NovelToon NovelToon
My Secret Victoria

My Secret Victoria

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / Balas Dendam / Teen School/College / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ni Putu Widia Sari

Victoria Baserra seorang siswi SMA High school tak sengaja bertemu dengan El Ganendra, putra tunggal keluarga Eros, salah satu keluarga ternama dan memiliki impact yang besar. Seiring berjalannya waktu sesuatu hal gelap mulai terkuak.

Sebuah rahasia kelam, terkubur dalam dalam. tak ada yang tahu. hari ini dia berakhir atau justru baru memulai. Apa yang terjadi sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni Putu Widia Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Jam pelajaran pertama telah berlalu , Di kelas Adit segera merapikan buku dan meletakkannya sembarang, bahkan pulpen koleksi nya berhamburan di lantai, ia tak mempedulikannya. Ia langsung berlari terburu buru ke arah tempat duduk El.

"El,, gimana tadi," Heboh Adit menatap El dengan pucat.

"Apanya ?," Sahut El santai.

"Itu, kan Lo masuk ruang Bk . Ishhh, pasti Lo kena tamparan mematikan dari Bu Rose. Gue bayanginnya aja ngeri," Membelalak kan kedua matanya.

"Engga," Sahut singkat El.

Mulut Adit terbuka lebar, ia tertegun mendengar sahutan El. Bagaimana pria ini tetap santai . Setelah memasuki ruang Bk. " El, gue serius ," Jelas nya.

"Gue juga serius," Kekeh nya.

"Kok bisa," Adit menggaruk kepalanya, menatap langit langit kelas sambil berpikir keras. Padahal dia sudah excited ingin mendengar cerita horor , dan menyeramkan dari temannya.

"Terus, Lo dikasih peringatan?," Tanya Devan disebelahnya. Mendengar percakapan mereka, membuat Adit menoleh. Ini sepertinya cukup menarik untuk diketahui.

El mengangguk, mengiyakan ucapan nya. " Berapa lembar?," Tanya kembali Devan.

"Seperti biasa, 1 makalah,"

Adit mengkerutkan dahi nya , matanya sesekali menatap kosong ke arah Devan dan El. Ia mencoba memahami apa yang di bahas oleh mereka , pikirannya tak sampai disana.Ia mulai bingung dengan pikirannya sendiri.

Adit mengangkat tangan mengeluarkan suara, " Eh... Kalian ngomong apa sih?, kok gue gak ngerti,"

"Peringatan??, Makalah??, Apaan?,"

Devan tersenyum kecil, " Otak Lo yang gak nyampe, " Ucap nya menggeleng perlahan.

"Ya , makanya kalian ngomong apaan, gue dari tadi coba cerna. Tetep aja ga masuk," Ucap nya polos.

El mengambil sesuatu dari saku baju nya, nampak benda berwarna merah keluar. Adit menggosokkan kedua tangannya, ia sudah tau jika itu adalah uang. "Baik banget sih Lo El, tau aja gue laper. Mana gue yang beli makanan. Kalian disini." Pinta Adit mengulurkan tangannya, dengan senyum lebar.

El menatap Devan , mereka berdua menahan rasa geli ini. Bagaimana dalam sekejap matanya berubah Ijo, " Mana ," Menaikkan kedua alisnya.

"Nih, Lo beli makanan, sisa nya buat Lo," Jelas El , memberikan dua lembar uang berwarna merah.

Wajah Adit langsung berubah cerah , seakan matahari berada tepat di atas kepalanya. Matanya membesar dan senyum lebar tak bisa ia sembunyikan. Ia bahkan sampai sedikit bengong. "Ehemmm.. Apa mau gue yang beli," Pancing Devan sengaja.

Adit mengerjapkan matanya, dengan cepat ia memasukkan uang itu ke dalam saku baju. " Ehhh,, ga usah. Gue aja, kalian duduk manis disini . Oke," Ucap Adit, segera meluncur pergi.

El tau bagaimana cara mengalihkan perhatian Adit , daripada harus menjelaskan dari awal. " Tau aja Lo," Ucap Devan.

"Udah, biarin. Biar aman," Sahut El tersenyum puas.

*************

Adit melangkah menuju kantin, dengan senyum lebar yang terpancar di wajahnya. Langkah nya sungguh ceria, ia menikmati perjalanan nya ke kantin. Saking senang nya, ia sampai mengayunkan tangannya dan terkekeh kecil.

Aroma aroma makanan melintas indera penciuman nya, suasana riuh di kantin semakin membuat nya tak sabar. Langkah pertama memasuki kantin, matanya tak henti henti menatap setiap makanan yang lezat itu.

"Gue beli apa ya, emmmm... Mie ayam?, atau bakso?, atau rice bowl, nasi ayam, atau burger ya," Ucap Adit mulai kebingungan.

Ia berhenti sejenak, memilih dan memilah kantin mana yang akan dia datangi. "Nah,, gue beli rice bowl aja, Devan sama El. pasti cuma beli cemilan. terus, sisa nya gue deh," Terka nya gembira.

Di satu tempat yang sama, Vicky dan Serra sedang duduk , di tempat biasa mereka. Serra tengah menyantap rice bowl, yang katanya kaya akan rempah. Sedangkan Vicky hanya memesan jus buah naga, kesukaan nya.

"Vic, terus Lo harus belajar bareng dong, sama kak El?," Tanya Serra sambil mengunyah makanannya.

"Iya," Sahut Vicky, tengah mengaduk aduk jus buah naga tersebut.

"Sebenarnya gue seneng banget denger nya,"

"Kenapa?,"

"Ya seneng dong, kak El itu cowok terganteng , terpopuler dan dia juga baik , ramah. Paket komplit pokoknya,"

"Jarang yang bisa deket apalagi sampe belajar bareng, ehhhh... Bukan jarang sih, lebih tepatnya gak ada,"

"Dan. Lo adalah cewe pertama," Serra bergumam bahagia, ia sangat bersemangat. Ini sebenernya yang mau belajar bareng Serra atau Vicky?. Yang kegirangan justru Serra, sedangkan Vicky biasa saja.

"Kenapa Lo yang jadi kegirangan?, perasaan gue dia biasa aja,"

"Vicky!!," Tegas Serra memukul meja, agak keras. Vicky cukup terkejut, ia merasa bingung dengan tindakan Serra.

"Liat gue??," Tegas nya, melebarkan matanya.

"Ya? Terus?,"

"Gue ngomong serius, berdasarkan fakta dan riset terpercaya. Dan , Lo bilang dia biasa aja, Come on... Buka mata Vicky ," Serra mengkerutkan alis nya, dengan ekspresi wajah memerah.

"Hemmm,, iya deh," Sahut Vicky dengan wajah datar dan nada suara lemas.

"Terserah Lo, oh ya. Terus kalian mau belajar kapan?, jam berapa? Dimana?,"

"Gue juga gak tau, Bu Rose bilang. besok malam harus sudah selesai,"

"Oke, tunggu," Serra mulai berpikir keras, ia memejamkan kedua matanya. Memfokuskan pikiran nya dengan extra.

Vicky langsung merasa gerah, melihat tingkah lebay Serra. Ia meneguk segelas jus buah, menghela nafas panjang dan sesekali melihat ke arah lain, atau mencari kesibukan lain.

Hampir 15 detik sejak pertama kali Serra memejamkan matanya. Vicky menaruh kecurigaan, ia menduga anak ini tertidur di kantin. Alih alih ia ingin membangunkannya , namun sebelum sempat menyentuh tangannya. Tiba tiba Serra membuka kedua matanya , Vicky sontak mengurungkan niatnya.

"Vic, gue nemu solusinya," Jelas Serra pasti.

"Apaan?,"

"Tuh,,," Jarak beberapa langkah dari sini, menyapu dari banyaknya siswa. Pandangan Serra tertuju pada seorang pria yang mengantri di kantin nomor 3, Vicky menoleh, melihat ke arah yang ditujukan Serra.

Vicky terkejut, ia mengerjapkan matanya berkali kali. " Ser, yang bener aja. Lo ngasih solusi gue, cowo dengan gaya rambut belah dua, sepatu dengan tali warna warni dan...."

"Hah??," Geser Serra, melihat seorang pria di sebelah yang memiliki ciri ciri itu.

Serra menepuk jidatnya, menarik nafas panjang. " Masuk sih jalur beasiswa, tapi pandangan agak rabun," ucap Serra perlahan.

"Vicky,, bukan itu .. Tapi, yang sebelahnya. Cowo dengan pakaian rapi, sepatu kulit hitam , dan rambut yang tertata, noh," Tegas Serra menajamkan suaranya.

Vicky menggeser pandangan nya, ke sebelah kiri. Ia sedikit syok, ia jelas ingat. Orang yang dimaksud adalah , salah satu teman El. " Ser, solusi macam apa ini?," Bantah Vicky.

Serra menghela panjang, rasanya sebentar lagi, ia harus mentransfer semua ide dan pikiran nya pada Vicky. Ia beranjak bangun , " Nih , Lo liat gue." bergegas mendekati Adit.

"Serra,,,Lo mau ngapain," Tegur Vicky, geram. Ia merasa harga dirinya sebentar lagi akan jatuh, ia tak membayangkan hal aneh apa yang akan dilakukan.

"Shuttttt," Ucap Serra menoleh pada Vicky.

Serra tiba di lokasi tujuan, kini dirinya sudah tepat berada di belakang target, sebelum memulai pembicaraan. Ia nampak sibuk merapikan rambutnya, baju serta mengetes suaranya, beberapa kali " Cek,,, cek...."

"Oke,,, suara gue bagus ... nafas gue juga wangi ,,, Serra. Let's go,"

Vicky yang memperhatikan nya sejak tadi, sudah mulai ragu. Ia bahkan tak ingin melihat ataupun mendengar percakapan mereka. " Tuhan,, tolong. Kali ini bantu dia ," Kata Vicky, berharap tidak terjadi apapun.

Serra menatap penuh punggung pria di hadapannya, mencari sedikit ancang ancang yang pas. "Permisi," Ucap Serra agak canggung.

Telinga Adit mendengar seseorang berbicara, dengan suara perlahan dan penuh kelembutan. Ia berprasangka ada seseorang di belakangnya yang berbicara padanya. Adit kemudian menoleh dengan ekspresi penasaran, benar. Ada seorang gadis berdiri dibelakangnya, berharap ia memberikan ruang baginya untuk menyampaikan maksudnya.

"Kak Adit kan,?" Ucap Serra.

"Iya, " Sahut Adit yakin. Tatapan Adit tiba tiba berubah serius dan penuh ingatan. Matanya fokus mencoba mengingat, sepertinya ia pernah melihat gadis ini . Perlahan otaknya mulai mengingat dan menelusuri kembali. Dan ternyata, dia adalah gadis itu. Gadis yang menabrak Devan waktu itu.

"Kakak pasti inget kan," Tunjuk nya pada dirinya.

"Iyaaa,, Lo cewe yang nabrak temen gue Devan waktu itu, " Jelas Adit.

"Nah iya,, soal itu maaf ya kak sebelumnya. "

"Oke,, santai aja. Itu udah berlalu, ada apa ngomong ngomong?," Tanya Adit sedikit bingung.

"Jadi gini,,,,"

Serra menyampaikan maksud dan tujuannya, ia menjelaskan segalanya. Dari berita harian sekolah, sampai tugas tambahan yang di berikan oleh Bu Rose pada El dan Vicky.

Adit mengangguk mengerti, "Ouhhhhh,,"

"Jadi maksud omongan mereka , adalah tentang tugas tambahan itu, gue baru paham," Ucap hati Adit manggut manggut.

"Kak??," Tegur Serra, melihat Adit terdiam dan manggut manggut.

"Iya ya,, terus ?,"

Vicky berusaha untuk tidak melihat ke arah Serra, tetapi rasa penasaran nya semakin besar. Ia tidak bisa mengelak, dan akhirnya ia tetap menoleh ke arah nya. Tetapi sambil menutup wajahnya dengan tangan.

"Jadi, tujuan gue kesini. Mau minta tolong , tolong kasih tau kak El. Kalo temen gue Vicky , mau ngerjain tugas bareng dia. Dirumah nya , pulang sekolah ini."

Mata Adit terbuka lebar, alisnya terangkat tinggi, dan mulutnya sedikit menganga, menandakan bahwa apa yang didengar benar benar mengejutkan atau tak terduga baginya. Ia sejenak terdiam mencoba mencerna kata kata gadis ini.

Ekspresi Adit yang menegangkan, membuat Serra sedikit cemas. Matanya sangat menunggu jawaban dari Adit , berharap ia akan mengiyakan ucapan nya tadi. Ia mulai gelisah, menoleh ke belakang ke arah Vicky. Sedangkan Vicky masih menutup wajah dengan tangannya.

"Kak??, jadi gimana ?? Bisa??," Gugup Serra.

"Aduh, gue jawab apa ya," ucapnya berpikir.

"Tapi, kalo gue jawab engga. Nanti malah salah, yodah deh ,,,"

"Emmmm... Bisa bisa , nanti gue sampein ke El. Pulang sekolah kan?," Sahut Adit spontan.

Senyum merekah terlihat dari wajah Serra," Iya,,ya. Pulang sekolah, makasih ya kak. " Ucap Serra bersemangat.

"Oke,,,"

"Yaudah,, mau kesana dulu... Sebelumnya. Makasih kak ," Serra membalikkan badannya, senyum lebarnya kembali terlihat. Tanpa menahan rasa bahagianya, ia mengangkat tangan perlahan sambil berseru, " Yes!" dengan suara lembut namun penuh semangat.

Adit merasa sedikit aneh, melihat tingkah cewe itu. " Ini mirip gue, tapi versi cewe," Jelas nya geleng geleng.

Ia segera berlari ke arah Vicky yang masih di posisi awal nya tadi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!