NovelToon NovelToon
Terpaksa Nikah

Terpaksa Nikah

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Berbaikan / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Pelakor jahat
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Star123

Rania Zakiyah, gadis berumur 21 tahun yang terpaksa nikah dengan laki-laki yang tidak dikenalnya. Akankah pernikahan mereka berlanjut atau harus berpisah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Star123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Rania memarkirkan motor di depan rumah yang disebutkan oleh Mama Riana. Ada plang berbentuk persegi panjang yang tergantung dirumah tersebut dengan tulisan "R & D Bakery".

"Ayo masuk dulu" ajak Mama Riana setelah melepas helmnya dan meletakannya di atas jok motor Rania. Setelah menarik kunci motornya, Rania membantu Mama Riana untuk membawa belanjaannya ke dalam rumah.

"Assalamualaikum" salam Mama Riana sambil melangkahkan kakinya ke halaman teras rumah. Terdengar bunyi pintu terbuka dan menampilkan seorang wanita yang tidak jauh berbeda dari Rania.

"Walaikumsalam" jawabnya sambil memperhatikan wanita yang berada di belakang Mamanya. Mama Riana yang tahu dengan apa yang difikirkan Dania langsung saja memperkenalkan Rania.

"Oh.. Ayo masuk, Ran" ajak Dania setelah Mamanya memberitahu bahwa Rania adalah wanita yang ditolong mamanya dulu ketika Mama Riana pulang terlambat.

"Aku masuk ya" Setelah mengucapkan salam, Rania langsung mengikuti langkah kedua pemilik rumah tersebut. Di dapur, semua belanjaan Mama Riana diletakkan di sana.

"Ibu buka toko kue?" tanya Rania yang melihat ada beberapa oven dan juga bahan untuk membuat kue.

"Iya, Ran. Kami buka bisnis kue. Kebetulan sekali kami baru saja pindah kesini setelah lama menetap di luar negeri" Rania mengangguk-angguk. "Dania, ajak Rania ke ruang tamu. Sebentar Mama ambilkan cemilan" lanjut Mama Riana.

"Ayo, Ran"

Tidak perlu menunggu lama, Rania dan juga Dania langsung nyambung aja ketika mereka cerita. Rania menceritakan tentang kehidupannya sebagai mahasiswa kedokteran, untuk pernikahannya Rania masih menyembunyikannya. Buat apa diceritakan jika sebentar lagi mereka akan bercerai. Sama halnya dengan Dania, dulu dia juga bercita-cita sebagai dokter tapi karena ada masalah keluarga dan hal itu membuat mereka harus pindah ke luar negeri, mau tidak mau Dania ikut membantu Mamanya mengolah bisnis kue disana. Mama Riana hanya bisa menghela nafas merasa bersalah ketika mendengar cerita Dania tentang cita-citanya yang kandas.

"Ayo, dicicipi Ran" Mama Riana membawakan minuman hangat yaitu teh dan juga beberapa potong kue berbagai macam.

"Iya, Ran. Dicicipi, kamu ga bakal nyesal dah ngerasain kue mamaku. Kamu pasti suka" promosi Dania tersenyum bangga. Rania mengambil sepotong kue dan benar apa yang dikatakan Dania.

"Enak" seru Rania dengan mata yang berbinar. Rania mengambil sepotong lagi kue yang belum dicicipinya. Seperti melihat anak kucing yang kelaparan, Dania dan Mama Riana tertawa kecil.

"Maaf ya, soalnya enak" kata Rania sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, malu.

"Nah, kan apa yang kubilang kamu ga bakal nyesal" mereka bertiga tertawa. Hampir dua jam Rania berada di rumah Mama Riana. Rania berjanji akan datang lagi entah untuk sekedar main atau ingin membantu Mama Riana membuat kue. Mereka juga sudah bertukar kontak nomor handphone.

Berbeda dengan Rania yang sedang senang karena bertemu Mama Riana dan Dania, Rafa malah sedang menahan emosinya. Sejak pulang dari rumah Bella, Rafa sudah menunggu Rania pulang. Tapi sudah hampir tiga jam Rafa menunggu dirumah, Rania juga tidak kunjung datang.

***

Tit.. Tit.. Tit.. Tit.. Tit.. Tit.. Enam angka pin pintu penthouse Rafa ditekan, pintu yang tadinya terkunci sekarang sudah terbuka. Rania langsung saja masuk ke dalam penthouse. Rafa mendengar itu, dengan cepat Rafa mematikan rokoknya dan berjalan ke arah pintu.

"Kemana saja kamu sama Arlo? Sampai jam segini baru pulang?" tanya Rafa dengan tatapan yang tidak bersahabat. Rania bahkan belum membuka sepatu yang digunakan tapi sudah dituduh.

"Kenapa kamu ga bilang jika yang menolong kamu adalah Arlo dan juga yang nabrak kamu adala Excel?" lanjut Rafa yang masih saja mencerca berbagai pertanyaan pada Rania.

"Apa Rania tahu kalau Abang kenal dengan dokter Arlo dan juga yang nabrak Rania?" balas Rania akhirnya setelah menyimpan sepatunya di rak sepatu. "Abang ga salah nanya kemana perginya Rania? Apa abang lupa jika beberapa hari ini abang menghilang. Untuk mengangkat telepon dan juga membalas pesan yang Rania kirim saja abang ga bisa. Jadi, buat apa Rania bilang ke Abang?"

"Abang... " belum juga Rafa menjelaskan alasan dia berbuat seperti itu, Rania sudah memotong kalimatnya.

"Percuma Rania khawatir, ternyata Abang sedang bareng sama pacar Abang. Rania yang salah. Sekarang Abang ga usah jelasin lagi, semua malah akan jadi terdengar alasan. Mari kita kembali ke awal perjanjian kita untuk tidak ikut campur masalah pribadi" lirih Rania. Rania pergi meninggalkan Rafa setelah meminta izin untuk ke kamar.

"Rania ...." panggil Rafa sambil menahan tangan Rania ketika Rania melewati Rafa, Rania yang tertahan langsung menghempaskannya. Ada air mata yang baru saja jatuh di pipi Rania, Rafa yang tadinya ingin melanjutkan pembicaraan terpaksa harus mengalah. Rafa membiarkan Rania pergi meninggalkannya. Rania kembali menangis setelah sampai dikamarnya.

Rafa menarik kunci motor dan kebut-kebutan di jalan. Malam minggu yang ramai tidak menjadi alasan untuk Rafa memberhentikan motornya. Rafa hanya ingin meampiaskan amarahnya dengan cara menaklukan jalanan. Setelah hampir 2 jam melaju, hati Rafa tidak kunjung membaik. Rafa langsung membelokkan motornya ke club malam. Rafa butuh minuman untuk menghilangkan rasa yang sejak tadi mengganjal hatinya.

Dustin dapat ditelpon dari orang club dan memberitahu jika Rafa sudah mabuk berat. Dengan mata yang sedikit mengantuk, Dustin langsung menjemput Rafa.

"Rafa, Lu kenapa?" tanya Dustin sambil mencoba membangunkan Rafa.

"Hai, Dustin. Sepertinya gue sudah jatuh hati sama Rania" kata Rafa sambil tertawa dengan wajah yang sudah memerah. Setelah mengatakan kalimat itu, Rafa pingsan alias tidur.

Setelah membayar bon Rafa, Dustin langsung mengangkat dan membawa Rafa ke apartmentnya. Dustin tidak mungkin mengantar Rafa ke apartmentnya karena pertama Dustin tidak tahu nomor pin pintu Rafa sejak Rafa mengganti pinnya. Kedua, ini sudah jam 2 malam, Dustin tidak ingin membangunkan Rania yang pasti sudah tidur. Mau menanyakan pin sama orang mabuk? Bukan dapat yang ada malah gila.

Sesampainya di apartment, Dustin langsung meletakkan Rafa ke kasur yang berada di kamar dan Dustin akan tidur di ruang tv karena dia tidak yakin apakah dia akan tidur kembali setelah terbangun dari tidurnya. Hanya ada satu kamar di apartment Dustin.

"Gue tahu Lu bakal jatuh cinta dengan Rania. Lu aja yang selalu menyangkal perasaan itu" gumam Dustin sambil melihat Rafa yang tertidur dengan wajah yang sedih.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Noveria_MawarViani
lanjut
wirdya maula
semangat terus nulisnya ya thorr😄
H
😂😂😂
Noveria_MawarViani
penasaran
Noveria_MawarViani
Bagus kak jalan ceritanya.

beri dukungan di Novel terbaruku juga ya kak, jangan lupa kritik dan saran untuk membangun penulisanku
Star123: Terima kasih, kak. siap kak, mohkn ditunggu ya😀
total 1 replies
Ketty Wewengkang Tingkue
aku suka ceritanya
Ketty Wewengkang Tingkue
lanjut penasaran ini ceritanya bagus
Ketty Wewengkang Tingkue
lanjut ceritanya bangus
Alex
lanjut kakak
Rini
pertahankan dong klu emang suka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!