NovelToon NovelToon
PESUGIHAN POCONG GUNUNG KAWI

PESUGIHAN POCONG GUNUNG KAWI

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Menjadi Pengusaha / CEO / Tumbal / Iblis / Balas Dendam
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: triyan89

Rina hidup dalam gelimang harta setelah menikah dengan Aryan, pengusaha bakso yang mendadak kaya raya. Namun, kebahagiaan itu terkoyak setelah Rina diculik dan diselamatkan oleh Aryan dengan cara yang sangat mengerikan, menunjukkan kekuatan suaminya jauh melampaui batas manusia biasa. Rina mulai yakin, kesuksesan Aryan bersumber dari cara-cara gaib.
​Kecurigaan Rina didukung oleh Bu Ratih, ibu kandung Aryan, yang merasa ada hal mistis dan berbahaya di balik pintu kamar ritual yang selalu dikunci oleh Aryan. Di sisi lain, Azmi, seorang pemuda lulusan pesantren yang memiliki kemampuan melihat alam gaib, merasakan aura penderitaan yang sangat kuat di rumah Aryan. Azmi berhasil berkomunikasi dengan dua arwah penasaran—Qorin Pak Hari (ayah Aryan) dan Qorin Santi—yang mengungkapkan kebenaran mengerikan: Aryan telah menumbalkan ayah kandungnya sendiri demi perjanjian kekayaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triyan89, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 34

​Jaka menghentikan pengejaran setelah beberapa jam. Ia menyadari, Azmi dan Rina berhasil memanfaatkan keramaian kota untuk menghilang. Ia tidak mau membuang tenaga dan waktu terlalu banyak, karena ia tahu kemarahan Aryan jauh lebih berbahaya daripada kegagalan.

​Jaka kembali ke rumah Aryan menjelang subuh, diikuti oleh anak buahnya yang babak belur.

​Aryan sudah menunggu di ruang tamunya yang kini terasa lebih gelap dan mencekam. Di atas meja batu, beberapa benda ritual sudah diletakkan, menunjukkan persiapan yang serius.

​“Bagaimana?” tanya Aryan, suaranya pelan, namun mengandung ancaman yang mematikan. Matanya menatap Jaka.

​Jaka segera membungkuk, kepalanya menunduk dalam-dalam.

​“Maafkan saya, Bos,” kata Jaka, berusaha agar suaranya tidak bergetar. Meskipun ia seorang mafia kejam yang berbisnis organ manusia, ia sangat takut pada Aryan yang dilindungi oleh iblis. Aura iblis di sekitar Aryan membuatnya seperti berdiri di tepi jurang neraka.

​“Mereka berhasil lolos. Saya yakin mereka mendapat tumpangan dan berhasil kabur ke luar kota. Mereka pasti menuju ke pesantren Kiai Syarif,” lapor Jaka, membiarkan anak buahnya menyingkir.

​Aryan terdiam sesaat, lalu ia melangkah mendekat. Ia tidak berteriak, ia hanya menatap Jaka. Tekanan gaib itu membuat Jaka kesulitan bernapas.

​“Kamu sudah buat aku kecewa, Jaka,” desis Aryan. “Aku memberikan istriku untuk kalian nikmati, dan kamu gagal membawakan Azmi, bocah yang akan menjadi alat penyiksaku. Kegagalanmu ini hampir merusak ritual yang sudah aku siapkan.”

​Jaka semakin menunduk. “Saya mohon ampun, Bos. Saya bersumpah, saya akan membunuh mereka semua. Mereka tidak akan bisa lari dari kami.”

​“Aku tidak butuh sumpahmu, Jaka. Aku butuh hasil,” ujar Aryan. “Sekarang, pergi. Aku berikan kalian kesempatan, karena aku masih membutuhkanmu untuk membersihkan kekacauan dan mencarikan sesembahan.”

​Aryan kembali ke meja ritual. “Malam Jumat Kliwon segera tiba. Waktu ritual agungku semakin dekat. Aku harus mendapatkan tumbal sebelum malam itu datang. Tumbal yang sempurna, yang akan mengikat iblisku lebih kuat lagi.”

​Jaka menghela napas lega, namun tubuhnya masih gemetar. Ia tahu ia harus segera menebus kesalahannya.

​Dua hari berlalu. Aryan semakin terdesak. Ia terus melakukan ritual-ritual kecil untuk mempertahankan kekuatannya dan mendesak Jaka mencari tumbal.

​Malam itu, saat Jaka keluar sendiri. Ia tidak menggunakan mobilnya. Ia berjalan di gang-gang kecil, mencari mangsa yang bisa ia ambil dari jalanan. Bisnis organ manusia yang ia jalankan memang memberinya banyak persediaan, tetapi tumbal untuk Aryan harus sempurna, diambil langsung tanpa ada niat yang lain.

​Saat Jaka berjalan melewati gang yang gelap di pinggiran kota, tiba-tiba sebuah suara serak memanggilnya.

​“Hei! Berhenti di situ!”

​Jaka menoleh. Ia melihat seorang preman kampung, bertubuh kurus dengan tato usang, membawa golok berkarat. Preman itu pasti mabuk dan butuh uang.

​“Serahkan dompet dan jam tanganmu!” ancam preman itu, berjalan mendekat.

​Jaka menyeringai. Jaka adalah mafia yang kejam, ahli dalam kekerasan dan intimidasi, tetapi preman kampung itu tidak tahu siapa yang sudah ia todong.

​“Kamu menodongku?” tanya Jaka, dengan nada santai.

​“Jangan banyak bicara, atau golok ini akan mencium darahmu!” balas preman itu, mengayunkan goloknya.

​Jaka tertawa kecil. Ia tidak perlu bersusah payah mencari tumbal. Tumbal itu datang sendiri menghampirinya. Kesempatan yang sangat sempurna.

​Jaka melepaskan dompet dan jam tangannya ke tanah, dan ia berpura-pura menyerah. Preman itu segera membungkuk untuk mengambilnya.

​Tepat saat preman itu lengah, Jaka bergerak secepat kilat. Ia menendang wajah preman itu dengan sepatu botnya dengan keras. Brakk! Preman itu menjerit, darah mengalir dari hidungnya. Golok di tangannya terlepas.

​Jaka mengambil golok itu. Ia menatap preman yang kini meringkuk ketakutan di tanah.

​“Kamu beruntung, Nak,” desis Jaka. “Kamu bukan hanya akan mati, tapi kematianmu akan berguna untuk sesuatu yang jauh lebih besar daripada uang receh yang kamu incar.”

​Jaka segera mengikat preman itu dan menelepon anak buahnya. Malam itu, tumbal untuk ritual Jumat Kliwon telah berhasil ia dapatkan.

Sementara itu, di pesantren Kiai Syarif, Azmi sudah lebih pulih, namun masih terlihat tegang. Ia terus memegang Keris Gana Loka, mencoba merasakan keberadaan Jimat Besi Kuning, tetapi Keris itu hanya bergetar samar.

​Kiai Syarif, meskipun tubuhnya semakin lemah, terus memperkuat benteng gaib di sekeliling pesantren. Rina dan Bu Ratih membantu santri-santri menyiapkan perlengkapan untuk membuat pagar pelindung di setiap sudut.

​Malam Jumat Kliwon akan tiba dalam beberapa jam. Malam itu adalah puncak kekuatan iblis Aryan.

​“Kiai,” kata Azmi, khawatir. “Saya tidak bisa merasakan lokasinya, tapi saya merasakan energi gelap dari rumah Aryan semakin kuat. Dia pasti sudah mendapatkan tumbal.”

​Kiai Syarif menatap langit yang mulai memerah.

​“Jika benar Jimat itu tersembunyi di ruang ritual, kita harus menyerang saat dia paling lemah, yaitu saat dia fokus pada ritualnya. Tumbal sudah datang, Azmi. Kita tidak punya waktu lagi. Setelah ritualnya selesai, kita akan menghadapi Aryan yang jauh lebih kuat dari sebelumnya.”

​“Kita harus bergerak sebelum tengah malam. Kita akan menyerang rumah itu, dan kali ini, kita akan hancurkan sumber kekuatannya,” putus Kiai Syarif.

​Azmi mengangguk. Ia siap, Keris Gana Loka sudah di tangannya. Ini adalah pertarungan terakhir.

Kembali ke Jaka

​Setelah berhasil mengamankan preman kampung itu, Jaka segera menelepon anak buahnya dan memerintahkan mereka membawa tumbal itu ke rumah Aryan. Jaka sendiri bergegas kembali ke rumah tuannya untuk melaporkan keberhasilan mereka.

​Setibanya di rumah, Jaka mendapati Aryan sudah berada di ruang ritual bawah tanah, menyiapkan segala sesuatunya. Ruangan itu kini dipenuhi asap dupa yang menyesakkan dan lilin-lilin hitam yang mengeluarkan cahaya redup dan bayangan menakutkan. Di tengah meja batu, Jimat Besi Kuning diletakkan di atas kain beludru hitam.

​“Persembahan sudah datang, Tuan Aryan,” lapor Jaka, suaranya kini kembali penuh kepatuhan.

​Aryan menoleh. Wajahnya yang tegang kini dihiasi seringai kepuasan. “Bagus, Jaka. Kamu berhasil menebus sedikit kegagalanmu. Bawa dia kemari. Aku tidak punya banyak waktu.”

​Anak buah Jaka segera menyeret preman kampung yang terikat itu ke dalam ruangan. Ia berontak, matanya membelalak ketakutan saat melihat suasana ritual yang mengerikan dan Jimat Besi Kuning yang memancarkan aura gelap.

​“Ikatkan dia di meja batu itu!” perintah Aryan.

​Dengan cepat dan brutal, Jaka dan anak buahnya mengikat preman itu di atas meja ritual. Aryan mendekat, menyentuh Jimat itu, dan matanya menyala merah.

​“Malam ini, iblisku akan kenyang. Malam ini, kekuatanku akan tak terkalahkan!” desis Aryan, suaranya berubah menjadi geraman.

​Aryan memulai ritual. Ia melantunkan mantra-mantra dalam bahasa yang tidak dipahami manusia biasa, bahasa yang menggetarkan dinding dan udara. Asap dupa semakin tebal, dan lilin-lilin hitam menari-nari ditiup angin gaib yang tiba-tiba muncul.

​Jaka dan anak buahnya berdiri di sudut, menyaksikan dengan ketakutan. Mereka adalah manusia yang kejam, tetapi berhadapan langsung dengan kekuatan iblis yang dipanggil Aryan selalu menjadi pengalaman yang mengerikan.

​Aryan mencapai puncak mantranya. Ia mengambil sebuah pisau ritual berukir, mata pisau itu tampak memancarkan cahaya hitam.

​Tumbal itu, yang kini hanya bisa mengeluarkan suara erangan tertahan, berusaha melawan takdirnya, namun ia tak berdaya.

​Aryan mengangkat pisau itu tinggi-tinggi. Ia berteriak, memanggil nama iblis pelindungnya.

​Srett!

​Darah segar segera membanjiri meja ritual, mengalir ke Jimat miliknya yang terletak di sebelahnya. Jimat itu menyerap darah dengan cepat, dan cahayanya yang gelap kini berubah menjadi kilatan merah keemasan.

​Tumbal itu menjerit singkat, lalu tubuhnya lemas tak bernyawa.

​Aryan meletakkan pisau itu. Ia menutup mata dan menarik napas panjang. Energi dari tumbal itu, yang kini telah disucikan melalui darah dan mantra iblis, merasuk ke dalam dirinya.

​Seluruh ruangan bergetar hebat. Jimat itu melayang di udara, mengeluarkan suara menyeramkan. Energi hitam legam kini menyelimuti Jimat itu, membentuk lapisan pelindung yang tebal, menjadikannya tak terlihat oleh mata biasa dan tak tersentuh oleh kekuatan spiritual yang lemah.

​Ritual berhasil.

​Aryan membuka matanya. Mata merahnya kini memancarkan cahaya yang lebih terang, penuh kekuatan iblis yang mengerikan. Ia merasa tak terkalahkan. Energi iblis yang baru saja merasuk ke tubuhnya, membuatnya jauh lebih kuat daripada sebelumnya.

​Ia tertawa, tawa yang memenuhi ruangan itu, menembus dinding tebal hingga terdengar samar-samar di lantai atas.

​“Aku tidak terkalahkan!” raung Aryan. “Sekarang, Jaka! Bersihkan semuanya!”

​Jaka dan anak buahnya segera membungkuk. Rasa takut mereka tergantikan oleh keyakinan akan kekuatan tuannya.

​“Siap, Bos!” jawab Jaka.”

​Aryan kembali ke atas, meninggalkan Jaka untuk membersihkan sisa ritualnya. Kekuatannya kini telah mencapai puncaknya. Ia siap menghadapi Kiai Syarif, Azmi, dan seluruh dunia.

​Di pesantren, Azmi terlonjak. Ia memegang Keris Gana Loka. Keris itu bergetar hebat, panas di genggamannya.

​“Kiai! Ritualnya sudah dimulai! Energinya meledak!” kata Azmi cemas.

​Kiai Syarif, yang kini sudah bangkit dan bersandar pada tongkatnya, mengangguk. Wajahnya menunjukkan kepastian.

​“Terlambat, Nak Azmi. Ritualnya sudah selesai. Sekarang, kita akan menghadapi Aryan dengan kekuatannya yang semakin sulit terkalahkan.”

​Kiai Syarif menatap Azmi dengan mata tenang. “Ini adalah malam terakhir, Nak. Jimat itu kini terlindungi lebih kuat dari sebelumnya. Kita tidak bisa menembus benteng gaibnya. Azmi, Keris Gana Loka sudah menunjukkan jalannya. Kamu harus bertarung dengan kecerdasan, bukan hanya dengan kekuatan.”

​Bu Ratih datang, ia langsung memeluk Azmi. “Hati-hati, Nak. Rina sudah bersiap. Kami akan berdoa di sini.”

​Rina, yang kini berpakaian lengkap dan wajahnya terlihat tegar meskipun matanya sembab, mendekat. Ia menyerahkan sebuah bungkusan kain kecil kepada Azmi.

​“Ini ramuan Kiai Syarif, Azmi. Untuk mengacaukan pandangan mereka. Dan ini,” Rina menunjuk Keris Gana Loka di tangan Azmi. “Jimat itu tersembunyi dengan sempurna. Kamu harus mencarinya dengan mata batinmu, bukan mata fisikmu.”

​Azmi mengangguk. Ia memegang Keris Gana Loka erat-erat.

​“Saya siap, Kiai. Saya siap, Mbak Rina. Kali ini, saya akan mengakhiri semua ini.”

​Azmi berbalik, meninggalkan pesantren yang kini menjadi benteng pertahanan bagi Rina, Bu Ratih, dan Kiai Syarif. Malam Jumat Kliwon telah tiba, dan pertempuran selanjutnya, akan dimulai.

1
Siti Yatmi
seru dan menegangkan...baca maraton....semoga Mereka baik2 saja .
Siti Yatmi
kasian bapaknya....
Oriana
Kok susah sih thor update, udah nungguin banget nih 😒
bukan author: Masih review kak
total 1 replies
Dallana u-u
Gemes banget deh ceritanya!
bukan author: lanjutannya masih review kak
total 1 replies
cocondazo
Jalan cerita seru banget!
bukan author: lanjutannya masih review kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!