Rania Zakiyah, gadis berumur 21 tahun yang terpaksa nikah dengan laki-laki yang tidak dikenalnya. Akankah pernikahan mereka berlanjut atau harus berpisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Star123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Seharian ini, Rafa benar-benmar mengikuti jadwal study anak kedokteran dengan baik. Mulai dari acara penyambutan, keliling rumah sakit dan juga mendengaran materi yang disampaikan oleh salah satu dokter yang ada di rumah sakit tersebut. Hanya saja, kedekatan Rania dan Rafa sedikit longgar semenjak turun dari bus. Rania mulai fokus melaksanakan tugas-tuganya sebagai sekretaris.
"Ga sah dilihatin begitu. Rania itu orang yang tahu agama, ga mungkinlah dia selingkuh ya kecuali sudah cerai sama Lu. Mungkin bisa lah bareng Arlo" goda Grey yang tertawa karena sejak istirahat makan siang sejam yang lalu, pandangan Rafa tidak berhenti memperhatikan kebersamaan Rania dengan Arlo. Ya, meskipun ada dokter Mala juga disitu tapi Rafa tetap cemburu.
"Diam, Lu" sentak Rafa. Lagi-lagi, Rafa hanya bisa menghela nafas. Sebenarnya, bisa saja Rafa menarik tangan dan meminta Rania untuk berada disisinya tapi mengingat hubungan mereka yang sedang renggang membuat Rafa harus bersabar.
***
"Rafa ke surabaya?" tanya Bella yang sejak kemarin menelpon Rafa tapi tidak ada respon. Pagi ini, akhirnya Bella menelpon sekretaris Rafa, Prilly karena jika menelpon Dustin sudah dipastikan laki-laki itu juga akan sama.
"Iya, mbak. Pak Rafa ada acara di Surabaya seminggu. Selama Pak Rafa tidak ada dikantor, Pak Dustin yang handle dulu mbak" jelas Prilly. Prilly tahu jika hubungan Bella dengan Rafa mulai renggang.
"Rafa ke Surabaya tidak bawa Dustin dan kamu? Acara apa dia disana?" Bella mulai penasaran.
"Maaf, mbak. Prilly kurang tahu untuk soal itu" ucap Prilly takut-takut. Di depan meja Prilly ada Dustin yang sedang berdiri dan menatapnya. Laki-laki dingin setelah Rafa.
"Ya sudah kalau kamu tidak tahu. Makasih ya" ucap Bella akhirnya membuat Prilly bernafas lega.
"Besok-besok kalau Bella nelpon lagi kasih tahu saya. Ingat kamu kerja sama Rafa bukan sama Bella" ucap Dustin memberi ultimatum.
"Iya, Pak" jawab Prilly yang masih samar-samar didengar Dustin sebelum masuk ke ruangan Rafa.
***
Seminggu berjalan dengan cepat bagi Rania dan teman-teman lainnya. Sedangkan bagi Rafa terasa lama sekali. Rafa sama sekali tidak diberi ruang untuk menyelesaikan masalahnya dengan Rania. Rafa juga sudah memberi tahu Papanya Damion untuk mengundur jadwal makan malam bersama keluarga Bella.
"Kalau begini ngapain Gue kesini?" keluh Rafa ketika mereka sudah selesai study tour untuk hari ini. Besok, mereka akan kembali ke Jakarta.
"Kan Lu yang maksa" ujar Grey mengingatkan temannya. Rafa sudah berbaring di kasur sambil menatap langit-langit kamar.
"Hari ini ada acara apa?" tanya Rafa yang tiba-tiba punya ide.
"Ga ada, waktunya bebas" Rafa yang mendengar jawaban Grey langsung duduk dan tersenyum.
"Lu kenapa? Gak gila kan?" Bukannya menjawab, Rafa lagi-lagi hanya tersenyum. Sepertinya otaknya mulai konslet. Dengan bersenandung Rafa bangun dan pergi ke kamar mandi untuk mandi.
"Mobilnya gue pinjam dulu" kata Rafa sebelum menutup pintu kamar mandi.
"Fa, Lu mau kemana? Gue mau pergi sama Keyla" teriak Grey.
"Lu pinjam mobil yang lain aja. Ntar Gue yang bayar" Rafa juga berteriak. Sombongnya Rafa apa dia lupa kalau Grey juga anak orang kaya. Rafa sepertinya sedang senang karena terdengar bunyi siulan dari dalam kamar mandi.
Setengah jam kemudian, Rafa sudah rapi dengan kaos lengan pendek dan celana denim yang sangat pas dibadannya. Tidak lupa, Rafa menyemprotkan parfum sebagai penutup penampilannya hari ini.
"Sempurna" lirih Rafa di depan cermin kamar hotel. Grey yang melihat hanya bergidik ngeri. Cinta memang bisa merubah orang. Begitu yang ada di fikirannya Grey.
***
"Ran" panggil Arlo ketika melihat Rania keluar dari kamar. Setelah shalat maghrib, Rania berencana untuk jalan di sekitaran penginapan mereka. Rania sudah mengajak Keyla dan winie tapi mereka lagi tidak bisa. Keyla akan jalan sama Grey dan Winie kebetulan sakit perut karena tamu bulanannya yang datang.
"Iya, dok" jawab Rania.
"Mau kemana?"
"Mau jalan-jalan sebentar di daerah sini, dok"
"Sendirian?" tanya Arlo dan dianggukin Rania. "Boleh saya ikut?"
"Ga boleh" sebuah suara yang mereka kenal membuat mereka menoleh ke pemilik suara.
"Rafa" gumam Arlo.
"Rania ada urusan sama Gue" Rafa berjalan mendekati Rania, melewati dimana Arlo yang berdiri tidak jauh dari Rania.
"Ayo" Rafa menarik tangan Rania. Namun, tangan lainnya dipegang oleh Arlo.
"Ada urusan apa Lu sama Rania, Fa?" tanya Arlo yang geram melihat Rafa tiba-tiba mengajak wanita yang sedang didekatinya.
"Urusan kami ga ada urusannya sama Lu. Tolong lepasin tangan Rania" perintah Rafa ke Arlo. Rania malah bingung sendiri. Sudah ada beberapa mahasiswa yang melihat pertengkaran mereka. Keyla pun ada disitu.
"Lu yang lepasin tangan Rania. Gue yang duluan yang bicara sama Rania dan Lu tiba-tiba datang mau ngajak Rania pergi. Lu patut dicurigai, Fa. Bukannya Lu sudah punya istri? Itu alasanmu kenapa mutusin Bella? Apa pacarmu sedang hamil duluan? Sehingga kamu nikah sembunyi-sembunyi" Arlo lepas kontrol karena marah dengan Rafa. Kata-kata tajam yang baru saja diucapkan Arlo sangat melukai Rania. Rafa melepas genggaman tangannya.
Brukk. Tanpa segan dan hormat, Rafa langsung meninju pipi Arlo. Ada darah di ujung mulut Arlo. Arlo juga melepas genggaman tangannya dan mengusap ujung bibirnya. Mahasiswa yang melihat hanya bisa menutup mulutnya tidak percaya. Hanya karena Rania, dokter Arlo sampai dipukul Rafa.
"Lu harus minta maaf sama Rania. Tuduhan Lu tidak berdasar" geram Rafa sambil menarik kerah baju Arlo. Wajah Rafa sudah tidak bersahabat.
"Apa hubungannya dengan Rania?" tanya Arlo yang bingung. Rafa melihat Rania, haruskah hubungan mereka dipublikasikan. Rania menggeleng pelan, meminta Rafa untuk tidak memberitahu.
"Karena Rania istri gue"' Arlo dan orang-orang yang berada di sekitaran mereka kaget dengan apa yang diucapkan Rafa barusan. Rania hanya bisa menghela nafas. Keyla tersenyum, bangga dengan apa yang dilakukan Rafa.
Arlo melihat Rania. "Apa benar yang diucapkan Rafa, Ran?" Rania hanya bisa mengangguk pasrah. Mendengar jawaban Rania, seketika Arlo langsung lemas. Wanita yang sebulan ini mencuri perhatiannya ternyata sudah menjadi milik orang lain. Berbeda dengan Arlo yang shock, Rafa malah bahagia.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
beri dukungan di Novel terbaruku juga ya kak, jangan lupa kritik dan saran untuk membangun penulisanku