. Kemudian, dia langsung berlari keluar dari sana. Dorongan yang sangat keras membuat perut Delia terbentur di lantai, dia mengerang kesakitan sambil memegangi perutnya.
"Argh! Tolong! Perutku, bayiku..." Teriak Delia sekencang mungkin.
*****
Bersambung
kaya kaca mbke /CoolGuy//CoolGuy/
biar della aja yg tunjukin bukti ke aryan biar dramatis dan usai